TEMPO.CO, Jakarta - Papua memiliki bentang alam yang indah. Pegunungan yang hijau dan pantai-pantainya yang indah, belum semuanya tereksplorasi para petualang. Di balik punggung Gunung Jayawijaya atau Cartenz hingga Pegunungan Cyclops, ternyata memiliki danau yang indah. Danau Sentani menjadi lanskap yang teristimewa karena keindahannya dan mudah dijangkau di Pegunungan Papua.
Danau Sentani
Berlibur ke tanah Papua belum lengkap jika tak singgah ke Danau Sentani. Dari udara pun, jika kita hendak mendarat di Bandar Udara Sentani, Jayapura, keelokannya sudah membuat takjub. Airnya kebiruan, dikelilingi bukit. Tak bosan mata menatapnya.
Sentani berarti "Di Sini Kami Tinggal dengan Damai". Nama itu diberikan oleh B.L. Bin ketika ia menjalankan misi misionaris pada 1898. Danau ini pernah menjadi pangkalan militer Jenderal MacArthur saat Perang Dunia II. Jejak pertempuran pasukan Amerika Serikat itu kini diabadikan dalam sebuah monumen yang berada di salah satu bukit, Gunung Ifar.
Danau Sentani berada di ketinggian 75 meter di atas permukaan laut. Danau yang berada di lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops ini merupakan danau terluas di tanah Papua, membentang sepanjang 30 kilometer antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura.
Tidak sulit menjangkau Danau Sentani. Dari Bandara Sentani, lokasinya bisa diakses lewat perjalanan darat dengan waktu tempuh tidak sampai setengah jam. Angkutan umum dan ojek bisa menjadi alternatif jika tak ada kendaraan pribadi.
Jika berkunjung pada bulan Juni, Anda bisa menyaksikan Festival Danau Sentani. Festival yang berlangsung selama lima hari itu merupakan pesta akbar masyarakat setempat yang diisi sejumlah pertunjukan seni, tari, dan upacara serta sajian makanan khas Papua.
Warga menaiki perahu di halaman rumahnya yang terendam banjir akibat meluapnya Danau Sentani dampak dari banjir bandang Sentani di Kampung Yoboi, Danau Sentani, Sentani, Jaya Pura, Papua, Jumat 22 Maret 2019. BMKG mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai adanya potensi banjir bandang susulan yang akan melanda wilayah Sentani. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Danau Larson
Berada di jalur pendakian menuju puncak Carstensz, dari Danau Larson kita bisa melihat jejeran Pegunungan Jayawijaya. Danau ini dikelilingi padang rumput yang cukup luas.
Di danau ini banyak burung belibis yang berenang-renang sebelum "mengudara" kembali. "Warnanya ada yang hitam, cokelat, dan putih," kata Xaverius Frans, aktivis pencinta alam Mahitala Universitas Parahyangan. Waktu terbaik untuk menikmati keindahan Larson adalah pada saat matahari terbit hingga pukul 10.00. Selewat jam itu, kabut akan turun, menutupi danau.
Menuju danau ini bisa melalui Nabire atau Timika, kemudian disambung penerbangan selanjutnya ke Sugapa. Dari sini dibutuhkan jalan kaki selama empat hari untuk "bertemu" dengan Larson. Selain lewat Sugapa, ada dua tempat untuk menuju Larson, yakni Ilaga dan Beoga. Di dekat danau ini ada tempat yang biasa dipakai para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak Carstensz.
Danau Habema
Danau Habema berada di zona inti Taman Nasional Lorentz, Papua, terletak di kaki Gunung Trikora. Suku Dani menyebut danau di ketinggian 3.225 meter di atas permukaan laut ini sebagai Yuginopa. Habema biasa disinggahi para pendaki gunung yang akan menaklukkan Puncak Jayawijaya dan Carstensz.
Habema diambil dari nama perwira Belanda yang mengawal ekspedisi pimpinan H.A. Lorentz pada 1909. Ekspedisi yang bertujuan mencapai Puncak Wilhelmina—kini bernama Puncak Trikora—itu berakhir tragis. Empat orang tewas dan Lorentz menderita patah tulang rusuk lantaran jatuh.
Area di sekitar danau seluas 224 hektare ini merupakan habitat burung cenderawasih, kanguru pohon, bebek liar, dan puyuh salju, yang kini makin langka. Air Danau Habema sangat jernih. Pasir halus berwarna kekuningan di dasar danau terlihat jelas. Di sekeliling Habema tumbuh beragam tanaman khas Papua, seperti pakis palem, pohon sage, dan anggrek hitam.
Menuju danau ini bisa dimulai dari Kota Wamena menggunakan kendaraan roda empat sekitar tiga jam sebelum dilanjutkan dengan berjalan kaki. Dari Wamena, jaraknya 48 kilometer.
Suhu di sana bisa hingga 3 derajat Celsius. Habema memang termasuk salah satu danau "tertinggi" di Indonesia.
Salah satu danau yang terpencil, namun terbilang mudah dijangkau dari Kota Wamena. Foto: @bayuamdewinata