TEMPO.CO, JSleman--Akibat guyuran abu vulkanik dari erupsi Gunung Kelud, Kamis (13/2), Daerah Istimewa Yogyakarta juga terkena imbas yang luar biasa mulai Jumat (14/2) pagi. Kondisi pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta tersengal-sengal.
Hotel-hotel dan penginapan di lereng Gunung Merapi sepi. Ada pembatalan pemesanan kamar hingga 80 persen. Bahkan, hingga saat ini hanya tinggal 10 persen saja. "Penginapan yang terisi itu pun hanya tamu tiga jaman," kata Ketua Asosiasi Perhotelan Kaliurang, Heribertus Indiantara, Senin (17/2).
Yang dimaksud tamu tiga jam-an itu adalah tamu yang menginap hanya selama tiga jam. Atau tamu yang menginap short time.
Secara umum, dari sekitar 250 hotel dan penginapan di lereng Merapi itu memang terkena abu leembut kiriman dari Gunung Kelud. Para pegawai hotel maupun penginapan bekerja keras untuk membersihkan.
Namun, karena banyak tamu yang membatalkan pesanan kamar, otomatis tingkat keterisian kamar hotel merosot tajam. Begitu pula wisata lahar (lava tour) yang berada di lereng Merapi otomastis sangat berkurang.
Ratusan kelompok wisata yang sudah memesan wisata di lereng gunung itu pun membatalkan kunjungan. Itu lebih disebabkan oleh ditutupnya bandar udara Adisutjipto. Sehingga tamu yang seharusnya bisa menikmati wisata lahar dengan mengendarai jip batal.
Kondisi di lereng Merapi yang biasa di lewati wisatawan mirip awal-awal erupsi Merapi 2010. Sebab, lokasi wisata yang biasa dikunjungi dan dilewati penuh dengan debu. Namun debu atau abu itu merupakan abu vulkanik dari Gunung Kelud.
"Setiap hari ada yang membatalkan wisata dengan jip. Tapi wisatawan lokal masih ada," kata Risawanto, salah satu pelaku usaha wisata jip di lereng Merapi.
Deddy Pranowo Eryono, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan, akibat abu kiriman ini membuat dunia pariwisata tersengal-sengal jika diibaratkan orang sesak napas. Sebab, ratusan rombongan yang berencana datang ke kota wisata ini batal.
Itu disebabkan oleh bandar udara yang belum beroperasi. Bandar Udara Adisutjipto ditutup dalam beberapa hari ini karena runway dan apron dipenuhi abu.
"Kejadiannya mirip erupsi Merapi 2010, pariwisata Yogyakarta tersengal-sengal, namun kami sudah pengalaman menghadapi masalah seperti ini," kata dia.
Tingkat keterisian hotel secara umum turun hingga 80 persen. Sebab, banyak tamu yang membatalkan kunjungan karena tidak ada tranpirtasi udara akibat Adisutjipto tutup.
"Kuncinya ada di bandara, kalau keran bandara sudah dibuka, maka hotel juga akan teraliri wisatawan juga," kata Deddy.
Kerugian hotel-hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta jika ditotal per hari mencapai Rp 22 miliar. Wisatawan yang batal kunjung saat ini menunda kunjungan hingga Maret-April mendatang.
MUH SYAIFULLAH
Terkait:
Kementan: Belum Ada Ternak Mati Akibat Kelud
Gempa Gunung Ijen Meningkat Tak Terkait Kelud
Warga Kediri Masih Bersih-bersih Debu Kelud
SBY Telat, Makan Siang Pengungsi Kelud Tertunda