Misool merupakan satu dari empat pulau besar di Kabupaten Raja Ampat, dengan luas 2.034 kilometer persegi. Pulau di dekat “kepala burung” Papua Barat ini masuk dalam jantung segitiga terumbu karang dunia, karena merupakan rumah bagi 75 persen jenis karang, 553 spesies karang, serta 1.437 spesies ikan karang. Itulah yang membuat Nature Conservancy datang untuk menyelamatkan kawasan ini dan memberikan pendidikan kepada masyarakat lokal sejak dini.
Tak jarang pula dari atas kapal saya melihat semburan air dari punggung paus yang muncul di permukaan laut, barisan lumba-lumba, dan ikan pari manta yang melompat-lompat. Selain kekayaan laut, Misool memiliki segudang pesona. Seperti empat danau yang berisi ubur-ubur tidak menyengat, tulisan kuno di karst, pemandangan dari atas karst, dan gua lainnya. Karst sebagai bentang alam yang terbentuk dari pelapukan batu kapur memang biasanya memiliki banyak gua.Seorang wisatawan memotret lukisan di tebing kars Sunmalelen, Distrik Misool. Tempo/Hariandi Hafid
Perjalanan laut di antara lokasi wisata juga tidak membosankan. Di atas kapal, kami menguji kreativitas masing-masing. Sebab, hamparan karst itu ada yang mirip babi, badak, hati, atau sepasang kekasih. Semuanya bergantung pada pemikiran masing-masing penumpang.
Destinasi selanjutnya adalah menyaksikan lukisan pada dinding batu di Selat Pana-pana. Di tempat tersebut ada lukisan berwarna cokelat yang dibuat oleh nelayan Misool di masa lalu. Bentuknya seperti kapal, ikan duyung, lumba-lumba, dan telapak tangan.
Puas melihat lukisan purba, kami menuju tempat yang sangat menantang, yakni Dafalen. Lokasinya sekitar 30 menit perjalanan dari tempat lukisan dinding. Kapal harus melaju perlahan karena perairan di sana dangkal dan penuh batu karang. Perlu waktu khusus untuk menyesuaikan tinggi air laut dengan ukuran kapal. Semua waswas karena khawatir air tiba-tiba surut dan kapal kandas. Semua? Noldy ternyata tidak cemas. "Tak apa, jalan saja, saya jaga kapal," ujar dia.
Selanjutnya: Panorama Menawan di Dafalen dan Balbulol