TEMPO.CO, Bandung - Museum Konferensi Asia Afrika di Bandung kembali dibuka untuk umum pada 5 Mei 2015 mendatang. Selain jadi lebih kinclong, museum mendapat koleksi baru yang akan dipajang, yakni perangkat kerja mantan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo.
Kepala Museum Konferensi Asia Afrika Thomas Ardian Siregar mengatakan, museum baru akan dibuka untuk publik setelah rangkaian acara terkait konferensi 24 April 2015 lalu selesai. Rangkaian acara yang dihelat museum itu baru akan berakhir 2 Mei 2015.
"Senin kami tutup, paling cepat tanggal 5 Mei museum dibuka lagi," ujar Thomas, Kamis, 30 April 2015.
Thomas berujar, situasi di dalam museum masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada penataan baru koleksi maupun bentuk baru di dalam gedung. "Karena tidak ada yang dipugar hanya lebih mengkilap saja," ujarnya.
Menjelang puncak peringatan 60 Tahun KAA pada 24 April lalu di Gedung Merdeka, museum yang berada di samping gedung ikut dibenahi dan ditutup buat umum. Walau begitu, koleksi museum bertambah dengan pemberian meja kerja, kursi, rak buku, dan foto-foto mantan Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo dari keluarganya. Ali juga menjabat ketua panitia KAA 1955. Sumbangan itu diserahkan ke museum sebelum 24 April lalu.
Thomas menambahkan, koleksi baru itu sementara ini masih disimpan di kantor museum. "Kami belum memasangnya karena harus memikirkan penempatannya yang pas," ujarnya. Sementara itu di perpustakaan museum, pengelola mendapat sebuah rak berisi buku-buku sejarah dan seputar negara dari pemerintah Cina.
Buku itu dari pantauan Tempo, banyak yang berbahasa Cina. Pemberian itu juga diserahkan sebelum acara puncak KAA 24 April lalu. "Sebelumnya ada koleksi buku satu rak dari pemerintah India dan Korea," ujarnya.
Pembukaan kembali museum nanti, tidak mengubah aturan dan jam buka. "Tiap Senin tutup, Sabtu dan Minggu buka. Aturan pengunjung tidak berubah," katanya. Di Bandung, Museum KAA tergolong salah satu lokasi wisata edukasi favorit selain Museum Geologi. Pengunjung utamanya pelajar dari berbagai daerah di Indonesia.
ANWAR SISWADI