“Ngayogjazz tak sekedar tontonan, tapi juga peristiwa budaya dan media pembentuk masyarakat pendukung produk seni,” kata penggagas Ngayogjazz, Djaduk Ferianto yang menjadikan warga desa tuan rumah sebagai mitra mutual, bukan sekedar obyek. Dia mengambil tema Negara Mawa Tata, Jazz Mawa Cara untuk Ngayogjazz 2018. Kurang lebih maknanya adalah meskipun negara punya aturan sendiri, tapi tiap daerah juga punya adat budaya khas sesuai kearifan lokal masing-masing, salah satunya dengan jazz.
Setiba di desa yang berada di pinggir jalan lintas menuju Pantai Samas di ujung selatan Yogyakarta, pengunjung diajak memarkir kendaraannya di kantor lurah, lapangan bola, bahkan pekarangan warga yang luas. Tarif parkir dipatok Rp 5.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 10 ribu untuk roda empat disertai bukti potongan karcis.
Paling jauh butuh jalan kaki sekitar 500 meter dari lokasi parkir ke perhelatan. “Warga sudah menyiapkan tempat untuk panggung dan kuliner,” kata Lurah Gilangharjo, Pardiyono.
Pengunjung disambut hiasan dari bambu yang menjadi gapura pintu masuk. Kemudian papan besar di tepi jalan kampung yang menjelaskan peta lokasi panggung-panggung musik jazz sekaligus nama-nama penampilnya. Maklum, ada enam panggung terpisah yang dibuat dengan lebih dari 40 kelompok musik.
Nama panggung diambil dari istilah jabatan di pedesaan masa lalu. Ada Panggung Carik, Kamituwa, Jagabaya, Jagatirta, Bayan, dan Lurah.
Artis penampilnya tak hanya artis jazz ibu kota yang sudah beken seperti Idang Rasidi, Tompi, Tohpati, Syaharani, Margie Segers dan Brayat Endah Laras. Melainkan diriuhkan dengan penampilan kelompok-kelompok musik jazz berbagai daerah seperti Anteng Kitiran, Jes Udu Purwokerto, Kua Etnika, Geliga.
Juga sejumlah kelompok jazz luar negeri ikut manggung, seperti Kika Sprangers Quintet dari Belanda, Ozma Quintet dari Perancis, dan Rodrigo Parejo Quartet dari Spanyol. Termasuk penampilan seni tradisi Gilangharjo berupa sendratari, gejog lesung, dan reog bocah. Tak heran bebunyian irama musik terdengar saling timpa karena disuarakan dari enam panggung yang berbeda.