TEMPO Interaktif, Namanya rabeg. Bentuk dan aromanya mirip semur daging. Ini adalah masakan khas Serang, Banten. Disajikan dalam mangkuk kecil, potongan daging, dan jeroan kambing, serta daging sapi menyembul dari kuah cokelatnya. Kuah yang hangat itu terasa agak pedas.
Rabeg banyak dijajakan di seantero Kota Serang. Salah satu penjualnya adalah Haji Naswi. Kedainya berada di Jalan Raya Serang-Cilegon, tepat di seberang Rumah Tahanan Serang, Banten.
Dalam seporsi menu rabeg milik Naswi, komposisi daging kambingnya lebih banyak ketimbang daging sapi. Ditambah beberapa potong jeroan kambing, tapi tak membuat menu ini jadi prengus (bau khas daging kambing). “Karena daging dicuci bersih hingga tiga kali,” ujar Aulia Rahman, pengelola kedai rabeg, saat ditemui di restonya, Rabu lalu.
Pencucian sebanyak ini bertujuan menghilangkan lemak, lalu diakhiri dengan meniriskan daging. Setelah itu, daging direbus. Pada perebusan pertama, lemak yang terangkat ke permukaan kuah dibuang juga. Pada perebusan kedua, daging dicampur dengan bumbu rempah.
Bumbu ini terdiri atas irisan bawang merah dan bawang putih, jahe, laos, merica, serta kayu manis yang berfungsi menghilangkan prengus. “Bumbunya kami hancurkan secara tradisional, tidak diblender,” katanya. Menurut Aulia, jika diulek, rasa pedas akan bertahan lama. Aulia mengatakan dibutuhkan waktu dua jam untuk memasak rabeg.
Rabeg disajikan dengan nasi dan acar ketimun. Tak perlu tergesa-gesa menyantap nasinya. Kuah rabeg lebih enak diseruput selagi hangat atau panas. Menurut Aulia, rabeg lebih mirip tengkleng kambing ketimbang semur. “Tapi tengkleng tak berisi jeroan,” katanya.
Rabeg, kata Aulia, menjadi makanan kesukaan Sultan Maulana Hasanuddin dari Kesultanan Banten. Beliau adalah putra sulung Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Sultan diyakini berdarah Arab, yang dikenal gemar menyantap daging kambing. “Dulu awalnya rabeg berisi daging kambing saja,” ujarnya.
Pengaruh Arab terpatri jelas dalam nama masakan ini. Rabeg merupakan nama kota di bawah administrasi Kota Mekah, Arab Saudi. Semakin lunturnya kekuasaan Kesultanan Banten membuat makanan rabeg mulai berkembang di tengah masyarakat biasa. Namun rabeg, menurut Aulia, hanya bisa ditemui di Serang dan Cilegon.
Aulia, yang merupakan anak keempat dari Haji Naswi, adalah generasi kelima yang menjajakan makanan ini. “Ini warisan kakek buyut,” ia menjelaskan. Kedai Haji Naswi telah berdiri sejak 29 tahun silam. Selain Aulia, kedai ini juga dikelola oleh empat saudara kandungnya. “Ikut melestarikan warisan keluarga,” katanya.
Aulia mengatakan rabeg kuno lebih banyak jeroan kambing. Seiring dengan perubahan selera pelanggan, jeroan mulai dikurangi. “Lama-lama juga mengurangi kambing dan menambahkan daging sapi,” katanya. Namun, cara masaknya tetap sama. Meski sudah lama berjualan nasi rabeg, Aulia mengatakan anak Haji Naswi tidak ada yang berani mengolah rabeg. “Semuanya dimasak oleh Abah (Naswi),” katanya.
Kedai Rabeg Haji Naswi tak pernah libur. Saban hari kedai mungil ini buka pukul 9 pagi hingga 5 sore. Daging dipilih yang segar. “Kami tak pernah pakai daging beku,” katanya. Kebutuhan daging sebanyak 10 kilogram kambing dan 5 kilogram sapi.
Menurut Aulia, menyantap rabeg lebih cocok pada saat udara dingin. “Akan menghangatkan badan,” katanya. Daging rabeg juga lebih enak disantap sesudah berumur dua hari. “Akan keluar rasa manisnya,” katanya.
Nasi rabeg buatan kedai ini kesohor di kalangan pejabat daerah Banten. “Gubernur sering beli rabeg, tapi dibungkus,” ujarnya. Pada saat liburan, nasi rabeg diminati oleh pencinta sajian kuliner dari luar Serang. Menurut Aulia, banyak wisatawan yang penasaran akan menu yang namanya asing ini.
Ia benar. Saat mengunjungi kedainya, Tempo bertemu dengan dua perempuan asal Jakarta, Lita dan Lian. Mereka mahasiswa kedokteran yang sedang menyelesaikan asistensi kedokteran di Rumah Sakit Daerah Serang. “Rasanya enak, kami sudah dua kali berkunjung ke sini,” kata Lita.
AKBAR TRI KURNIAWAN
Rabeg Khas Serang Haji Naswi
Jalan Raya Serang-Cilegon (depan Rumah Tahanan Serang)
Buka 09.00-17.00 WIB
HARGA MENU
Rabeg Kambing Rp 12.000
KOMENTAR CHEF
Aulia Rahman, pengelola kedai:
“Kuah rabeg lebih hangat dan aromanya tidak terlalu kuat. Daging kambing tidak prengus karena dicuci tiga kali dan dicampur kayu manis.”
KOMENTAR PELANGGAN
Lita, mahasiswa Kedokteran Yarsi, Jakarta:
“Rasanya mirip semur, dagingnya enak dan layak diulang kembali makan di sini.”
Berita terkait
Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta
2 hari lalu
Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina
Baca SelengkapnyaPerkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor
3 hari lalu
PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.
Baca SelengkapnyaIkan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan
9 hari lalu
Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru
Baca SelengkapnyaSolo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!
12 hari lalu
Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024
Baca SelengkapnyaDatang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini
21 hari lalu
Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?
Baca Selengkapnya10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura
23 hari lalu
Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.
Baca SelengkapnyaJadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati
24 hari lalu
Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini
25 hari lalu
Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.
Baca SelengkapnyaResep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli
27 hari lalu
Gurame nyat nyat adalah kuliner primadona yang banyak diminati wisatawan domestik dan manca negara saat berkunjung ke Bangli, Bali. Ini resepnya.
Baca Selengkapnya5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India
29 hari lalu
Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri
Baca Selengkapnya