Saat di Pesawat, Turis Indonesia Sudah Berpikir Mau Makan Apa
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Tulus Wijanarko
Minggu, 15 April 2018 10:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Industri kuliner Nusantara makin berkembang. Keberadaannya dalam bidang pariwisata kini bukan lagi menjadi pelengkap, melainkan komponen utama.
“Orang kalau datang ke suatu tempat, di dalam pesawat pasti sudah memikirkan mau makan apa,” kata Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata Vita Datau Messakh dalam acara pembukaan Festival Jajanan Bango, di Park and Ride, Jalan M.H. Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 14 April 2018.
Baca juga: Kreco, Sarapan Keong Kecil Khas Warga Tepi Ranu Klakah
Menurut data yang dihimpun Kementerian Pariwisata, dampak wisata kuliner Nusantara terhadap pendapatan domestik bruto pada 2016 mencapai Rp 150 triliun. “Sebanyak 30 persen pengeluaran wisatawan untuk berlibur itu larinya ke kuliner,” kata Vita.
Selain mendorong perekonomian, kuliner mampu menjadi salah satu penggerak masuknya wisatawan asing ke Indonesia. Kementerian Pariwisata, menurut Vita, menargetkan 2,3 juta wisatawan asing alias wisman hingga 2019 datang ke Indonesia untuk berwisata kuliner.
Sebagai langkah membangun wisata kuliner Nusantara, Kemenpar menggiatkan berbagai macam strategi. Misalnya dengan menetapkan destinasi wisata kuliner unggulan di Indonesia. Destinasi yang ditunjuk antara lain Bali, Bandung, Joglosemar atau Jogyakarta, Solo, dan Semarang.
Cara lain, Kemenpar belakangan telah menetapkan lima kuliner nasional. Masing-masing ialah soto, rendang, sate, gado-gado, dan nasi goreng. Lima kuliner tersebut dipilih lantaran hampir di setiap wilayah di Indonesia memiliki varian kuliner tersebut yang telah dimodifikasi dengan rasa lokal.
Selanjutnya, Kemenpar menetapkan Ubud, Bali, menjadi destinasi kuliner gastronomi pertama yang diakui United Nations World Tourism Organization atau UNWTO. “Karena Ubud paling siap,” tutur Vita.
Artikel lain: Ranu Klakah dan Sejumlah Misteri yang Belum Terungkap