TEMPO.CO, Lampung - Salah satu pesona di perairan Teluk Kiluan, Tanggamus, Lampung, adalah lumba-lumba hidung botol. Kita bisa menyaksikan kawanan mamalia itu menari-nari anggun di perairan Kiluan.
Pagi sekitar pukul 07.00, saya meluncur dari homestay Pak Solihin. Saya melewati homestay di balik bukit yang diceritakan oleh Pak Solihin. Ada pantai pasir putih yang landai dan berbeda dengan di sisi saya tinggal. Langsung di atas karang, ada lahan datar cukup luas, sehingga menjadi pilihan mendirikan tenda selain di pasir pantai.
Beruntung saya berangkat pagi hari ketika tiba di tengah lautan dan belum ada satu pun perahu lain. Hingga akhirnya 15 menit kemudian, satu perahu lain datang bertepatan dengan munculnya sirip-sirip hewan mamalia dari dalam air. Lumba-lumba berhidung botol (Tursiops truncatus) yang tampak mungil itu bergerak lincah. Menggemaskan.
Datang dari berbagai sisi, sehingga membuat bingung para penontonnya. Makin siang, jukung atau sampan berpulas oranye semakin banyak dan lumba-lumba berpencar di sejumlah titik. “Seharusnya datang nggak di hari libur, jadi lumba-lumba hanya mengikuti perahu kita,” ucap Pak Solihin.
Saya memang datang pada akhir pekan ketika kebanyakan turis lokal datang untuk menikmati suasana khas Teluk Kiluan. Ketika sinar mentari mulai terasa terik, sampan mengarah ke jalur kembali.
Singgah terlebih dulu di Pulau Kelapa yang berpasir putih dengan gundukan bukit karang di salah satu sisinya. Saya menemukan potongan karang-karang biru. Cukup unik, karena umumnya bila warnanya terang biasanya merah.
Siang itu, pulau seluas 6 hektare ini ramai oleh pengunjung. Tenda-tenda masih berjajar di tepian pantai. Kerap terdengar gelak anak muda di sela-sela debur ombak.
RITA NARISWARI | TRAVELOUNGE