Corry Ohee, Sang Pelestari Lukisan Peradaban Purba Danau Sentani

Selasa, 22 September 2020 16:36 WIB

Warga menaiki perahu di halaman rumahnya yang terendam banjir akibat meluapnya Danau Sentani dampak dari banjir bandang Sentani di Kampung Yoboi, Danau Sentani, Sentani, Jaya Pura, Papua, Jumat 22 Maret 2019. BMKG mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai adanya potensi banjir bandang susulan yang akan melanda wilayah Sentani. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Memandang lanskap Danau Sentani dan Pegunungan Cyclops dari kaca pesawat, kerap membuat suasana hati emosional. Mereka yang baru pertama berkunjung ke Jayapura mengagumi keindahannya. Sementara bagi mereka yang menempuh perjalanan panjang, merasa tujuan sudah dekat.

Saat matahari bersembunyi di balik Pegunungan Cyclops, dengan warna jingganya, Pulau Asei seperti mengambang di atas air danau yang menguning. Ribuan tahun lalu, saat pengembara penutur bahasa Austronesia datang, mereka membangun permukiman di pantai Danau Sentani.

Peninggalan mereka dalam bentuk seni megalitikum Tutari, bisa dijumpai hingga saat ini. Menhir atau tugu batu raksasa berhias motif hewan-hewan Danau Sentani, masih tergurat jelas. Kini lukisan-lukisan dari masa prasejarah itu dilestarikan warga, yang dipelopori Corry Ohee.

"Motif lukisan Megalitik Tutari menginspirasi saya dalam berkreasi membuat lukisan kulit kayu," ujar Corry. Ia menuturkan, motif prasejarah kelihatan sederhana, namun merupakan motif tertua di nusantara, peninggalan manusia prasejarah Danau Sentani.

Corry membuat lukisan prasejarah itu di atas kulit kayu asei, dengan motif daun palem, awan, cicak, kadal, ikan, buaya, kelelawar, dan tikus air, "Tentu ada pembeda lukisan parsejarah dengan karya saya. Motif Megalitik Tutari itu sederhana, tidak detail. Kalau lukisan Asei lebih detail, halus, dan dikreasikan dengan perkembangan seni saat ini dan selera wisatawan," imbuhnya.

Advertising
Advertising

Terkait selera, Corry menyebut, wisatawan nusantara yang mengunjungi Danau Sentani lebih suka motif lukisan tifa, burung cenderawasih, rumah adat honai, atau yang bernuansa Papua. Sementara wisatawan mancanegara, menyukai motif asli Sentani dengan warna-warna dari alam.

Seniman Corry Ohee sedang mengamati motif yang terdapat pada situs Megalitik Tutari di pantai Danau Sentani. Dok. Hari Suroto

"Wisatawan nusantara lebih suka warna yang cerah, terang, kekinian. Sementara saya melukis kulit kayu dengan motif Megalitik Tutari, untuk para kolektor seni dan wisatawan mancanegara. Saya yakin motif yang lebih tua bernilai tinggi," ujarnya.

Meskipun Corry menyebut motif Megalitik Tutari itu sederhana, namun di tangannya lukisan itu butuh detail dan pengerjaan yang lama. Tetapi hasilnya lebih artistik, ketimbang yang tergambar pada bebatuan purba itu.

Agar motif-motif Megalitik Tutari tak punah, peneliti Balai Besar Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, karya seni itu telah dimasukkan ke dalam bahan ajar muatan lokal di sekolah-sekolah menengah. Harapannya, bukan pada masa mendatang tak hanya Corry dan warga Pulau Asei yang berjuang melestarikannya, tapi juga generasi muda Papua.

"Lukisan kulit kayu itu juga bisa diaplikasikan pada sablon kaos, desain logo, atau sumber inspirasi bagi pelukis kanvas," ujar Hari Suroto. Ia memuji langkah Corry yang melestarikan motif seni Megalitik Tutari dengan media kulit kayu.

Sejak zaman dahulu, kulit kayu sudah dihias. Dengan demikian langkah Corry juga melestarikan tradisi yang punah, "Sementara para seniman lain, tidak menjadikan motif Megalitik Tutari sebagai seni, tapi menjadikannya sebagai kerajinan," ujar Hari Suroto.

Menurutnya, Corry menjaga seni Megalitik Tutari, bukan hanya dari sisi motif tapi sampai pada taraf pengerjaan karya. Lukisan kulit kayu itu menggunakan warna hitam, putih dan merah, yang dibuat dari arang, kapur dan tanah liat. Dengan kuas yang terbuat dari serabut kelapa.

Masyarakat Sentani yang bermukim di Pulau Asei terkenal sebagai pelukis dengan media kulit kayu, "Pengetahuan melukis ini diwariskan oleh nenek moyang mereka dan sudah ada sejak zaman prasejarah," imbuh Hari Suroto.

Corry Ohee memperlihatkan lukisan di atas media kulit kayu asei. Pewarnaannya masih menggunakan warna alam dengan kuas dari sabut kelapa. Dok. Hari Suroto

Kulit kayu yang dijadikan sebagai media berupa kulit pohon kombouw (ficus variagata). Kulit kayu itu memiliki tekstur yang bagus dan relatif rata. Lukisan kulit kayu ini disebut malo atau maro. Sementara turis asing menyebutnya sebagai bark painting. Pada masa kolonial Belanda, beberapa malo dikirim ke Eropa.

Berita terkait

Perjuangan Yosi Ajarkan Anak-anak Membaca hingga Bangun PAUD Pertama di Ayapo Papua

29 November 2023

Perjuangan Yosi Ajarkan Anak-anak Membaca hingga Bangun PAUD Pertama di Ayapo Papua

Yosina Deda, perempuan berusia 48 tahun yang mendedikasikan dirinya mengajarkan baca tulis kepada anak usia dini di daerah tepian Danau Sentani, Papua.

Baca Selengkapnya

5 Danau di Indonesia yang Punya Legenda dan Mitos Unik, Ada Tentang Wanita Kikir dan Dihuni Naga

3 Oktober 2023

5 Danau di Indonesia yang Punya Legenda dan Mitos Unik, Ada Tentang Wanita Kikir dan Dihuni Naga

Indonesia memiliki danau dengan cerita legenda masyarakat tentang danau tersebut. Apa saja danau legendaris yang populer di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Festival Danau Sentani Dibuka, Bagaimana ke Sana dan Fakta Menariknya

7 Juli 2023

Festival Danau Sentani Dibuka, Bagaimana ke Sana dan Fakta Menariknya

Festival Danau Sentani tahun ini dibuka dengan Tari Isosolo yang dilakukan sekitar 250 penari dari 10 kampung di Kabupaten Jayapura.

Baca Selengkapnya

Harga Tiket Masuk Danau Sentani Papua, Lokasi dan Keindahan Alamnya

24 Januari 2023

Harga Tiket Masuk Danau Sentani Papua, Lokasi dan Keindahan Alamnya

Lokasi Danau Sentani, harga tiket serta keindahan alam yang menyajikan bukit hijau, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

15 Tempat Wisata di Papua yang Populer, Seperti Surga Tersembunyi

22 Januari 2023

15 Tempat Wisata di Papua yang Populer, Seperti Surga Tersembunyi

Tempat wisata di Papua yang lagi hits serta menyajikan keindahan alam memukau dan menjadi tujuan utama wisatawan

Baca Selengkapnya

Kampung Yokiwa dan Kisah Ikan Yowoli yang Hilang

4 Oktober 2022

Kampung Yokiwa dan Kisah Ikan Yowoli yang Hilang

Selain Yowi, beberapa spesies asli Danau Sentani yang ikut hilang atau punah adalah ikan Kahemoli, Himeng, Kahebey, Khandey, ikan Gergaji, dan Ebeuw/Kura-kura.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Keindahan Teluk Youtefa, Destinasi Bahari yang Komplit

30 Agustus 2022

Menyusuri Keindahan Teluk Youtefa, Destinasi Bahari yang Komplit

Teluk Youtefa di Papua memiliki keindahan yang siap memanjakan setiap wisatawan yang berkunjung. Destinasi wisata bahari apa saja di sana?

Baca Selengkapnya

Penyelamatan Danau Sentani, Pemerintah Jadikan Kawasan Konservasi dan Ekowisata

28 Oktober 2021

Penyelamatan Danau Sentani, Pemerintah Jadikan Kawasan Konservasi dan Ekowisata

Danau Sentani memiliki nilai strategis ekonomi dan sosial budaya, yaitu keberadaan hutan sagu.

Baca Selengkapnya

Nikmati Keindahan Alam Papua di 5 Destinasi Wisata Ini

14 Oktober 2021

Nikmati Keindahan Alam Papua di 5 Destinasi Wisata Ini

Butuh waktu berhari-hari untuk bisa mengunjungi berbagai destinasi wisata menarik di Papua, tapi lima destinasi ini bisa cukup mewakili.

Baca Selengkapnya

PON XX Papua 2021, Jalan-jalan ke Destinasi Wisata Khalkote Tempatnya Hutan Sagu

9 Oktober 2021

PON XX Papua 2021, Jalan-jalan ke Destinasi Wisata Khalkote Tempatnya Hutan Sagu

Atlet dan wisatawan PON XX Papua 2021 dapat berkunjjung ke Khalkote, sebuah tempat yang dikelilingi hutan sagu -bahan baku papeda.

Baca Selengkapnya