Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebelum ke Everest, Ini Suka-duka Persiapan Fransiska-Mathilda

image-gnews
Mathilda Dwi Lestari (kiri) dan Fransisca Dimitri Inkiriwang dari tim WISSEMU di sekretariat Mahitala, Bandung, 9 Agustus 2017. Pada 2018 keduanya akan mendaki puncak ke-7 yaitu Everest. Dan jika berhasil akan menjadi pendaki wanita Seven Summiter pertama dari Indonesia. TEMPO/Prima Mulia
Mathilda Dwi Lestari (kiri) dan Fransisca Dimitri Inkiriwang dari tim WISSEMU di sekretariat Mahitala, Bandung, 9 Agustus 2017. Pada 2018 keduanya akan mendaki puncak ke-7 yaitu Everest. Dan jika berhasil akan menjadi pendaki wanita Seven Summiter pertama dari Indonesia. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Bandung -Puncak Everest (8848 mdpl) menjadi impian banyak pendaki di dunia. Pun duo pendaki mahasiswi Bandung, Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari yang berusia 24 tahun. Keduanya berhasil menjejakkankaki di atap dunia itu pada Kamis, 17 Mei, kemarin.

Anggota tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unversitas Parahyangan (WISSEMU) itu mempersiapkan latihan fisik dan teknik selama hampir setahun sebelum menjelajahi Everest.

Baca juga: Dua Mahasiswi Indonesia Berhasil Mencapai Puncak Everest

Everest kerap ditempatkan sebagai misi pamungkas dalam ekspedisi Seven Summits, atau tujuh puncak gunung tertinggi di tujuh lempeng benua di bumi. Tim Wissemu pun menerapkan pola seperti itu. Pencapaian satu per satu puncak enam gunung dari Carstenz di Papua hingga Denali di Alaska pada kurun 2014-2017, menjadi rangkaian latihan fisik (juga persiapan logistik) untuk sampai ke puncak Everest. Dan tentu juga sampai kembali dengan selamat.

Usai turun dari puncak Denali, Fransiska dan Mathilda hanya sempat istirahat sebentar. Pola latihan pada medio 2017 harus segera disusun bersama para senior yang sebelumnya sukses sebagai tim Seven Summiters dari Indonesia. "Dimulai lari santai dari kampus ke Punclut selama 45 menit," kata Fransiska sebelum berangkat ke Everest.

Lari rutin itu untuk menjaga kebugaran fisik. Mulai September-November 2017 latihan mulai intens dengan ragam pola. Mereka misalnya latihan slide, berjalan kaki sambil membawa beban di punggung dan menyeret sebuah ban truk dengan tali.

Lain waktu mereka harus mendaki Gunung Burangrang seraya menanggung beban seberat 20-30 kilogram berkali kali. Tim juga melakukan yoga untuk melatih ketenangan, berenang untuk melatih pernafasan, dan panjat tebing sekaligus untuk meningkatkan mental terhadap ketinggian.Mathilda Dwi Lestari (kanan) dan Fransisca Dimitri Inkiriwang dari tim WISSEMU dalam salah satu sesi latihan di kampus Unpar, Bandung, 9 Agustus 2017. Dalam latihan, mereka naik turun tangga di gedung bertingkat sebanyak sepuluh kali. TEMPO/Prima Mulia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Latihan persiapan yang berat, kata Fransiska, yaitu simulasi pendakian menjelang puncak Everest di Bandung. Pada situasi menjelang puncak itu, mereka tidak boleh istirahat di tengah perjalanan panjang dari Camp 3. "Latihannya jalan muter-muter selama 24 jam tanpa istirahat," kata Fransiska.

Meskipun telah menempa fisik hingga terbang ke Nepal akhir Maret lalu, Fransiska dan Mathilda tak jumawa. Cita-cita mereka bercampur kepasrahan, karena hasil latihan bisa buyar oleh kondisi cuaca dan alam pegunungan Himalaya yang ekstrim. Pun ketika Mei menjadi waktu yang terbaik untuk pendakian ke puncak Everest.

Sebagai catatan, Mathilda pernah asma dan membawa cedera pada bantalan lutut kakinya. Hipotermia dan penyakit gunung lain juga mengintai. Wajib makan, minum, tidur cukup, dan rajin menggerakkan badan menjadi faktor penting, selain mengikuti perintah guide Hiroyuki Kuraoka asal Jepang. "Kami suka Hiro karena paham karakter pendaki Asia," kata Fransiska.

Persiapan faktor utama lain menyangkut dana ekspedisi dan logistik berjalan seiring latihan fisik. Ekspedisi yang disokong Bank Rakyat Indonesia serta Universitas Parahyangan itu sempat kekurangan dana dan membuka donasi publik. Menurut Fransiska, biaya ke Everest setidaknya sebesar Rp 1,8 miliar per orang.

ANWAR SISWADI (Bandung)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

26 Februari 2024

Ilustrasi pendaki Gunung Everest (Pixabay)
Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

Chip ini diperkirakan akan mulai berlaku pada musim semi mendatang, yang bertepatan dengan dimulainya musim pendakian di Gunung Everest.


17 Landasan Pesawat Paling Berbahaya di Dunia, Ada di Asia hingga Antartika

4 Januari 2024

Daftar landasan pesawat paling berbahaya di dunia, di antaranya Bandara Lukla di pegunungan Everest, Nepal hingga Bandara McMurdo di Antartika. Foto: Canva
17 Landasan Pesawat Paling Berbahaya di Dunia, Ada di Asia hingga Antartika

Daftar landasan pesawat paling berbahaya di dunia, di antaranya Bandara Lukla di pegunungan Everest, Nepal hingga Bandara McMurdo di Antartika.


Pemanasan Global Akibatkan Everest Kehilangan Sepertiga Es dalam 30 Tahun

31 Oktober 2023

Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, dan puncak pegunungan Himalaya lainnya terlihat melalui jendela pesawat selama penerbangan gunung dari Kathmandu, Nepal 15 Januari 2020. REUTERS/Monika Deupala
Pemanasan Global Akibatkan Everest Kehilangan Sepertiga Es dalam 30 Tahun

Gunung Everest di Nepal yang tertutup salju telah kehilangan hampir sepertiga esnya dalam lebih dari 30 tahun akibat pemanasan global


Pejabat Malaysia Meninggal saat Mendaki Everest

31 Oktober 2023

Ilustrasi Gunung Everest (REUTERS)
Pejabat Malaysia Meninggal saat Mendaki Everest

Kementerian Luar Negeri Malaysia memastikan seorang pejabatnya, Parthiban A/L Kandasamy, 38 tahun, meninggal saat melakukan pendakian ke Everest.


Pendaki Wanita Norwegia Taklukkan 14 Puncak Tertinggi Dunia dalam 3 Bulan

27 Juli 2023

Pendaki gunung Norwegia Kristin Harila,  di Kathmandu, Nepal 4 Mei 2023. REUTERS/Navesh Chitrakar
Pendaki Wanita Norwegia Taklukkan 14 Puncak Tertinggi Dunia dalam 3 Bulan

Seorang wanita Norwegia dan pemandu sherpa-nya berhasil mendaki 14 puncak gunung di atas 8.000 meter hanya dalam waktu 3 bulan.


Pendaki Malaysia Diselamatkan dari 'Zona Kematian' Puncak Everest

2 Juni 2023

Ngima Tashi Sherpa berjalan sambil menggendong seorang pendaki Malaysia saat menyelamatkannya dari zona kematian di atas kamp empat di Everest, Nepal, 18 Mei 2023. Pemandu sherpa Nepal ini menyelamatkan pendaki Malaysia yang bergelantungan di tali dan menggigil kedinginan. Gelje Sherpa/Handout via REUTERS
Pendaki Malaysia Diselamatkan dari 'Zona Kematian' Puncak Everest

Seorang pemandu Everest melihat pendaki Malaysia tu berpegangan pada tali dan menggigil kedinginan di daerah yang disebut "zona kematian".


Pria Ini Pecahkan Rekor, 28 Kali Mendaki Puncak Everest

26 Mei 2023

Foto yang diabadikan pada 11 November 2020 ini menunjukkan pemandangan pegunungan Annapurna di Nepal. Annapurna Base Camp (ABC) salah satu destinasi jalur pendakian di barisan Pegunungan Himalaya yang tak kalah tersohor dengan Everest Base Camp.  (Xinhua/Tang Wei)
Pria Ini Pecahkan Rekor, 28 Kali Mendaki Puncak Everest

Seorang pendaki Nepal yang mendaki Gunung Everest mencatatkan rekor ke-28 kalinya minggu ini.


Ekspedisi Malaysia ke Everest, Satu Pendaki Meninggal dan Lainnya Hilang

21 Mei 2023

Pendaki melintasi sungai gletser kering menuju Periche. Dingboche dan Lobouche terdapat tempat bernama Periche dan Thukla. Pericha adalah desa kecil yang sangat indah berada di samping aliran sungai gletser yang jernih. Foto: Robertus Robet
Ekspedisi Malaysia ke Everest, Satu Pendaki Meninggal dan Lainnya Hilang

Satu pendaki anggota tim Misi Everest Malaysia 2023 meninggal, dan seorang lainnya hilang setelah mencapai puncak gunung tertinggi dunia itu.


Ilmuwan Ungkap Alasan Gunung Everest Keluarkan Suara Menakutkan di Malam Hari

4 Mei 2023

Suasana di Everest Base Camp, Nepal. Pendakian ke Puncak Everest dari sisi Nepal, bermula dari Everest Base Camp (EBC), di ketinggian 5.364 meter. Untuk mencapai EBC, pengunjung harus melalui penerbangan domestik dari Kathmandu ke Lukla. Foto: Robertus Robet
Ilmuwan Ungkap Alasan Gunung Everest Keluarkan Suara Menakutkan di Malam Hari

Dr Podolskiy dan timnya menghabiskan tiga minggu menggigil di Gletser Trakarding-Trambau dengan pemandangan penuh Gunung Everest.


Kisah Sejoli Pilot Nepal, Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Berselang 16 Tahun

16 Januari 2023

Co-pilot Anju Khatiwada. Foto : ABP News )
Kisah Sejoli Pilot Nepal, Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Berselang 16 Tahun

Anju Khatiwada, co-pilot yang menjadi salah korban jatuhnya pesawat Yeti Airlines Nepal, menyusul suaminya, seorang pilot yang tewas 16 tahun lalu.