Destinasi Wisata Ini Ramai Saat Malam 1 Suro dan Hari Biasa
Reporter
Non Koresponden
Editor
Ludhy Cahyana
Minggu, 1 September 2019 19:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Saban malam 1 Suro atau penanggalan 1 Muharam dalam penanggalan umat Islam, masyarakat di Pulau Jawa menggelar berbagai ritual. Di keraton-keraton yang tersebar di Pulau Jawa, sinkreatisme agama Islam dan agama lokal, menjadikan malam 1 Suro sebagai ritual untuk berdoa atau membersihkan benda pusaka. Atraksi tersebut membuat destinasi kian ramai oleh penikmat wisata budaya dan sejarah. Berikut destinasi yang ramai luar biasa saat 1 Suro, namun pada hari biasa tak asyiknya untuk dikunjungi.
Pantai Parangtritis
Inilah destinasi paling terkenal di Yogyakarta untuk wisata pantai. Namun pada 1 Suro, Pantai Parangtritis memiliki aura yang berbeda. Pasalnya pada malam 1 Suro tersebut, masyarakat berdatangan untuk menghelat ritual jamasan: mencuci benda pusaka semisal keris, mata tombak, gada, dan berbagai benda pusaka launnya. Selain itu, pantai ini digunakan untuk melarung dan sesaji bumi.
Stupa Sumberawan, Candi Singosari
Stupa Sumberawan berada di Candi Singosari. Stupa ini menjadi lokasi warga Malang dan sekitarnya menggelar ritual 1 Suro. Mereka mengunjungi sumber air di belakang candi, yang konon pernah dipakai oleh Ken Dedes membersihkan diri. Di lokasi ini, pada 1 Suro, masyarakat menggelar ruwatan, untuk meluruhkan penyakit.
Keraton Surakarta Hadiningrat
Sebagai episentrum budaya Jawa bersama Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga menggelar prosesi malam 1 Suro. Keraton pewaris Mataram ini melakukan ritual Kirab Kebo Bule di tengah malam 1 Suro. Dalam versi Jawa, ritual ini dilakukan untuk memohon berkah dan keselamatan, selain juga menjadi momen untuk menyambut tahun yang baru. Malam 1 Suro digunakan pula untuk menyuci benda-benda pusaka keraton, dari senjata hingga kereta. Pada hari biasa, Keraton Surakarta menerima kunjungan wisatawan, untuk berwisata sejarah dan budaya.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Setiap malam 1 Suro, warga dan abdi dalem Keraton Yogyakarta menggelar tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng, yaitu mengelilingi benteng-benteng yang ada dalam kompleks keraton. Tradisi ini biasanya diawali dengan berbagai ritual lain, yaitu tirakatan (tidak tidur) hingga tuguran (merenung dan berdoa). Keraton Yogyakarta juga menggelar jamasan, yakni memandikan pusaka dan kereta yang menjadi pusaka keraton.
Ponorogo
Reog dapat disaksikan di Ponorogo di sanggar-sanggar tari milik warga di setiap keluarahan atau kampung. Namun bila ingin melihat festival reog, datanglah ke Ponorogo pada malam 1 Suro. Di alun-alun Ponorogo digelar Grebeg Suro Ponorogo, yang dimulai dengan ziarah ke Makam Batoro Katong, Srandil dan Petilasan Kutu Wetan. Kemudian lanjut Kirab Pusaka, Tumpeng Purak serta wayangan serentak di 21 kecamatan di Ponorogo.