TEMPO.CO, Yogyakarta - Rizky Kuncara Manik, 10 tahun, yang populer sebagai abdi dalem cilik, menjadi pusat perhatian turis saat ia tiba di gerbang Keraton Yogyakarta, Sabtu, 19 Januari lalu. Belum sepuluh langkah masuk ke halaman istana raja Ngayogyakarta itu, para wisatawan terlihat mengerubung. Anak kelas 4 SD yang berpakaian beskap lengkap ini sekilas bak aktor.
Baca juga: Wisata Mengungkap Rahasia Bakpia dan Kehidupan Abdi Dalem Yogya
"Rizky, ya? Foto dong," kata salah satu turis dengan lantang, diikuti turis lainnya. Wisatawan asing pun turut mengamati. Pamor Rizky sebagai abdi dalem cilik rupanya telah kesohor bagi pelancong yang menyambangi keraton.
Digeruduk belasan orang, Rizky tampak anteng. Ia hanya menyunggingkan senyum tanpa banyak bicara. Saat kamera menyorot, alih-alih grogi, tangannya malah langsung berpose 'ngapurancang'--sikap hormat seperti penari Jawa saat akan memulai pertunjukkan.
Rizky Kuncara Manik, 10 tahun, populer sebagau abdi dalam cilik. Ia bertugas setiap Sabtu dan Minggu di Keraton Yogyakarta. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Sedangkan kepalanya menengadah sedikit ke atas dan bahunya tegap. Rizky tampak gagah seperti prajurit. Pin lambang Keraton Ngayogyakarta di sisi kiri beskap luriknya menegaskan bahwa ia benar-benar bagian dari kerajaan itu.
Rizky datang bersama seorang abdi dalem berumur 60-an tahun. Keduanya diantar rombongan fotografer asal Jakarta yang kala itu hendak mengikuti kegiatan Rizky mulai pagi hingga sore.
Abdi dalem separuh baya itu bernama Suyat. Ia adalah kakek yang sehari-hari dipanggil bapak oleh Rizky. Kendati bukan bapak pada makna sebenarnya, hubungan keduanya bak ayah dan anak kandung.
Ada pertalian emosi yang kuat antara Suyat dan Rizky. Hal ini diakui Suyat. Rizky kecil yang sudah hidup dengannya, kerap ia bawa ke keraton dan telah ikut menjadi abdi dalem sejak usia 18 bulan.
Suyat mengenang, sekitar 8 tahun lalu, dalam ujaran yang belum jelas, Rizky yang belum genap 2 tahun minta dipakaikan busana abdi dalem lengkap seperti bapaknya. "Aku minta ikut ke keraton, tapi seperti Bapak: pakai jarik, pranaan, blangkon, beskap, dan peranti lain," kata Suyat, menirukan Rizky.
Rizky Kuncara Manik, 10 tahun, populer sebagau abdi dalam cilik. Ia bertugas setiap Sabtu dan Minggu di Keraton Yogyakarta. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Suyat kala itu langsung sadar bahwa cucu, yang ia anggap anaknya itu, istimewa. Lusuan sekolah dalang itu berpandangan kalau Rizky bukan bocah biasa, seperti anak-anak seusianya. Masih dalam keadaan 'ngedot' dan bicara yang belum fasih, Rizky telah menjadi abdi dalem atas kemauannya sendiri.
Seperti bapaknya, Rizky bertugas di bagian pewayangan. Kalau Suyat memiliki pekerjaan menata tokoh-tokoh wayang sebelum pentas, Rizky berperan membantunya. Bahkan, pada usia 10 tahun, ia sudah fasih melafalkan tokoh pewayangan lengkap dengan latar ceritanya.
Seperti abdi dalem umumnya, Rizky juga memiliki ajian keris. Ia pernah diberi keris oleh seorang kolektor. Rizky juga memegang keris yang disebut warisan Gusti Prabu. Keris itu acap disematkan di punggungnya saat ia mengenakan busana beskap dan jarik yang lengkap.
Dalam sejarah keraton, Rizky tercatat sebagai abdi dalem termuda. Kawannya berumur puluhan tahun yang layak ia sebut pakde, bude, atau eyang. Obrolannya dengan para abdi dalem sepuh ini nyambung. Seakan, tak ada batas pemisah antara anak usia 10 tahun dan 'tiyang sepuh' di atas 50-an tahun.
Meski demikian, Rizky belum tercatat secara sah sebagai abdi dalem sesungguhnya. Saat usianya cukup, ia baru bisa melampaui syarat-syarat sebagai abdi dalem. Kini, Rizky juga belum memperoleh gaji atau dana keistimewaan seperti bapaknya.
Ia hanya kerap menerima salam tempel dari rekan-rekan sesama abdi dalem. Namun, kata Suyat, duit bukan tujuan utama bocah itu bekerja sebagai abdi. "Ada kepuasan, kebanggaan, dan keikhlasan yang sepertinya mendorong," ucapnya.
Berikutnya, inilah jadwal Rizky , sang abdi dalem ini datang ke keraton