TEMPO.CO, Ubud - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, akan menggelar Festival Pesona Palu Nomoni 2016 pada 24-27 September 2016. Acara itu diselenggarakan di Teluk Palu. Dari panjang Teluk Palu 41 kilometer, 7,2 kilometer di antaranya akan dijadikan pusat acara.
Festival itu dipromosikan di Museum ARMA, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, sejak 4 Agustus 2016. Kegiatan promosi yang merupakan pre-event itu dihadiri kalangan travel agent serta wisatawan dari berbagai negara.
Wali Kota Palu Hidayat dan Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said hadir dalam acara promosi itu. Sigit, yang lebih dikenal sebagai musikus dengan nama akrab Pasha “Ungu”, tampil sebagai pembicara. “Kami mengundang semua orang di sini untuk datang ke Palu, September nanti,” ujar Pasha. “Kami jamin keamanan dan fasilitasnya.”
Pasha mengatakan festival itu sebagai salah satu cara membesarkan Palu, yang merupakan kampung halamannya. Bahkan, pada acara pre-event di Ubud itu, ia menciptakan sebuah lagu khusus yang menceritakan kisah kehidupannya.
Sebagai pemuda yang telah 20 tahun merantau dan mendapat ketenaran, Pasha ingin pulang kampung untuk membesarkan nama kampung halamannya.
Menurut Pasha, Nomoni berarti bergetar atau bersuara. Maka, dari Bali, Festival Pesona Palu Nomoni 2016 diharapkan mengirim getaran hingga ke mancanegara. Festival itu pun menjadi bagian dari suguhan pariwisata yang akan dijadikan sektor andalan karena Palu tak memiliki sumber daya alam yang memadai, seperti daerah-daerah lain di Indonesia.
Pada Gerhana matahari total April lalu, nama Palu sudah terpromosikan karena menjadi salah satu tempat menyaksikan fenomena alam itu secara utuh. Saat itu sekitar 50 ribu turis datang ke Palu. Itu sebabnya, Pasha berharap Festival Pesona Palu Nomoni 2016 juga dibanjiri wisatawan.
Berbagai kegiatan sudah dirancang untuk mengisi festival. Antara lain penampilan 520 gimba (gendang khas suku Kaili) dengan 522 lalove (seruling besar) yang disebar di 520 lokasi festival dengan tanda sebuah obor.
Sebanyak 10 panggung disediakan di sepanjang pantai Palu, yang menjadi lokasi festival. Panggung-panggung itu menjadi tempat menampilkan 15 ritual suku Kaili, seperti ritual penyembuhan penyakit dan ritual tolak bala.
Disediakan pula panggung untuk penampilan dari suku-suku Indonesia lainnya yang bermukim di Palu, seperti Bali, Jawa, dan Bugis. Beragam sajian kuliner juga disuguhkan dalam festival ini.
Festival ini juga diisi kegiatan pendukung. Di antaranya lomba lari maraton, renang melintasi teluk Palu sepanjang 5,4 kilometer, lomba perahu layar tanpa awak, serta lomba perahu tradisional.
ROFIQI HASAN