Menjangan Bali Jadi 100 Top Destinasi Hijau Dunia
Kamis, 29 September 2016 13:44 WIB
INFO TRAVEL - Sekali lagi sektor pariwisata Indonesia menunjukkan prestasi di dunia. Kali ini, destinasi Plataran L’harmonie Menjangan, Bali Utara dan Barat, dinobatkan sebagai Top 100 Destinasi Hijau Dunia dalam Global Green Destination Day di Ljubljana, Slovenia.
Selain itu, dalam rangkaian Hari Pariwisata Dunia “The Tourism Day”, 27 September 2016, Global Green Destination Day mencatat Misool Radja Ampat, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Barat sebagai top 100 destinasi dunia.
Ketua Tim Percepatan Ecotourism Kemenpar David Makes mengatakan pemilihan 100 destinasi dunia dari 46 negara, termasuk Indonesia, itu cukup membanggakan. Terpilihnya dua wilayah tersebut sebagai destinasi pariwisata hijau menegaskan bahwa pariwisata Indonesia diperhitungkan secara global.
“Diharapkan ke depan pengembangan pariwisata nasional menuju sebuah destinasi hijau, sehingga moto Kementerian Pariwisata ‘Semakin Dilestarikan Semakin Menyejahterakan’ betul-betul konkret,” kata David.
Dia menyebut, Plataran L’harmonie Menjangan, Bali Barat dan Utara yang bisa diakses melalui hutan sepanjang empat kilometer dari Jalan Raya Gilimanuk-Buleleng memang layak dinobatkan sebagai Top 100 Destinasi Hijau Dunia.
Hal ini mengingat destinasi wisata tersebut lebih mengedepankan kelestarian dan keasrian alam seperti konstruksi jalan dengan makadam atau bebatuan yang ditata tanpa aspal ataupun cor beton, serta papan penunjuk serba kayu dan artistik. “Jika bernasib mujur, wisatawan bisa bertemu dengan hewan menjangan bercula panjang atau kawanan monyet yang sudah akrab dengan manusia,” ujarnya.
Di sana ada banyak aturan ketat untuk melindungi satwa tersebut. Misalnya, memberi makanan, kecepatan kendaraan maksimal 10 kilometer per jam, juga dilarang berburu dan memancing sembarangan, serta memotong pepohonan. Resort di dalam Taman Nasional Bali Barat juga menggunakan tagline “Integrated Eco Nature Development Park”.
Kemudian, ada The Octagon di lantai tiga. Di sana, setiap turis bisa memandang panorama sunset pada area terbuka sambil menikmati secangkir kopi panas. Plataran Group memang menampilkan dekorasi khas dengan koleksi barang-barang antik, seperti lonceng raksasa dari Nederland yang dipajang di lobi resto. “Tembok-tembok bangunan juga memanfaatkan bekas-bekas batu karang yang ditata rapi, menambah kenyamanan saat mata memandang,” ujar David.
Kementerian Pariwisata memang sedang concern membangun ecotourism. Ini bukan perkara mudah bagi negara berkembang seperti Indonesia karena mensyaratkan berbagai kriteria khusus untuk dipenuhi. Tapi Menpar Arief Yahya sudah berkomitmen mempertahankan dan melestarikan nature sebagai warisan kekayaan Tanah Air.
Karena itu, dia selalu menekankan untuk menjaga konservasi dengan menonjolkan keaslian alam di hampir semua destinasi. “Kalau ada potensi terumbu karang, jangan pernah dirusak karena hanya akan menghancurkan masa depan kita,” kata mantan Direktur Utama PT Telkom itu.
Dia mencontohkan, di Mandeh, Sumatera Barat—disebut Raja Ampat Sumatera—di mana dahulu dijadikan lahan pencarian oleh warga Carocok dengan menangkap ikan, bahkan mengambil terumbu karang untuk dijual.
“Satu hari mereka hanya mendapatkan income Rp 50 ribu tapi saat berubah menjadi destinasi wisata, pendapatan mereka naik menjadi Rp 225 ribu per hari. Mereka pun menjaga terumbu karang dan ikan yang ada di dalamnya. Itu contoh, bahwa semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” kata Arief. (*)