TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini, Ngliyep dan Balekambang menjadi ikon wisata pantai di Malang, Jawa Timur. Namun, sepanjang pesisir Malang selatan, dari perbatasan dengan Blitar di bagian barat hingga Lumajang di timur, berderet pantai-pantai dengan panorama yang tak kalah menarik dengan dua ikon wisata itu. Sebagian besar belum banyak dikenal, dan beberapa di antaranya mulai menjadi tujuan wisata pantai baru dengan konsep ekowisata dan dikelola masyarakat lokal.
Pantai Clungup, Gatra, dan Tiga Warna
Pantai Clungup, Gatra, dan Tiga Warna merupakan tiga dari delapan pantai yang berada di kawasan Konservasi Sendangbiru. Kawasan konservasi ini dikelola Bhakti Alam, komunitas pelestari hutan, pesisir, dan laut di Sendangbiru. Saat ini anggota Bhakti Alam sekitar 60 orang, sebagian besar masyarakat lokal. Mereka terdiri atas pemandu wisata, pendukung, dan penjaga pantai.
Delapan pantai yang tengah dikembangkan sebagai ekowisata itu adalah Pantai Clungup dan Gatra yang menjadi kawasan konservasi mangrove; Pantai Savana, Mini, Watu Pecah, dan Tiga Warna (konservasi terumbu karang); serta Pantai Bansong dan Teluk Asmoro (konservasi penyu).
Tiket masuk: Rp 5.000 per orang
Pemandu: Rp 100 ribu per rombongan (maksimal satu rombongan sepuluh orang)
Snorkeling di Pantai Tiga Warna
Selain memiliki pasir putih nan lembut serta air laut berwarna biru, kehijauan, dan kekuningan, Pantai Tiga Warna merupakan salah satu spot snorkeling terbaik di Malang. Pengunjung bisa menikmati taman bawah laut dan aneka ikan hias pada kedalaman 3-5 meter. Biaya satu set alat snorkeling + pelampung sebesar Rp 15 ribu per orang untuk dua jam.
Camping di Pantai Gatra
Dari delapan pantai di kawasan konservasi itu, hanya Pantai Gatra yang menyediakan area camping (camping ground). Biaya sewa lahan camping sebesar Rp 25 ribu dan satu set tenda Rp 25 ribu.
Pantai Kondang Merak
Terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Pantai Kondang Merak menawarkan pasir putih lembut sepanjang 800 meter. Di bibir pantai, deretan pulau karang menyembul kokoh dari balik air laut nan biru. Deburan ombak dari laut lepas Samudra Hindia yang tertahan pulau-pulau karang terdengar menggetarkan.
Kondang Merak, yang berada di kawasan hutan lindung yang rimbun dengan aneka pepohonan, juga menawarkan ekowisata menjelajahi hutan (jungle trekking) sembari mengamati berbagai jenis burung. Kawasan laut di Kondang Merak merupakan teritorial lumba-lumba. Dengan menyewa perahu, setiap saat kita bisa menyaksikan kawanan lumba-lumba menari di sana.
Tiket masuk: Rp 5.000 per orang
Parkir: Mobil (Rp 10 ribu) dan Motor (Rp 5.000)
Sewa Perahu: Rp 750 ribu per rombongan (maksimal enam orang)
Pantai Lenggoksono
Pantai Lenggoksono di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, membentang sepanjang 1 kilometer membentuk setengah lingkaran dengan kedua sisinya diapit tebing. Dengan ombaknya yang besar, Lenggoksono juga menjadi tempat para penggemar selancar beraksi.
Di sekitar Lenggoksono, terdapat pantai-pantai lain yang menarik. Di sisi kanan, terdapat pantai Banyu Anjlok, yang menyuguhkan air terjun setinggi 12 meter dengan lebar 20 meter. Air terjun itu jatuh dari sungai yang mengalir dari atas tebing. Lalu Pantai Bolu-Bolu dengan panorama alamnya yang menawan. Di pantai ini, terdapat area untuk berkemah (camping ground). Ada juga spot snorkeling di Teluk Kletekan.
Lenggoksono juga menjadi kawasan konservasi lobster mutiara, pasir, dan batu. Kawasan konservasi itu berada di pantai Pulau Gadung. Di sana terdapat goa lobster yang selalu dijaga nelayan lokal dari penjarah yang menggunakan potasium.
Untuk mencapai pantai-pantai di sekitar Lenggoksono itu, pengunjung harus naik perahu dengan ongkos Rp 350 ribu per satu rombongan maksimal tujuh orang. Sedangkan untuk sewa alat snorkeling sebesar Rp 25 ribu.
NURDIN KALIM
Ikuti liputan khusus wisata pantai di sini.
BACA JUGA:
VIDEO: Bukti Kepulauan Sombori Seindah Raja Ampat
WISATA PANTAI, Ling Al, Pantai Sebening Kaca di Alor
WISATA PANTAI, Pulau-pulau Ini Cocok buat Kabur dari Medsos
WISATA PANTAI, Serunya Menombak Ikan di Laut Majene