"Pengenalan ini sekaligus memberikan pemahaman kepada mereka tentang konsep Gusjigang, terutama untuk `gang` atau dagang, kemudian bagaimana masyarakat Kudus mengembangakan potensi," ujarnya.
Mahasiswa asing tersebut, kata dia, tidak sekadar mengetahui tentang Kopi Muria, melainkan bisa mempraktikkan mulai dari menanam kopi hingga mengolah kopi serta menikmati minuman Kopi Muria.
Dengan demikian, lanjut dia, mereka merasakan pengalaman tersendiri yang belum pernah diperoleh di negaranya sendiri sekalipun.
Setelah diperkenalkan Kopi Muria, mereka akan diperkenalkan potensi lainnya, seperti batik Kudus dan beberapa komoditas unggulan lainnya.
Ilustrasi buah kopi
Farhana, salah satu mahasiswa asal Turki, mengakui memilah biji kopi, menggoreng, hingga menumbuknya kemudian membuat minuman kopi sendiri merupakan pengalaman yang pertama kalinya.
Apalagi, lanjut dia, di negaranya tidak ada tanaman kopi, meskipun untuk penjual kopi memang ada.
"Melihat langsung tanaman kopi juga pengalaman yang pertama karena sebelumnya memang belum pernah," ujarnya.
Pham Thi Thao, mahasiswa asal Vietnam, mengaku terkesan dengan Kota Kudus yang memiliki tanaman kopi.
Ia mengapresiasi tanaman kopi yang begitu melimpah di Kabupaten Kudus dan proses pembuatan minuman kopi yang masih tradisional.
Shaitsa Azimi, mahasiswa asal Afghanistan, juga mengaku kagum dengan pengenalan Kopi Muria karena tidak sekadar mendapatkan pengetahuan tentang cara membuat minuman kopi, melainkan juga ikuti praktik menanam kopi.