Karak atau chai masala dari Pakistan ini sangat kental, terbuat dari campuran teh, susu, gula, dan rempah-rempah. Ada beberapa rempah yang digunakan, tetapi versi Pakistan yang kami cicip ini rempahnya cukup beragam yakni kayu manis, saffron, pala, jahe, dan cardamom atau biji kapulaga.
Menikmati karak paling enak dengan roti ala Arab. Arva mengajak kami ke kios roti Al Shaiba Bakery milik Abdullah, pendatang dari Afganistan. Abdullah membuat roti-rotinya dengan cara yang masih tradisional. Dia menggunakan tandoor atau oven tanah dengan bara kayu. Roti dipanggang dengan cara ditempelkan di dinding-dinding oven.
Arva memesan cheese zaatar, roti tipis panjang dengan isian keju seharga 5 dirham atau sekitar Rp21 ribu. Karena ukurannya yang cukup besar, roti ini dipotong-potong untuk dimakan beramai-ramai di kursi pinggir jalan, ditemani karak yang nikmat.
Pasar Bumbu
Perjalanan dilanjutkan ke Spice Souk atau pasar rempah. Pasar ini berisi toko-toko penjual rempah yang kebanyakan penjualnya berasal dari Iran, kata Arva. Aroma campuran rempah tercium di udara. Kami singgah di salah satu toko, milik pendatang Iran bernama Amir. Menurut Amir, toko ini sudah berusia 50 tahun.
Toko bumbu milik Amir, pedagang dari Iran, di Spice Souk Deira, Dubai, pada Rabu, 20 Maret 2024 (TEMPO/Mila Novita)
Di toko ini, Arva mengajak kami mengenal rempah-rempah untuk membuat karak lewat permainan. Dia memberi kertas dengan huruf acak yang harus kami susun menjadi nama-nama rempah. Setelah itu, kami harus mencari satu per satu rempahnya untuk difoto.
Amir menjelaskan rempah-rempah itu dan asal negaranya. Rempah yang paling istimewa, kata dia, adalah saffron. Rempah ini adalah benang sari bunga crocus sativus yang konon sangat kaya antioksidan. Butuh 150 bunga untuk dapat satu gram saffron. "Iran adalah produsen saffron terbesar di dunia," kata Amir.
Amir menjual saffron seharga seharga 10 dirham atau sekitar Rp45 ribu per gram. "Ini rempah paling mahal," ujar dia mengakhiri penjelasannya.
Setelah pamit kepada Amir, kami melanjutkan jalan kaki ke tepi Dubai Creek. Sepanjang jalan Arva bercerita tentang satu minuman khas Ramadan di Dubai, Vimto. Sebagian besar warga lokal Dubai menjadikan sirop ini sebagai minuman pertama saat berbuka puasa. Minuman ini terbuat dari campuran sari buah anggur, blackcurrant, raspberry dengan bahan-bahan seperti acid dan pemanis, serta sejumlah herbal, barley malt, dan rempah-rempah.
Arva mengajak kami mencicipinya, tetapi bukan dalam bentuk minuman biasa, melainkan faloodeh. Hidangan ini berupa bihun beku dengan topping Vimto. Rasanya yang menyegarkan membuatnya cocok dijadikan hidangan penutup.