Ternyata Presiden Singapura Pernah Backpacker-an Ke Yogyakarta

Kamis, 6 Februari 2020 05:46 WIB

Presiden Singapura Yakob Halimah saat menyaksikan tari beksan, tari keprajuritan. Ia menyukai suasana Keraton Yogyakarta dan pernah menjadi turis di kota itu sebelum menjadi Presiden Singapura. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Singapura Halimah Yacob menemui Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengkubuwono X di Keraton, pada Rabu malam, 5 Februari 2020.

Halimah yang datang bersama bapak negara yang juga suaminya Mohammed Abdullah Alhabshee, disambut Sultan HB X bersama permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas serta para anak juga menantunya. Dari lima puteri Sultan HB X hadir di antaranya GKR Mangkubumi, GKR Candrakirana, GKR Hayu juga GKR Bendara.

Dalam kunjungan yang berlangsung sekitar dua jam dari pukul 19.00-21.10 WIB itu, Halimah sempat membeberkan sekelumit kisahnya kepada keluarga Keraton. Kisah Halimah diceritakan ulang Putri sulung Sultan HB X, GKR Mangkubumi kepada TEMPO. Ia mengatakan presiden perempuan pertama Singapura itu ternyata sempat melancong ke Yogyakarta sebelum menjadi presiden empat tahun silam atau sekitar tahun 2016.

Halimah dilantik sebagai presiden Singapura pada 2017, "Beliau (presiden Singapura) menyampaikan kalau empat tahun lalu sempat ke Yogyakarta, tapi sebagai turis," ujar Mangkubumi.

Layaknya seorang backpacker, saat berwisata ke Yogyakarta itu Halimah bercerita mengurusi segala keperluannya sendiri. Mulai dari beli tiket pulang pergi Singapura-Yogyakarta, sampai pengalamannya mendatangi Keraton Yogyakarta, demi bisa menyaksikan pertunjukkan tari yang dihelat di Bangsal Sri Manganti Keraton.

Advertising
Advertising

Halimah mengaku sudah lama menggandrungi berbagai hal tentang tradisi kebudayaan. Sehingga sebelum jadi presiden pun ia menempatkan Yogyakarta sebagai salah satu destinasi pilihan traveling-nya

Layaknya turis lain, saat itu Halimah tentu saja harus melihat pertunjukkan tari di Keraton dengan posisi berbeda dengan sekarang.

Malam itu, saat Halimah berkunjung ke Yogya pertama kalinya sebagai presiden, Keraton menyuguhnya dengan tarian sakral yang diciptakan Sultan Hamengku Buwono I di tahun 1755 yakni Beksan Lawung Jajar yang merupakan bagian Beksan Lawung Ageng.

Tak sembarangan, tari yang dibawakan 12 penari ini biasanya hanya dimainkan saat menyambut tamu penting. Menikmati tarian yang berkisah tentang prajurit tengah berlatih perang itu di sebelah Sultan HB X, Halimah juga mendapat sejarah dan cerita tari itu dari keluarga Keraton Yogyakarta secara langsung.

"Kami tadi menunjukkan tari Beksan Lawung Ageng ciptaan Sultan HB I di tahun 1755. Kami sampaikan juga arti dari tarian tersebut," ujar putri bungsu Sultan HB X, GKR Bendara yang juga menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya Keraton.

Bendara mengungkapkan dalam lawatan itu, Keraton Yogyakarta sempat membuatkan pameran kecil untuk Presiden Singapura. Benda-benda sejarah Keraton juga sempat ditunjukkan kepadanya. Mulai dari berbagai koleksi manuskrip dari tahun 1855, wayang, perlengkapan jamuan teh dari masa Sultan HB VIII, juga keris kuno peninggalan masa silam.

Bendara mengungkapkan jika hal yang membuat Halimah sangat terkesan, karena peninggalan budaya yang ada di Keraton Yogyakarta cukup berkaitan erat dengan sejarah tokoh pendiri Singapura, Sir Stamford Raffles.

Kepada presiden Singapura, Bendara mengungkapkan jika pada masa silam Yogyakarta memiliki sekitar 300 manuskrip kuno. Namun saat masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono III (1810–1811 dan 1812-1814) banyak dari manuskrip itu dibawa keluar Yogyakarta oleh Raflles. Raffles datang saat Keraton masih dipimpin Sultan Hamengku Buwono II.

"Sejak dibawa keluar oleh Raffles itu, akhirnya sampai kini banyak sekali manuskrip kuno Keraton yang jadi tersebar ke seluruh dunia," kata Bendara.

Bendara mengungkapkan, Pemerintah Singapura sebenarnya pernah mengajak Keraton Yogyakarta berpartisipasi mengikuti pameran mengenang 100 tahun Raffles tahun lalu.

Sri Sultan HB X (ketiga dari kanan) dan Presiden Singapura Halimah Yacob usai pertemuan sekitar dua jam, pada Rabu malam, 5 Februari 2020. TEMPO/Pribadi Wicakono

Tetapi waktu itu Keraton tidak bisa karena salah satu koleksi Keraton, yang diinginkan panitia pameran yakni sebuah lukisan kuno sedang tahap direstorasi.

Namun, ujar Bendara, dalam kunjungan itu pihak Menteri Kebudayaan Singapura menyatakan bakal tetap mengundang Keraton Yogyakarta agar bisa bekerja sama lagi terutama pada bidang kerjasama antar museum.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

8 jam lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

2 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

2 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

2 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

3 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

3 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Liburan Murah ala Backpacker ke Dubai, Bisa?

5 hari lalu

Liburan Murah ala Backpacker ke Dubai, Bisa?

Dubai berinvestasi menyediakan fasilitas hotel bintang dua dan bintang tiga di berbagai lokasi di seluruh kota, juga tempat-tempat wisata terjangkau.

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

6 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

6 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

7 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya