Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Idul Adha, Keraton Yogyakarta Siapkan 7 Gunungan Untuk Garebeg

image-gnews
110 Bregada Narakarya bertugas memikul 7 Gunungan Garebeg yang akan diperebutkan oleh warga menuju Masjid Gedhe Kauman dan Pura Pakualaman, Yogyakarta, 2 September 2017. Gunungan Gerebeg ini dipercaya membawa berkah bagi Abdi Dalem dan masyarakat Yogyakarta. TEMPO/Yovita Amalia
110 Bregada Narakarya bertugas memikul 7 Gunungan Garebeg yang akan diperebutkan oleh warga menuju Masjid Gedhe Kauman dan Pura Pakualaman, Yogyakarta, 2 September 2017. Gunungan Gerebeg ini dipercaya membawa berkah bagi Abdi Dalem dan masyarakat Yogyakarta. TEMPO/Yovita Amalia
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bersiap menyambut Hari Raya Idul Adha 1440 H, yang jatuh pada Senin 12 Agustus 2019. Hari raya itu akan jadi salah satu hajjatan besar Kerato Yogyakarta.

"Keraton Jogja akan menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar untuk menperingati Idul Adha ini," ujar Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokoler Sekretariat DIY Ditya Nanaryo Aji Rabu petang 7 Agustus 2019.

Dalam upacara ini, pihak Keraton Jogja menyiapkan sebanyak tujuh gunungan atau hasil bumi, yang disusun menyerupai gunung yang akan dibagikan di tiga tempat berbeda.

Lima gunungan yakni Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan yang akan dibagikan di halaman Kagungan Dalem Masjid Gedhe.

Gunungan Gepak akan dibagikan di Pendhopo Kawedanan Pengulon di utara Masjid Gedhe. Sementara itu, dua Gunungan Kakung masing-masing akan dibagikan di Puro Pakualaman dan Kepatihan. 

Gunungan-gunungan tersebut akan dikawal oleh sepuluh bregada prajurit Keraton Yogyakarta yakni Bregada Wirabraja, Daeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawirotama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis.

Bregada Surakarsa akan mengawal lima gunungan hingga tiba di Masjid Gedhe, sedangkan Bregada Bugis akan mengawal Gunungan Kakung hingga tiba di Kepatihan. Delapan bregada lainnya akan membentuk pagar betis dari sisi utara ke selatan pada bagian tengah Alun-alun Utara.

Untuk Gunungan Kakung yang dibawa ke Puro Pakualaman akan dikawal oleh Bregada Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir. Juga diiringi pasukan gajah dari Kebun Binatang Gembira Loka.

Kata Garebeg sendiri, memiliki arti diiringi atau diantar oleh orang banyak. Hal ini merujuk pada Gunungan yang diiringi oleh para prajurit dan Abdi Dalem dalam perjalanannya dari keraton menuju Masjid Gedhe. Dalam pendapat lain dikatakan bahwa Garebeg atau yang umumnya disebut Grebeg berasal dari kata gumrebeg, mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.

Hajad Dalem Garebeg Keraton Yogya sendiri digelar tiga kali dalam setahun yakni Garebeg Mulud, Garebeg Sawal, dan Garebeg Besar. Garebeg Mulud digelar pada tanggal 12 Rabiul Awal (Mulud) untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Garebeg Sawal digelar pada tanggal 1 Sawal untuk menandai berakhirnya bulan puasa, dan Garebeg Besar dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijah (Besar) untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum pelaksanaan Garebeg Besar, terlebih dahulu digelar Hajad Dalem Numplak Wajik dan Gladhi Resik Prajurit. Numplak Wajik diselenggarakan pada tiga hari sebelum Garebeg Besar yakni Jumat (9/8) pukul 15.30 di area Pelataran Kemagangan Keraton Yogyakarta.

Inti dari prosesi ini adalah menumpahkan wajik di badan bakal calon gunungan putri. Saat prosesi berlangsung, akan diiringi dengan dengan irama gejog lesung dari Abdi Dalem Keparak. Gladhi Resik Prajurit jelang Garebeg Besar 1952 telah dilaksanakan pada Minggu (4/8) pukul 15.30 WIB.

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg. TEMPO/Pius Erlangga

Gladhi Resik ini merupakan simulasi dan latihan terakhir yang dilakukan oleh kesepuluh bregada prajurit sebelum melaksanakan tugas mengawal gunungan.

Selain menyiapkan Garebeg Besar, Keraton Jogja juga menyiapkan pergantian Tahun Baru Jawa 1953 Wawu yang akan berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2019.

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dalam momen pergantian tahun baru Jawa ini akan mengadakan Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng atau mengeliling beteng Keraton Yogya pada Sabtu (31/8) mulai pukul 21.00 WIB dari area Kamandungan Lor atau Keben.

Selama bulan Agustus, berkaitan dengan adanya Hari Raya Idul Adha dan Kemerdekaan RI, wisata Keraton Yogyakarta ditutup pada Minggu (1/8), Senin (12/8) dan Sabtu (17/8).

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

1 hari lalu

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.  Foto: Booking.com
8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

12 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

14 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Kapan Idul Fitri Pertama Kali Dilaksanakan? Begini Sejarahnya

14 hari lalu

Umat Muslim menghadiri salat Idul Fitri yang menandai akhir Ramadan, di kompleks Al-Aqsa, yang juga dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Tua Yerusalem, 10 April 2024. REUTERS/Ammar Awad
Kapan Idul Fitri Pertama Kali Dilaksanakan? Begini Sejarahnya

Imam Ibnu Katsir menjabarkan bahwa perayaan Idul Fitri pertama kali terjadi di masa Rasulullah SAW. Begini sejarahnya.


Ribuan Masyarakat Antusias Saksikan Gema Takbir Jogja 2024

17 hari lalu

Peserta Gema Takbir Jogja 2024 tengah menampilkan pertunjukan di depan Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Selasa, 9 April 2024. TEMPO/Eiben Heizar
Ribuan Masyarakat Antusias Saksikan Gema Takbir Jogja 2024

Sebanyak 11 tim--setiap tim terdiri dari 60-100 anggota--memeriahkan acara Gema Takbir Jogja 2024. Acara tahunan itu mendapat perhatian masyarakat.


8 Tempat Ngabuburit Jogja yang Seru dan Banyak Jajanan

22 hari lalu

Kota Yogyakarta menawarkan banyak destinasi wisata yang menarik dikunjungi, salah satunya Alun-alun Kidul. Jika datang di malam hari, coba lah menaiki sepeda atau becak yang dihiasi lampu LED. Tempo/Rully kesuma
8 Tempat Ngabuburit Jogja yang Seru dan Banyak Jajanan

Ngabuburit menjadi salah satu aktivitas favorit saat bulan suci Ramadhan. Ketahui rekomendasi tempat ngabuburit di Jogja berikut ini.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

23 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Tips Aman Konsumsi Makanan buat Penderita Diabetes saat Lebaran

27 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Tips Aman Konsumsi Makanan buat Penderita Diabetes saat Lebaran

Ahli gizi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membagikan kiat konsumsi makanan yang aman bagi pengidap diabetes saat hari raya lebaran.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

44 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

45 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755