Kampung Ketandan Pecinan Yogyakarta Tak Lepas dari HB III dan Tan Jin SIng

Reporter

Tempo.co

Minggu, 25 Juli 2021 16:50 WIB

Kampung pecinan Ketandan di Jalan Malioboro Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Kampung Ketandan merupakan nama kampung di Yogyakarta, tepatnya di daerah Malioboro, utara Pasar Beringharjo. Kampung Ketandan menjadi salah satu sentra perdagangan dan destinasi wisata di Yogyakarta.

Kampung Ketandan di Yogyakarta ini menyimpan keunikan sejarah dan arsitektur khas Cina. Arsitektur bangunan di kampung ini didominasi dengan nuansa tempo dulu. Rumah-rumah di Ketandan kebanyakan dibangun memanjang ke belakang dan digunakan sebagai toko oleh para pemiliknya.

Ketandan menjadi saksi sejarah akulturasi antara budaya Tionghoa, Jawa, dan kolonial. Sejak 2006, setiap menyambut Tahun Baru Imlek, Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta di Kampung Ketandan.

Sejarah Kampung Ketandan

Asal mula berdirinya Kampung Ketandan berkaitan dengan keberadaan etnis Tionghoa sebagai salah satu penggerak perekonomian di Yogyakarta. Di Yogyakarta, etnis Tionghoa mulai diakui sejak abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII. Dulunya, wilayah Ketandan merupakan kawasan pusat permukiman pecinan pada zaman Belanda.

Advertising
Advertising

Ketandan sendiri berasal dari kata Tondo yang berarti ungkapan bagi pejabat penarik pajak atau pejabat Tondo, yang oleh Sultan diberi wewenang langsung kepada etnis Tionghoa. Dari situ, etnis Tionghoa memegang peranan penting dalam perkembangan sejarah dan kebudayaan Yogyakarta.

Tan Jin Sing

Keberadaan Kampung Ketandan tidak lepas dari salah satu tokoh bernama Tan Jin Sing (1760-1831). Ia adalah seorang Kapiten Tionghoa. Menurut T.S. Werdaya dalam Tan Jin Sing: Dari Kapitan Tionghoa Sampai Bupati Yogyakarta, Tan Jin Sing merupakan putra dari seorang bangsawan Jawa.

Ayahnya adalah Demang Kalibeber di Wonosobo, sedangkan ibunya masih keturunan Sultan Amangkurat dari Mataram, yang bernama Raden Ayu Patrawijaya.

Ketika Tan Jin Sing masih bayi, ayahnya meninggal dunia. Lalu, ada saudagar Tionghoa bernama Oie The Long yang merasa kasihan padanya dan memutuskan untuk mengadopsinya.

Tan Jin Sing tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan pandai. Ia mampu menguasai 3 bahasa, yakni Hokkien, Mandarin, dan Inggris. Ketika beranjak dewasa, ia pun berteman dekat dengan Raffles, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat itu.

Kemudian Tan Jin Sing menjadi penghubung antara Sri Sultan Hamengku Buwono III dengan Gubernur Jenderal Raffles. Melansir dari Historia, karena jasanya itu, Sri Sultan HB III mengangkatnya sebagai bupati dan diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secodiningrat.

Selain itu, Sri Sultan HB III juga menghadiahi tanah serta mengizinkan etnis Tionghoa untuk tinggal di sana.

Kawasan Pecinan

Oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, Kampung Ketandan ditetapkan sebagai kawasan Pecinan. Di kawasan ini terdapat banyak bangunan berarsitektur Tionghoa dan rencananya akan dikembangkan lebih lanjut.

Sekarang, kawasan Ketandan banyak dihuni oleh warga Tionghoa yang mayoritas menjadi pedagang. Melansir dari laman visitingjogja.com, menjelang tahun 1950-an banyak warga Tionghoa yang menjalankan usaha toko emas. Sebelum itu, mereka membuka usaha toko kelontong, toko kebutuhan pokok, dan toko jamu obat tradisional.

Sebagai kawasan pecinan di Yogyakarta, Kampung Ketandan menawarkan daya tarik tersendiri. Terdapat banyak hal yang menarik yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah berfoto pada bangunan dengan gaya arsitektur dari tiga kebudayaan, yakni Tionghoa, Jawa, dan kolonial.

Selain itu, pengunjung dapat mencicipi sejumlah kuliner yang menyajikan menu beragam. Misalnya, babi, bakmi, bakcang, dan kuliner halal dapat ditemukan di Kampung Ketandan.

Salah satu rekomendasi tempat kuliner di kawasan Kampung Pecinan Ketandan ini adalah Toko Roti Djoen. Toko roti ini sudah berusia hampir 100 tahun. Kue bantalnya yang legendaris merupakan salah satu makanan yang perlu dicoba ketika berkunjung di Kampung Ketandan.

M. RIZQI AKBAR

Baca: Sejarah Tumbuhnya Kampung Ketandan Menjadi Pecinan di Yogyakarta

Berita terkait

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

9 jam lalu

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

21 jam lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

21 jam lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

1 hari lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

3 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

3 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

3 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

4 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

5 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

8 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya