TEMPO.CO, Kotawaringin Barat - Musim kemarau telah tiba dan ini adalah saat yang tepat menjelajahi Taman Nasional Tanjung Puting di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Ada ratusan fauna di hutan ini, tapi orangutan Kalimantan adalah primadonanya.
Kenapa musim kemarau cocok untuk berkunjung? Pada musim kemarau Anda dapat menyaksikan orangutan di camp dengan jumlah lebih banyak daripada saat musim hujan. Sebab, saat kemarau, buah-buahan di tengah hutan tak banyak tumbuh sehingga orangutan lebih suka menyambangi camp untuk menyantap buah yang disediakan petugas.
Menurut data terakhir Orangutan Foundation International, ada sembilan spesies primata yang dikenal dengan nama orangutan Kalimantan. Tiga di antaranya merupakan primata endemik Kalimantan, yang salah satunya adalah orangutan Kalimantan.
Spesies orangutan Kalimantan termasuk langka di dunia. Tak heran kalau orang dari banyak negara datang. Mereka ingin bertemu dengan hewan yang mampu bertahan hidup sampai 60 tahun ini.
“Kebanyakan wisatawan berasal dari Eropa dan Australia,” kata pegiat wisata sekaligus pemilik operator wisata Orang Utan Days kepada saat ditemui di Taman Nasional Tanjung Putting, Februari lalu.Seorang awak kapal sedang membersihkan kapal klotok di Sungai Sekonyer, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, Senin pagi, 19 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Ada lima titik alias camp yang bisa dikunjungi wisatawan di Taman Nasional Tanjung Puting. Camp. dan yang paling ramai ialah Camp Leakey. Lokasi camp ini ada di lumbung taman nasional.
Camp Leakey termasuk habitat orangutan. Di sana, wisatawan dapat menyaksikan orangutan melakukan aktivitas harian, seperti makan, bermain dengan sesamanya, dan meloncat di pepohonan rindang. Mereka juga akan minum susu yang telah disediakan petugas taman nasional.
Ada waktu-waktu khusus untuk berkunjung ke camp. Misalnya pada pukul 14.00 hingga 16.00, yakni saat orangutan makan siang. Petugas akan memanggilnya dengan teriakan “Iuuuw iuuw,” sampai para orangutan muncul di camp.
Buat menyambangi camp, wisatawan kudu menyusuri Sungai Sekonyer menggunakan kapal klotok dari Dermaga Kumai, Pangkalanbun. Sungai Sekonyer membentang sepanjang 45 kilometer. Di titik dekat camp, kapal klotok akan menepi dan Anda kudu berjalan kaki masuk ke hutan sejauh kurang lebih 2 kilometer.
Idealnya, wisatawan menginap di kapal klotok selama 3 hari 2 malam. Mereka akan merasakan sensasi bermalam di tengah hutan dan menyatu bersama ratusan jenis fauna. Biaya untuk live on board di Sungai Sekonyer berkisar Rp 2 jutaan per orang.
Artikel lain: Jembatan Widang-Babat Ambruk, Sekilas Tentang Babat kota Wingko