Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pasar Keroncong Kotagede, Kemeriahan di Kawasan Kerajaan Mataram

image-gnews
Suasana di Kotagede saat pergelaran Pasar Keroncong 2017. (Dok. Pasar Keroncong Kotagede)
Suasana di Kotagede saat pergelaran Pasar Keroncong 2017. (Dok. Pasar Keroncong Kotagede)
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Saatnya pecinta dan pemain musik keroncong berkumpul kembali dalam acara tahunan Pasar Keroncong di kawasan Kotagede Yogyakarta. Tahun ini diadakan pada tanggal 15-16 Desember 2018. Tiga panggung dan belasan grup orkestra keroncong akan menghibur penonton dengan mengambil latar belakang Pasar Kotagede.

Dengan mengambil tema Bersatu Kita Keroncong, gelaran Pasar Keroncong ini memang untuk menyatukan kembali berbagai perbedaan dalam iklim politik yang tengah memanas. Sebanyak 14 grup keroncong dari berbagai daerah akan berusaha menyatukan perbedaan mereka dalam satu nafas yakni keroncong.

Sekretaris Dinas Pariwisata DIY, Rose Soetikno menuturkan Pasar Keroncong ini mampu masuk dalam kalender event internasional. Sebab, meskipun Yogya termasuk dalam salah satu destinasi terkemuka di tanah air ternyata jumlah kegiatan yang masuk dalam kalender internasional masih minim. "Saya harap Pasar Keroncong nanti bisa sejajar dengan event lain di Yogya seperti Customfest ataupun Ngayogjazz," ujarnya.

Pemilihan lokasi Pasar Keroncong pun dinilai tepat di Kotagede yang selama ini menjadi Heritage City dan merupakan tonggak budaya Mataram, cikal bakal Yogyakarta.Di sini, banyak potensi budaya tapi belum terlalu populer.

Salah satu grup keroncong yang tampil di panggung Pasar Keroncong Kotagede 2017. (Dok. Pasar Keroncong Kotagede)

Dalam Pasar Keroncong, sebanyak 14 grup keroncong dari berbagai daerah akan tampil. Seperti Kos Atos dari Malang, Pecas Ndahe dari Solo, SD Muhammadiyah Kleco Kotagede feat Subarjo HS, Keroncong Agawe Santosa, OK Dewa Dewi, OK Kidung Etnosia, Violet Keroncong dari Universitas Negeri Jakarta, OK Sorlem, OK Kidung Etnosia, OK Sinar Nada, OK Jenak Semanak, OK Depsko, OK Pelipur Lara dan Komunitas Keroncong Nusantara.

Tiga panggung untuk gelaran Pasar Keroncong itu di antaranya Panggung Lorring Pasar Kotagede, Panggung Sopingen dan Panggung Kajengan di Kampung Trunojayan.

Penggagas Pasar Keroncong Kotagede, M Natsir mengatakan, hajatan Pasar Keroncong ini sebagai upaya untuk melestarikan musik keroncong yang kini mulai banyak ditinggalkan. Kehadiran musik dangdut dan juga balutan musik modern diakui memang telah membuat musik keroncong kian terpinggirkan. "Nasib seniman keroncong mulai terpinggirkan. Upaya regenerasi musik keroncong seolah terhenti karena tidak ada pementasan keroncong secara reguler dilakukan," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca Juga: 

Menyeruput Segarnya Jamu Batok di Pasar Kotagede Yogyakarta

Nostalgia, Ini 4 Jajanan Pasar Legi Kotagede Jogja

Keprihatinan terhadap musik keroncong memang cukup beralasan. Di Kotagede misalnya, dulu ada beberapa grup musik keroncong yang eksis menghibur penonton bahkan ada salah satu grup yang cukup terkenal sehingga sering dipanggil mengisi acara di radio ataupun televisi.

Kini, pihaknya berupaya kembali menghidupkan musik keroncong di kawasan Heritage Kotagede. Dengan memberikan panggung pementasan, diharapkan akan semakin banyak generasi muda yang mengenal dan mencintai musik keroncong sebagai salah satu pendukung kebudayaan di tanah air. "Kami juga berharap agar keroncong ini juga menjadi ikon baru di Kotagede sehingga mampu menarik lebih banyak wisatawan," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

8 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

9 hari lalu

Kendaraan antre memasuki kawasan Jalan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

Pemudik maupun wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi tak sedikit yang melewati jalur alternatif.


Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

9 hari lalu

Tempat khusus parkir Ngabean Yogyakarta yang menjadi lokasi parkir bus untuk wisatawan Malioboro pada Kamis, 29 Oktober 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

Pemerintah Kota Yogyakarta mengantisipasi aksi nuthuk harga dengan membuka kanal aduan melalui media sosial.


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

14 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Mudik ke Yogyakarta, Ketahui Jalur Utama dan Alternatif untuk Antisipasi Kemacetan

27 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Mudik ke Yogyakarta, Ketahui Jalur Utama dan Alternatif untuk Antisipasi Kemacetan

Yogyakarta memiliki empat jalur yang utama sedangkan jalur alternatif ada tujuh, bisa digunakan pemudik saat libur Lebaran.


Sepotong Yogya di Belantara Jakarta

33 hari lalu

Sepotong Yogya di Belantara Jakarta

Sejumlah restoran serta kedai kopi di Jakarta dan sekitarnya menyuguhkan tema ala Yogyakarta untuk nostalgia. Menu mirip kuliner di Yogyakarta.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

44 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

49 hari lalu

Pasar Kangen Wiwitan Pasa di halaman Polda DI Yogyakarta berlangsung 7-9 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

Wiwitan Pasa di Yogyakarta menyuguhkan Pasar Kangen, semacam pasar tradisional dengan beragam kuliner jadul dan panggung hiburan.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

50 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Diwarnai Berbagai Aksi Jelang Pemilu, Sultan HB X Dorong Warga Jaga Yogyakarta Tetap Adem

12 Februari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Diwarnai Berbagai Aksi Jelang Pemilu, Sultan HB X Dorong Warga Jaga Yogyakarta Tetap Adem

Gerakan menjaga Yogyakarta damai dalam Pemilu 2024 telah dirintis Sultan Hamengku Buwono X sejak Oktober lalu.