TEMPO.CO, Jakarta - General Manager Amadeus Indonesia Andy Yeow dalam laporannya menyebutkan pelancong Indonesia tercatat sebagai turis yang gemar melakukan riset melalui telepon seluler untuk traveling atau berlibur.
Saat berlibur, 72 persen pelancong Indonesia akan tetap mengakses online travel agent Traveloka, aplikasi chatting WhatsApp, dan media sosial Facebook melalui ponsel. Sedangkan wisatawan Jepang tercatat yang paling jarang mengakses aplikasi apa pun saat berwisata. “73 persen wisatawan Jepang mengatakan tidak menggunakan aplikasi sewaktu liburan,” ujar Yeow di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Kamis, 29 Maret 2018.
Baca juga: Pelancong Indonesia Paling Doyan Mengakses Medsos Saat Liburan
Masyarakat Indonesia memang gemar bermain media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram untuk mengisi waktu luang. Namun, bagaimana cara menggunakan media sosial pada saat traveling agar tetap menikmati perjalanan, serta mengunggah foto liburan? Berikut tipnya.
Travel blogger dari KitaINA atau situs kitaina.id, Kartika Dwi Ayuningtias, mengatakan sebaiknya kita tidak melulu bermain media sosial saat liburan. "Setelah puas foto-foto, nikmatin aja (tempatnya)," kata dia di JSC Hive Kuningan, Jakarta, Sabtu, 14 April 2018.
Tika menyarankan wisatawan bisa menggunakan media sosial pada saat baru sampai di lokasi wisata. "Jadi istilahnya bikin konten dulu baru nikmatin viewnya," ujarnya. Misalnya di kafe, pengunjung bisa memotret makannya dulu sebelum dicicipi.
Lantas soal waktu yang tepat untuk mengunggah sebuah foto liburan, menurut Tika, adalah pada saat liburan agar kelihatan update. "Karena kadang-kadang teman kita juga bertanya tentang wisata itu," ucapnya.
Biasanya foto yang diunggah pada saat liburan dimasukkan di IG Story, sedangkan bagi yang suka mengunggah foto setelah liburan, bisa di halaman utama Instagram.
Soal keterangan foto alias caption, Tika mengatakan biasanya traveler menggunakan quotes atau kata-kata mutiara dari tokoh yang memberi semangat. Ada juga caption yang berisi informasi. "Misalkan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Atau 'ternyata pantai ini bagus karena apa', 'ternyata ada lokasi lain loh di tempat ini', atau 'ternyata ke sini susah ya'," ujarnya.
Caption bisa berisi tip namun disarankan tidak terlalu panjang. Standarnya 2-3 kalimat. Meski begitu, menurut Tika, ada juga travel blogger yang memuat cerita atau long story yang berisi data-data traveling.
REZKI ALVIONITASARI | FRANCISCA CHRISTY ROSANA