Kompleks wisata Menara Masjid dan makam Sunan Kudus serta makam Sunan Muria di Kabupten Kudus merupakan penyangga utama pariwisata Kudus. Pengembangan obyek wisata fosil manusia purba Patiayam dan desa wiayat tak mampu menandinginya. Wisatawan tetap tertarik mendatangi obyek wisata religi ini. “Kompleks makam Sunan Kudus dan Sunan Muria memang obyek wisata religi unggulan di Kota Kretek,” kata Mutrikah, Kepala Seksi Promosi Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, Ahad, 23 Juni 2013.
Bulan Rajab dan Sya’ban merupakan waktu kedatangan wisatawan terbanyak. Setiap hari, siang ataupun malam, ratusan bis dari berbagai kota di Jawa, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat memadati makam Sunan Kudus dan Sunan Muria. Mereka adalah peziarah makam wali yang dikeramatkan itu.
Kunjungan berakhir memasuki Ramadan. Tak jarang Kota Kudus padat, pengguna jalan raya tersendat, bahkan macet. Mungkin pengunjung Kota Kudus pun akan terbiasa melihat pengojek tak begitu taat aturan lalu-lintas. Mereka memboncengkan dua penumpang tanpa helm pengaman dari terminal wisata hingga kompleks makam, yang berjarak sekitar 3 kilometer. Mereka pun tak segan menerabas lampu merah di perempatan jalan.
Kondisi serupa bisa dilihat pula di Makam Sunan Muria, di puncak Gunung Muria. “Pengunjung lima kali lipat dari hari- hari biasa,” kata Nur Khudrin, Sekretaris Yayasan Masjid dan Sunan Muria Kudus. Pengunjung biasa berziarah pada libur sekolah, bulan Syura dan mendekati acara Buka Luwur.
Kedua makam itu memang mendatangkan pendapatan cukup besar pada musim sibuk. Pengurus masjid bisa memperoleh pendapatan berlipat. Pengurus Masjid dan Makam Sunan Kudus yang tak bersedia disebut namanya, menyatakan pendapatan dari pengunjung pada hari biasa di luar Ramadan berkisar Rp 60-70 juta per bulan. Namun pada bulan Syura bisa mencapai Rp 100 juta per bulan.
Pendapatan itu digunakan untuk perawatan, perbaikan dan honor pegawai, serta uang transpor bagi ulama pengisi acara pengajian. “Setiap pegawai di sini honornya berkisar Rp 4 juta,” kata Pengurus itu. Selama ini, kedua masjid peninggalan Walisongo itu tak pernah mendapatkan bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BANDELAN AMARUDIN