TEMPO.CO, Jakarta - Awak kabin dan penumpang Japan Airlines (JAL) mendapat pujian setelah berhasil melakukan evakuasi dalam kecelakaan di Bandara Haneda pada Selasa, 2 Januari 2023. Pesawat Airbus A350 millik maskapai penerbangan itu tabrakan dengan Japan Coast Guard Dash 8. Seluruh 367 penumpang dan 12 awak pesawat keluar hanya dalam waktu 90 detik, tanpa mengalami luka berat. Sayangnya, lima dari enam awak pesawat penjaga pantai itu meninggal.
Penyelidikan mengenai insiden tersebut masih berlangsung, tapi para ahli meyakini bahwa keberhasilan evakuasi itu bergantung pada kombinasi standar keselamatan modern dan budaya keselamatan Japan Airlines yang ketat.
“Dari apa yang saya lihat di rekaman, saya terkejut dan lega karena semua orang keluar,” kata Graham Braithwaite, profesor investigasi keselamatan dan kecelakaan di Universitas Cranfield, Inggris, seperti dilansir dari CNN.
Video menunjukkan para penumpang dievakuasi dari pesawat Airbus A350 yang terbakar dengan menggunakan seluncuran darurat dalam suasana yang relatif tenang. Para penumpang juga dipuji karena mereka tidak terlihat membawa tas tangan.
Badan keselamatan penerbangan telah memperingatkan sejak dulu bahwa berhenti sejenak untuk mengambil bagasi jinjing berisiko terhadap nyawa selama evakuasi. Asap tipis di dalam kabin bisa membuat penumpang menjadi tidak berdaya.
Belajar dari kecelakaan sebelumnya
JAL menerapkan prosedur keselamatan yang ketat setelah kecelakaan pesawat yang terjadi hampir 40 tahun lalu. Sejak itu, maskapai penerbangan Jepang ini menjadi salah satu yang paling aman menurut Airlineratings.com.
Pada 12 Agustus 1985, penerbangan JAL 123 dari Tokyo ke Osaka jatuh, menewaskan 520 dari 524 penumpang, setelah kesalahan perbaikan pada bagian ekor oleh teknisi Boeing pasca-insiden sebelumnya. Hingga saat ini, kecelakaan tersebut merupakan salah satu kecelakaan pesawat tunggal paling mematikan dalam sejarah penerbangan.
“Jelas dampaknya sangat besar terhadap maskapai penerbangan,” kata Braithwaite. “Dalam budaya seperti Jepang, mereka mengambil tanggung jawab itu sebagai sebuah kelompok dan ingin memastikan hal seperti itu tidak terjadi lagi. Jadi ketika ada yang tidak beres, mereka melihatnya dari segi bagaimana mereka bisa belajar. Semuanya adalah peluang untuk berkembang.”
Puing bekas kecelakaan sebelumya dipajang
Pada 2005, menyadari bahwa banyak karyawan yang bergabung dengan perusahaan tanpa mengingat kecelakaan penerbangan 20 tahun sebelumnya, JAL membuka ruang di kantor pusat perusahaan mereka untuk memajang bagian-bagian dari reruntuhan, serta cerita dari awak dan penumpang.
“Perasaannya adalah, ada orang yang bergabung dengan bisnis kami dan tidak tahu bagaimana rasanya melakukan kesalahan. Setiap orang harus memahami seberapa besar upaya yang dilakukan demi keselamatan,” kata Braithwaite.
Hampir empat dekade kemudian, kehancuran tersebut masih berdampak besar pada mentalitas perusahaan, katanya. “Mereka memiliki budaya yang sangat ketat seputar prosedur operasi standar dan melakukan segala sesuatunya dengan benar. Itulah salah satu alasan dalam kasus ini menurut saya para kru tampil dengan sangat baik,” katanya.
Meskipun tidak jelas siapa yang harus disalahkan atas kecelakaan pada Selasa itu, Braithwaite mengatakan keberhasilan evakuasi akan berdampak positif bagi Japan Airlines. “Jika ingin mengetahui alasan mengapa Anda harus terbang bersama mereka, saya rasa inilah alasannya,” katanya.
Baru minggu ini, JAL dinobatkan sebagai salah satu dari 25 maskapai penerbangan teraman di dunia dalam daftar tahunan oleh situs Airlineratings.com.
MIRROR | CNN | FORBES | REUTERS
Pilihan Editor: Jangan Tidur saat Pesawat Take Off atau Landing, Ini Alasannya