TEMPO.CO, Jakarta - Di Peru, keajaiban tiba-tiba muncul. Di pedalaman Hutan Amazon, Air Terjun Gotca menampakkan diri, dan masuk ke dalam peta pariwisata dunia. Awal penemuannya memang tak disengaja. Penduduk lokal sudah mengetahuinya sejak pertengahan abad ke-20. Namun tahayul menyelimutinya, hingga penduduk tak pernah buka mulut.
Lalu, pada tahun 2005, ekonom Jerman, Stefan Ziemendorff, yang bekerja pada proyek air limbah di provinsi Amazonas, Peru, mengambil istirahat dari pekerjaannya untuk melakukan pendakian di lembah Utcabamba Peru. Seperti dinukil dari Atlas Obscura, Ziemendorff ingin berlibur untuk mencari salah satu reruntuhan pra-Inca yang berlimpah di kawasan itu.
Ketika dia menyeberang ke jurang yang belum terpetakan, dia melihat sesuatu yang tidak terduga: air terjun dua tingkat yang menjulang tinggi di kejauhan, yang tidak muncul di peta mana pun.
Sekitar bulan Maret berikutnya, ia kembali dengan bekal yang lebih dari cukup: alat pengukur. Dengan mengukur ketinggian air terjun Gotca, ia mengadakan konferensi pers untuk menyatakan kepada public, bahwa dia telah menemukan air terjun tertinggi ketiga di dunia. Gabungan kedua tingkat, air merosot 2.531 kaki, ketinggian lebih dari dua Menara Eiffel.
Tentu saja, "penemuan" Ziemendorff sebenarnya bukan penemuan sama sekali. Penduduk Cocachimba sudah tahu tentang air terjun sejak 1950-an. Kota mereka terletak tepat di bawahnya. Mereka tahu itu sebagai "Gocta," menirukan suara yang dibuat oleh monyet di wilayah tersebut.
Namun ketakutan terhadap roh halus atau tahayul-tahayul lainnya, membuat mereka menghindari air terjun yang menjulang tinggi itu. Padahal, keajaiban alam itu menjadi bagian hidup mereka sehari-hari di pedalaman Amazon yang tenang.
Air terjun dengan ketinggian dua menara Eiffel ini dianggap sebagai air terjun tertinggi ketiga di dunia. Foto: Dylan Thuras/Atlas Obscura
Pernyataan bahwa Gocta adalah air terjun terbesar ketiga di dunia disambut dengan kontroversi. Namun tidak ada yang meragukan keagungan Air Terjun Gocta yang mengesankan. Lonjakan minat internasional juga menguntungkan Suku Cocachimba, yang sekarang menjadi tuan rumah bagi banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan air terjun itu.