TEMPO.CO, Yogyakarta - Kegiatan tahunan menyambut Hari Raya Imlek, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY), mulai digelar di Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta, Kamis petang, 18 Februari 2016.
Pembukaan event yang berlangsung hingga Senin, 22 Februari 2016, itu disesaki masyarakat. Warga berjubel di sepanjang gang kampung pecinan yang menyediakan tak kurang dari seratus stan yang menjajakan kuliner khas Imlek hingga cendera mata. Dari nasi Hainan hingga minuman khas wedang kacang.
Panggung utama perayaan yang masuk tahun ke-11 itu berada di ujung paling timur gang kampung yang menjadi ruas Jalan Malioboro tersebut.
"Semoga event PBTY ini makin menjadi ikon tersendiri bagi Yogyakarta, dengan perayaan yang waktunya lebih panjang untuk menampung antusiasme warga," ujar Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang membuka acara tersebut.
Raja Keraton Yogyakarta yang malam itu mengenakan kemeja batik dengan dominasi warna hijau tersebut membuka secara resmi PBTY dengan menyulut obor yang dibawakan seseorang berkostum monyet, mirip tokoh cerita legenda Cina, Sun Go Kong.
Meski hanya berlangsung sepekan, setiap hari event PBTY bakal dipadati dengan berbagai atraksi di dua panggung yang tersedia. Kegiatan tiap hari dimulai efektif sekitar pukul 15.00 hingga 22.00.
Saat hari pembukaan saja, setidaknya ditampilkan 13 atraksi kesenian. Dari lomba menyanyi berbahasa Mandarin, aksi liong, wayang Poo Tay Hie, atraksi mahasiswa asal Cina, gerak dansa Wu Dong Chung Tian, tari Gending Sriwijaya, tari Barcan Tidar, dan band.
Tradisi karnaval dalam kegiatan ini bakal digelar pada Minggu, 21 Februari 2016, dengan melibatkan puluhan komunitas yang disertai rentetan atraksi puluhan komunitas lintas elemen. Karnaval PBTY ini dilakukan di sepanjang Jalan Malioboro mulai pukul 18.00.
PRIBADI WICAKSONO