TEMPO.CO, Jakarta - Suku Baduy Dalam yang sebentar lagi menjalankan tradisi Kawalu, memiliki kegiatan utama berladang. Tinggal berjarak 120 kilometer ke arah barat daya Jakarta, mereka adalah bagian dari masyarakat Baduy yang seluruhnya tingal di 53 kampung di Desa Kenekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Baca: Saat Kawalu, Perkampungan Baduy Dalam Tertutup Bagi Turis
Warga Baduy, memiliki kearifan dalam menjaga ladangnya, yang total seluas 5.635 hektar itu. Dalam berladang, warga Baduy mengenal sistem berpindah—mirip ”gilir balik” Dayak Wehea.
Setiap ladang yang telah dipakai dan akan ditinggalkan harus ditanami dulu, sehingga kelak dapat digunakan peladang lain. Adat juga melarang peng-gunaan alat-alat berat serta pestisida. Biasa-nya mereka hanya menggunakan koret (sabit), kayu untuk- membuat lubang tempat benih, dan etem (sejenis ani-ani).
Meratakan kontur tanah saat menyiapkan lahan juga diharamkan. Begitu pula dengan membelokkan aliran sungai untuk irigasi. ”Hasil panen diserahkan pada kuasa alam,” demikian pernah seorang warga Baduy yang tinggal di Desa Balimbing mengutarakan kepada Tempo.
Karena itu pula panen padi hanya berlangsung setahun sekali. Awal masa tanam ditentukan oleh pu’un de-ngan sebutan ngaseuk, dan diawali dengan sederet upacara adat memuji Dewi Sri.
Warga Baduy menggunakan aliran sungai Ciujung untuk kebutuhan sehari-hari (Tempo/Aditia Noviansyah)
Untuk membuka lokasi permukiman, kriteria yang di-pegang adalah kawasan mesti relatif rata dan dekat aliran Sungai Ciujung—satu-satunya sungai yang melewati kawasan Baduy. Kesulitan mencari lokasi datar disiasati dengan membangun rumah panggung.
Nah, yang paling menarik adalah aturan adat Baduy berkaitan dengan hutan lindung. Kawasan yang terletak di selatan perkampungan itu tak pernah disentuh. Pepohonan di hutan lindung haram ditebang, wa-laupun untuk kepentingan warganya. Ada aturan, warga Baduy yang tertangkap mencuri kayu akan langsung diusir.
Secara adat perkampungan Baduy terpisah menjadi tiga: Baduy Dalam, Penamping, dan Luar. Adatnya, secara garis besar, sebetulnya sama. Perbedaannya hanya pada penerapan sehari-hari.
Suku Baduy Dalam itulah yang akan menjalani tradisi Kawalu mulai Februari hingga April nanti. Selama itu pula, perkampungan Baduy Dalam tertutup untuk kunjungan wisatawan
Riset Tempo
Berita lain: Cap Go Meh Semarang Akan Digelar Di Halaman Masjid ...