TEMPO.CO, Surabaya - Mencari kuliner bebek di Surabaya bukan perkara sulit. Hampir di setiap jalan, warung-warung bebek goreng mudah ditemukan. Apalagi bebek goreng ala Madura.
Namun, bila mencari kuliner yang unik, Anda bisa menyambangi Tugu Pahlawan di Jalan Tembaan, Alun-alun Bubutan. Tepat di seberang taman kota, yang juga disebut Taman Tugu Pahlawan, dapat dijumpai warung kaki lima sederhana yang ramai pengunjung.
Baca juga: Menu Bebek Tersebar di Kawasan Tebet
Warung tenda itu milik Hajah Minhah. Kata Muklis, salah satu pegawai yang ditemui pada Sabtu malam, 28 April, usaha ini sudah berjalan sejak 1989. Dari dulu sampai sekarang, tiap lepas sore, warung selalu heboh. Pengunjung menyemut mengerubungi gerobak kuliner yang ditempatkan tepat di bawah tenda oranye.
Untuk memesan saja, saking ramainya, antrean terbagi menjadi dua: antrean makan di tempat dan dibawa pulang. Pada masing-masing antrean, pengunjung langsung dilayani oleh pegawai. Konsumen pun bebas memilih bagian bebek yang disukai: paha super, paha biasa, dada, jeroan, atau protolan.
Bagian paling favorit adalah paha super dengan ukuran jumbo. Biasanya, setelah pukul 20.00, potongan paha super sudah ludes.
Setelah kelar berburu bebek, saatnya berjuang mendapatkan tempat duduk. Rata-rata pengunjung yang makan di tempat tampak mengunyah terburu-buru. Mereka menyadari ada pengunjung lain yang sedang menungguinya makan.
Malam itu, seorang ibu dan suaminya makan secepat kilat, lalu beranjak dari kursi plastik dan langsung memberikan tempat duduknya kepada Tempo. Ternyata di sinilah uniknya menikmati bebek di Tugu Pahlawan. Saat makan, Anda akan merasa ditatap oleh banyak mata sehingga membuat ritme mengunyah terasa lebih cepat dari biasanya.Pegawai sedang melayani pembeli di Bebek Tugu Pahlawan, Surabaya, Sabtu, 28 April 2018. Tempo/ Francisca Christy Rosana
Namun, di sela kesibukan mengunyah itu, Anda masih tetap dapat menikmati rasa bebek yang istimewa. Lantas, bagaimana rasa bebek legendaris itu?
Pada kecapan pertama, rasanya tak tertinggal sedikit pun aroma amis atau bau lumpuh sawah dari daging bebek. Bumbunya pas, sehingga gurihnya meresap sampai daging bagian dalam.
Ada parutan kelapa goreng yang ditaburkan di atas bebek. Keberadaannya menyempurnakan rasa gurih. Bebek makin nikmat ketika disantap bersama nasi putih hangat yang uapnya masih mengepul. Yum! Suapan demi suapan tak terasa begitu cepat masuk mulut dan tangan seketika belepotan oleh minyak.
Para pengunjung yang datang ternyata bukan cuma pelanggan. Mereka kebanyakan berasal dari luar kota. Seperti Adit dari Kediri dan Angga dari Sidoarjo. Keduanya datang lantaran penasaran. “Tahu dari rekomendasi teman,” tutur Angga dan Adit, bersamaan.
Sedangkan Evi, wisatawan dari Lamongan, sengaja mampir karena sebelumnya ia pernah menyambangi warung tersebut. “Dulu pernah, sekarang kepingin lagi,” ujarnya. Selain enak, kata Evi, harga yang ditawarkan pun relatif murah.
Seporsi bebek paha super dibanderol Rp 22 ribu. Sedangkan paha biasa Rp 18 ribu, dada Rp 18 ribu, jeroan Rp 12 ribu, dan protolan Rp 17 ribu. Warung ini mulai buka pukul 18.00 dan akan tutup ketika dagangan habis.
Bila ingin berkunjung, sebaiknya Anda datang tepat pukul 18.00. Tentu belum terlalu antre dan potongan bebek pun masih komplet. Anda bisa memilih sesukanya.