Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Brahmantya Satyamurti Purwadi meresmikan Menara Pandang bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan. ''Penting menjaga lingkungan laut, dan melarang pembuangan sampah plastik di laut,'' ucapnya.
Dikatakaan bahwa melalui aksi penanaman mangrove dan bantuan menara pandang di pesisir pantai ini, diharapkan ke depannya dapat memberikan manfaat untuk menahan abrasi air laut, menyediakan laboratorium alam sebagai tempat penelitian, dan menjadikan daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata mangrove unggulan, sehingga ujungnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Di Gili Sulat Kabupaten Lombok Timur, yang luas pulaunya sekitar 360 hektar, merupakan pulau hutan bakau yang masih alami. Berbagai species burung hidup di hutan mangrove tersebut. Yaitu antara lain burung Maleo (Macrocephalon maleo). Pulau yang tidak berpenghuni sangat ideal untuk berwisata. Untuk mendatangi pulau tersebut bisa dijangkau dengan kapal motor selama 1,5 jam dari Dusun Transad Desa Labuhan.
Secara terpisah, ahli mangrove pengajar Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Mataram Prof Agil Al Idrus menjelaskan bahwa mangrove di Gili Sulat Lombok Timur memiliki kekhasan di dunia.
Kekhasan ekosistem mangrove di Gili Sulat adalah pertama zonasi artificial, yakni: zona outzone (zona belakang) ditumbuhi oleh populasi spesies Avecennia marina. Kedua, Gili Sulat terbentuk pola kehidupan yang sangat jelas, berturut-turut dari ekositem perairan laut - ekosistem terumbu karang- ekosistem padang lamun - ekosistem mangrove- ekosistem ekotone (peralihan) - ekosistem terestrial. Ketiga, kekhasan yang lain adalah komposisi penyusun mangrove terdiri dari delapan spesies mangrove sejati. ''Ketiga hal tersebut tidak dijumpai di tempat lain,'' paparnya.
Agil Al Idrus menyebutkan hasil temuan penelitiannya terakhir bahwa fungsi mangrove lainnya adalah sebagai bioindikator pencemaran lingkungan logam berat dengan mengukur index mitos pada kromosom mangrove. ''Ini temuan saya yang belum pernah dipublikasikan ahli yang lainnya,'' ujarnya.
SUPRIYANTHO KHAFID