Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, lima tahun silam, sudah menyadari kondisi itu. “Karena itu, kami perlu merevitalisasi agar kerusakan tidak berlanjut,” kata Rabiman, ahli konservasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah di lokasi Menara Masjid Sunan Kudus.
Baca Juga:
Untuk memperbaikinya, Balai membuat andang dari bambu mengelilingi Menara. Andang berfungsi sebagai tangga. Selama perbaikan, para pengunjung dilarang mendekati Menara yang diperbaiki sejak 1 Juni lalu. Perbaikan melibatkan 15 ahli purbakala dibantu delapan tenaga lokal.
Pada tahap pertama, Mereka membongkar pada bagian pustoko (atap ) Menara. Kerangka kayunya diturunkan untuk diperbaiki, dan bagian yang rusak diganti. Sebelum dikerjakan, mereka mencuci kayunya dengan air rendaman cengkih dan tembakau terlebih dahulu. “Tujuannya agar kayu tidak dimakan rayap,” kata Supriyanto, ahli perbakala lain.
Sirap kayunya pun sebagian sudah rusak. Mereka menganggap perlu diganti.
Badan bangunan menara pun sudah memprihatinkan. Rabiman memperkirakan kerusakannya sudah mencapai 50 persen. “Sebagian besar batanya sudah rapuh,“ kata dia. Bangunan menara akan diperbaiki secara bertahap. Balai Pelestarian Purbakala hanya menyediakan 3 ribu bata khusus sebagai pengganti.
Ahli purbakala Supriyanto memperkirakan secara keseluruhan bagunan itu memerlukan 50 ribu bata. Nantinya, perbaikan akan bersifat tambal sulam.