TEMPO.CO, Bandung - Tebing batu berwarna abu kehitam-hitaman itu kokoh menjulang tinggi di kawasan sejuk Kampung Ciharegem Puncak, Desa Wisata Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berdiri di atas gundukan batu yang dikenal dengan Tebing Karaton itu, Tempo melihat hamparan pohon pinus hijau menyegarkan mata. Angin gunung terasa sejuk hingga ke paru-paru.
Di bibir tebing yang lain, sekelompok anak muda asyik ber-selfie, berfoto menggunakan tongkat narsis (tongsis). Suara tawa cekikikan terdengar di keriuhan angin gunung. Tak ada rasa takut di hati mereka, padahal posisi mereka berdiri bersebelahan dengan jurang terjal ke arah Sungai Cikapundung.
"Di Instagram lagi ngetren selfie di Tebing Karaton, fotonya keren-keren. Jadi penasaran ke sini," kata Puspa Gusti, 23 tahun, pengunjung asal Bandung, Rabu lalu. Perempuan berjilbab itu sengaja melancong ke tebing di kawasan Bandung utara bersama teman-temannya untuk memperbanyak stok foto di alam bebas. "Dari sini bisa foto dengan background Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Burangrang.”
Tebing Karaton merupakan wisata primadona baru yang ramai diperbincangkan di media sosial. Para traveller lantas mengunduh hasil jepretannya via media sosial Instagram hingga tersebar ke para pengguna media sosial yang lain. Tebing yang berada di kawasan Taman Hutan Raya Juanda (Dago Pakar) itu sontak menjadi begitu fenomenal di kalangan warga Bandung dan wisatawan luar kota.
Nama Tebing Karaton sendiri berasal dari ide seorang pencari rumput bernama Ase Sobana, 43 tahun. Ase, yang warga asli Kampung Ciharegem, Puncak, mengaku mendapat wangsit sebutan Tebing Karaton pada tengah malam Mei 2014. Dia pun berinisiatif memasang pelang penunjuk jalan ke tebing tempat main masa kecilnya dulu. "Karaton, kan, sebuah kemegahan dan kemewahan alam. Di sini alamnya indah dan megah," ujarnya.
Kesohoran Tebing Karaton, yang ditambah dengan cuitan di media, membuat jumlah pengunjung kian meningkat. Menurut Ase, awalnya hanya enam hingga sepuluh pengunjung. Namun kini, ratusan motor diparkir di pinggir jalan masuk lokasi tebing. "Banyak yang penasaran dan tertarik dengan istilah Tebing Karaton, padahal warga sini menyebutnya Cadas Jontor," kata Ase.
Cadas Jontor dalam bahasa Sunda berarti ‘batu yang menonjol ke arah depan’. Batuan andesit yang menonjol ke depan itulah yang kemudian diberi nama Tebing Karaton.
Kini destinasi wisata baru itu kian terkenal dan menjadi incaran para fotgrafer dan penikmat alam bebas.
Tebing Karaton menarik perhatian wisatawan karena merupakan hasil dari fenomena geologi, yaitu retaknya kerak bumi akibat pergeseran yang dikenal dengan patahan Lembang atau sesar Lembang. Sesar ini membentang sepanjang 22 kilometer di sebelah timur Lembang hingga ke arah barat Kota Bandung.
Tebing Keraton ini tampaknya tidak disiapkan menjadi obyek wisata kendati dikunjungi ratusan orang per hari. Namun, pengelola menetapkan tiket masuk dan parkir Rp 15.000 per orang. Sejumlah wisatawan terlihat menantang bahaya hanya untuk beberapa jepretan foto selfie di pinggir Tebing Karaton.
RISANTI | PRIMA MULIA
Terpopuler:
Diminta Copot Jabatan, Ahok Tantang Gerindra
Golkar Cium Kejanggalan di Balik Mundurnya Ahok
Setelah Babi, Harimau Turun dari Gunung Slamet
Pilih Mundur, Ahok Disebut Revolusioner
Kepala Daerah Pendukung Prabowo Membelot