TEMPO.CO, Jakarta - Turbulensi hebat yang dialami Singapore Airlines pekan ini menjadi pengingat bahwa penumpang harus selalu mengenakan sabuk pengaman saat terbang, meski tanda sabuk pengaman dimatikan. Alasannya, turbulensi bisa terjadi kapan saja tanpa peringatan. Saat pesawat terguncang, penumpang yang tidak terikat pada kursi bisa terlempar.
Demikian diungkapkan Emma Henderson, mantan pilot EasyJet, seperti dilansir dari Business Insider, Rabu, 22 Mei 2024. Dia mengatakan, pergerakan ke bawah atau penurunan pesawat secara tiba-tiba akan mengakibatkan penumpang berisiko terluka jika tidak terikat.
Turbulensi Bisa Tidak Terduga
Pesawat dilengkapi dengan radar cuaca, yang menunjukkan apa yang ada di depan. Jika ada air di depannya, warna layar akan berubah. Jika ada hujan es di depan, warna yang ditampilkan di layar akan berbeda lagi.
"Beberapa sistem radar cuaca pada pesawat baru yang saya operasikan juga dapat menunjukkan badai petir dan turbulensi," kata Emma.
Namun, tidak semuanya bisa terbaca. Itu sebabnya, turbulensi bisa saja terjadi tiba-tiba.
Baca juga:
"Alasan mengapa sabuk pengaman disarankan untuk dipasang selama penerbangan, meskipun tanda sabuk pengaman dimatikan, adalah karena apa pun bisa terjadi kapan saja. Mengenakan sabuk pengaman berarti Anda tahu bahwa jika terjadi sesuatu, kecil kemungkinan Anda terluka," kata dia.
Chris Hammond, pensiunan British Airways dan pilot easyJet, mengatakan kepada The National bahwa insiden tersebut akan diselidiki secara menyeluruh. Hal ini mungkin akan mengakibatkan perubahan peraturan, katanya. Namun, tampaknya akan sulit meminta penumpang menggunakan sabuk pengaman setiap saat.
“Anda tidak bisa memaksa orang memakai sabuk pengaman, kecuali tanda sabuk pengaman menyala. Di Amerika kadang-kadang mereka membiarkan tanda sabuk pengaman menyala sepanjang waktu. Tapi kemudian orang-orang kesulitan pergi ke toilet,” kata Hammond.
Namun, dia menyarankan penumpang untuk tetap mengenakan sabuk pengaman saat duduk di kursi.
Insiden Singapore Airlines
Turbulensi yang terjadi pada Singapore Airlines merupakan kasus ekstrem. Menurut Emma, kemungkinan pesawat melalui area yang banyak pergerakan udara berenergi tinggi dan aktivitas badai petir. Pada saat-saat seperti ini, terdapat banyak panas di atmosfer dan banyak kelembapan di atmosfer.
Dalam situasi seperti itu, pesawat tidak bisa naik melalui awan, jadi harus menembusnya. Namun, kata Emma, pilot dilatih dengan baik karena mampu mendarat dengan selamat di Bangkok.
Singapore Airlines terbang dari Bandara Heathrow Inggris pada Senin malam pukul 22.17 waktu setempat dengan 211 penumpang dan 18 awak. Namun, penerbangan tersebut mengalami turbulensi ekstrem. Laporan cuaca penerbangan menunjukkan bahwa badai petir yang mencapai ketinggian 51.000 kaki saat ini tersebar di wilayah barat Thailand.
Menurut laporan, pesawat tersebut diyakini turun mendadak selama beberapa menit dalam turbulensi ekstrem di ketinggian 31.000 kaki. Ada kemungkinan bahwa meningkatnya arus udara akibat badai tropis menyebabkan turbulensi hebat yang membuat pesawat turun tiba-tiba.
BUSINESS INSIDER | THE NATIONAL
Baca Juga: Awak Kabin dan Penumpang Japan Airlines Dipuji, Dianggap Berhasil Lakukan Evakuasi Kecelakaan