TEMPO.CO, Jakarta - Kantuk dan penat sering menghinggapi para pengemudi di jalan raya, apalagi ketika macet atau dalam perjalanan jauh. Namun, rasa itu sering hilang ketika tak sengaja membaca tulisan lucu atau nakal dan gambar menggoda di ‘pantat’ atau bak truk kayu dari truk yang melintas.
Ambil saja contohnya dari tulisan yang dirampungkan Agus Uryanto, 45 tahun: “Dua Anak Cukup, Dua Istri Ribut.” Kalimat ini ditulis di bak truk pesanan seseorang dari Cirebon. Kalimat itu terinspirasi dari slogan keluarga berencana yang digagas pemerintah.
“Untuk menghibur siapapun yang kebetulan ada di belakang truk itu,” ujarnya saat dijumpai di kawasan Jalan Bypass Perumnas Kota Cirebon, awal Mei 2015.
Dia ingin karyanya bisa sedikit mengobati kejengkelan pengendara yang terjebak macet dan terhalang truk di depannya.
Sebagai pelukis bak truk, Agus juga piawai menggambar tokoh tertentu, dari wajah artis hingga meniru gambar jagoan komik seperti Iron Man. “Sesuai dengan pesanan saja. Gambar dan tulisan semua dari pelanggan,” katanya.
Agus memiliki hobi menggambar sejak masih sekolah. Hobi dan bakat melukisnya ini menjadi mata pencahariannya. Dengan tarif sekitar Rp 600 ribu sekali lukis, dalam sehari Agus bisa melayani hingga tiga lukisan. Kendati masih sering dapat pesanan, sedikit demi sedikit peran Agus dan kawan-kawan kini mulai tergeser oleh hadirnya mesin cetak.
Di Batang, Jawa Tengah, misalnya, tren lukisan di bak truk berganti ke lembaran gambar tempel atau stiker sejak 2010. “Hasilnya lebih cepat dan murah,” ujar Ahad Khoironi, salah satu pembuat stiker untuk bak truk di Batang, Jawa Tengah.
Harga yang ditawarkan untuk memasang stiker berkisar Rp 350 ribu, hampir separuh dari harga lukisan. Tak hanya tulisan iseng, stiker juga bisa menyediakan jasa cetak dan menempel gambar tokoh tertentu. Misalnya gambar perempuan berpose menggoda, yang jadi favorit para pemesan. Gambar bisa pula ditampilkan dengan efek tiga dimensi. “Yang begini banyak peminatnya,” kata Ahad.
Di Surabaya setali tiga uang. Perusahaan karoseri mulai beralih bahkan bekerja sama dengan percetakan untuk membuat stiker sejak tahun 2000-an awal. Menurut Presiden Direktur PT Adicitra Bhirawa, Freddy Pangkey, perusahaan karoseri lebih suka menggandeng percetakan karena waktu pembuatan bak atau boks jadi lebih singkat. “Sama seperti lukisan, konsumen bisa memilih dan membawa rancangannya. Tinggal kami cetak dan kami pasang,” ujarnya.
Meski begitu, Freddy melanjutkan, peminat untuk jasa pelukis truk bukan berarti hilang begitu saja. Pelukis seperti Agus biasanya memang khusus dipesan untuk menghias bak truk kayu, yang masih banyak dipakai di kawasan Cirebon dan Jepara.
Agus pun mengaku tak begitu khawatir dengan fenomena ini. Baginya, melukis lebih dari sekadar pekerjaan. Apalagi ia telah menekuni seni menggambar sejak kecil. “Selama tak melanggar norma, saya senang-senang saja mengerjakan lukisan atau tulisan apa pun pesanan pelanggan.”
TIM TEMPO