Night at the Museum dalam Malam Mingguan di Museum Tumurun Solo: WHY

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Senin, 30 Mei 2022 12:33 WIB

Seniman kontemporer asal Solo, Aditya Novali memamerkan karyanya yang bertajuk "Structures of Representation" dalam program Malam Minggu di Museum di Museum Tumurun, Solo, Sabtu, 28 Mei 2022. TEMPO | CHRISNA CHANIS CARA

TEMPO.CO, Solo - Waktu kunjungan di Museum Tumurun, Solo, berubah. Demi pameran tunggal Aditya Novali, museum yang biasanya buka sesuai waktu kerja, kini memperpanjang durasinya hingga malam hari. Pameran bertajuk “WHY” ini berlangsung mulai pukul 19.00 sampai 21.00 WIB.

Sekitar 60 orang menikmati karya Aditya Novali yang dibalut dengan konsep Malam Minggu di Museum pada Sabtu, 28 Mei 2022. Momentum itu kian spesial karena pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan sang seniman.

Pameran di malam hari ini mampu menyedot antusiasme anak muda yang biasanya menghabiskan malam minggu di tempat kuliner atau hiburan. Biasanya, pengelola Museum Tumurun Solo membuka kunjungan pada siang hari. "Unik, bisa datang ke museum malam hari. Biasanya museum sudah tutup di malam hari," ujar seorang pengunjung, Putra Aditya kepada Tempo di sela pameran.

Program Malam Minggu di Museum juga memungkinkan pengunjung dari luar kota seperti Putra Aditya untuk mampir ke pameran. Lelaki 28 tahun itu sehari-hari bekerja di Sidoarjo, Jawa Timur. Di sela bertemu keluarga di kampung halaman di Solo, Putra meluangkan waktu untuk berkunjung ke museum yang terletak di Jalan Kebangkitan Nasional, Sriwedari, Laweyan, Solo itu.

Seniman kontemporer asal Solo, Aditya Novali sedang menjelaskan karyanya yang bertajuk "Caprice" dalam program Malam Minggu di Museum di Museum Tumurun, Solo, pada Sabtu, 28 Mei 2022. TEMPO | CHRISNA CHANIS CARA

Advertising
Advertising

"Saya langsung mendaftar saat mengetahui ada program Malam Minggu di Museum pada Selasa, 24 Mei 2022. Beruntung masih kebagian karena kuota terbatas," ujarnya. Malam itu, Putra Aditya dapat langsung berinteraksi dengan seniman favoritnya, Aditya Novali.

Aditya Novali mengajak pengunjung berkeliling museum dan menjelaskan proses penciptaan tujuh karyanya. Di antaranya "NGACO: Solution for Nation" yang pernah dipamerkan di Mori Art Museum and The National Art Center, Tokyo, Jepang, pada 2017. Beberapa orang sibuk mengabadikan karya-karya Aditya Novali yang "instagramable" lewat telepon pintar.

Pengunjung lain, Yorinda, mengatakan sudah dua kali ini datang ke pameran WHY. Meski bukan pengalaman pertama, dia selalu terkesan dengan karya Aditya Novali, terutama Structures of Representation. Karya itu seperti mengajaknya memaknai sebuah hal dalam banyak sudut pandang.

Structures of Representation memakai media 21 batang seng persegi panjang berbalut kanvas. Konfigurasi gambar dapat berubah-ubah ketika sejumlah batang seng diputar. "Karya itu tak hanya menunjukkan bahwa seni bisa dilihat dari beragam perspektif, tetapi juga kehidupan itu sendiri," ujar perempuan 24 tahun itu.

Aditya Novali ngobrol dengan pengunjung yang masih penasaran dengan karyanya. Peraih gelar master untuk bidang Conceptual Design di Design Academy Eindhoven, Belanda, ini juga melayani foto bersama. Pemilik Museum Tumurun yang juga Wakil Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, turut hadir malam itu.

Aditya Novali mengaku puas karena banyak orang mengapresiasi karyanya, termasuk anak muda. Tak masalah jika ada pengunjung yang sekadar berfoto dengan latar karyanya yang "instagramable". "Sebagai seniman, saya lebih senang jika orang bisa mendapatkan pemahaman dari pameran ini," ucapnya. "Namun tak masalah juga kalau mereka hanya foto-foto."

Musababnya, Aditya Novali melanjutkan, tahapan seseorang dalam melihat seni bisa berbeda-beda. "Mereka mau datang ke sini sudah usaha tersendiri. Saya menghargainya," tutur seniman kontemporer kelahiran Solo ini. Aditya Novali banyak menyelami ruang, bentuk, dan struktur dalam proses penciptaan karya. Rasio dan perhitungan yang mendetail juga begitu kentara pada karyanya.

Seniman kontemporer asal Solo, Aditya Novali, tengah menjelaskan karyanya yang bertajuk "Conversation Unknown" dalam program Malam Minggu di Museum di Museum Tumurun, Solo, pada Sabtu, 28 Mei 2022. TEMPO | CHRISNA CHANIS CARA

Seniman jebolan Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung itu menerapkan rasionalitas yang tajam, namun tidak mengesampingkan gerak hati atau perasaan. Aditya Novali bisa menjadi sangat sentimental dalam "Significant Other: Her and His World(s)", sebuah karya yang menggambarkan Aditya dengan adik perempuannya, Ade, 36, seorang penyandang down syndrome. Pameran tunggal Aditya Novali di Museum Tumuran Solo berlangsung sampai 26 September 2022.

Manager Tumurun Private Museum, Vimala Sari mengatakan, konsep Malam Minggu di Museum ini merupakan persembahan spesial dalam setiap pameran tunggal. "Kami mengajak masyarakat merasakan sensasi tersendiri saat berkunjung ke Museum Tumurun pada malam hari," ujarnya. "Ini adalah alternatif kegiatan mengastikkan di akhir pekan."

Vimala Sari melanjutkan, antusiasme masyarakat untuk datang ke museum pada malam hari begitu tinggi. Kuota 60 pengunjung langsung ludes hanya dalam tempo beberapa menit saat pendaftaran online. "Banyak yang kecewa karena tidak kebagian tiket. Tenang saja, kami segera membuat program serupa," ujarnya.

CHRISNA CHANIS CARA (Kontributor Solo)

Baca juga:
Wisata ke Museum Tumurun, Lihat Koleksi Pribadi Bos Sritex


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

6 jam lalu

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,

Baca Selengkapnya

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

23 jam lalu

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

Bentuk bangunan Etihad Museum di Dubai ini unik, mirip dengan gulungan kertas yang akan mengingatkan pada Treaty of the UAE

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Gibran: Harus Perbanyak Event Internasional di Solo

2 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Gibran: Harus Perbanyak Event Internasional di Solo

Gibran mengatakan turunnya status Bandara Adi Soemarmo tidak akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Solo.

Baca Selengkapnya

Solo Menari 2024 Semarakkan Peringatan Hari Tari Dunia di Kota Bengawan

2 hari lalu

Solo Menari 2024 Semarakkan Peringatan Hari Tari Dunia di Kota Bengawan

Solo Menari 2024 diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno dan Gibran Dijadwalkan Hadiri Solo Menari 2024, Masyarakat Antusias Ikuti Pre-event

3 hari lalu

Sandiaga Uno dan Gibran Dijadwalkan Hadiri Solo Menari 2024, Masyarakat Antusias Ikuti Pre-event

Solo Menari 2024 digelar di tiga tempat, Taman Sriwedari, Solo Safari, dan Balai Kota Solo. Rencananya akan dihadiri Sandiaga Uno dan Gibran.

Baca Selengkapnya

Seniman Berdarah Bali Kisahkan Perempuan Batak Lewat Pameran Lukisan Boru ni Raja

3 hari lalu

Seniman Berdarah Bali Kisahkan Perempuan Batak Lewat Pameran Lukisan Boru ni Raja

Seniman Bali menggelar pameran lukisan tentang perempuan Batak untuk mewujudkan janji kepada mendiang suaminya.

Baca Selengkapnya

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

4 hari lalu

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

4 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

5 hari lalu

Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

Dalam perjalanan sejarahnya, Qatar berkembang menjadi pusat seni dan budaya yang beragam.

Baca Selengkapnya

Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

6 hari lalu

Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

Pada kekaryaan pameran ini menurut Rifky, keduanya menemukan nilai artistik melalui kerja bersama di studio.

Baca Selengkapnya