Burgushi berawal dari kecintaan pemiliknya terhadap burger dan sushi, sehingga terlintaslah ide untuk menggabungkan keduanya. Pemiliknya, Wilson Tjandra, 22 tahun, menggabungkan dua menu kesukaannya itu dalam satu menu. Ia merintis usaha ini bersama dua orang temannya. Namun saat akan mendirikan gerai pertama di Panglima Polim pada Februari lalu, teman-temannya mundur. Praktis ia mengelola Burgushi seorang diri.
Wilson menyatakan dirinya memang ingin membuat sesuatu yang unik, yaitu dengan mengganti roti pada menu burger dengan nasi. Ukuran nasi yang difungsikan seperti roti itu awalnya jauh lebih tebal dari yang dipakai saat ini. Meski sudah menjual burger dengan nasi, ternyata konsumen masih menginginkan ada menu nasi lain. Karena itu, ia menambahkan menu nasi bernama Truffle Gyudon.
Menurut Wilson, unsur sushi dalam burger terdapat pada bahan-bahan yang digunakan. Misalnya pada menu Salmon Mentai, terdapat salmon, mentimun, dan sashimi, yang identik dengan makanan sushi. Soal rasa nasi dan nori yang dominan, Wilson menjelaskan hal itu karena rasa salmon memang cenderung kurang kuat jika dibandingkan dengan rasa daging sapi. "Lebih ringan," katanya kepada Tempo, saat itu.
Sebagai pemilik, Wilson terlihat tidak segan untuk terjun melayani pelanggan, bahkan yang menerima dan mengantar pesanan kami adalah Wilson. Ia mengatakan ingin benar-benar mengerti soal bisnis yang tengah digelutinya ini, mulai dari produk sampai kecepatan penyajian.
Adapun bahan-bahan makanan yang digunakan restoran ini didapat dari pemasok yang berasal dari dalam negeri, meski sejumlah bahannya didapatkan dari barang impor. Wilson menjual burgernya pada kisaran Rp 30-45 ribu.
Baca juga: Uniknya Restoran ala Harry Potter, Buka hingga 29 Januari 2019
KORAN TEMPO