Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Unik Jam Gadang, Ikon Megah Bukittinggi Era Ratu Belanda Wilhelmina

image-gnews
Wisatawan memadati objek wisata Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat, Ahad, 3 November 2019. Menara ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. TEMPO/M Taufan Rengganis
Wisatawan memadati objek wisata Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat, Ahad, 3 November 2019. Menara ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. TEMPO/M Taufan Rengganis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Bukittinggi, Sumatera Barat memiliki salah satu simbol bersejarahnya yang paling megah yakni Jam Gadang.

Berdiri setinggi 27 meter, monumen ini bukan hanya penanda waktu tetapi juga saksi bisu peristiwa sejarah yang telah membentuk kota ini. Diresmikan pada 25 Juli 1927, Jam Gadang menjadi bagian integral dari identitas Bukittinggi dan menjadi destinasi wisata yang tak terlewatkan bagi para pengunjung.

Sejarah Jam Gadang

Monumen megah Jam Gadang memiliki sejarah panjang. Diresmikan pada 25 Juli 1927, Jam Gadang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".

Pembangunan monumen ini dilakukan antara 1925 hingga 1927 atas perintah Ratu Belanda Wilhelmina. Lokasinya yang strategis menjadikannya titik nol Kota Bukittinggi.

Struktur bangunannya mencakup puncak gonjong yang awalnya berbentuk bulat, kemudian mengalami perubahan selama pendudukan Jepang menjadi bergaya Negeri Matahari Terbit. Pasca-kemerdekaan, atapnya kembali diubah menjadi gonjong Rumah Gadang.

Isi Jam Gadang

Jam Gadang bukan hanya monumen bersejarah tetapi juga menyimpan kekayaan di dalamnya. Setiap sisinya menampung jam dengan diameter 80 sentimeter, digerakkan oleh mesin mekanik langsung dari Rotterdam, Belanda. Dengan lima tingkat, setiap tingkat memiliki fungsinya masing-masing.

Di dalam menara, terdapat lonceng yang bertuliskan Vortmann Recklinghausen. Dikabarkan bahwa Vortmann adalah nama keluarga dari pembuat jam, Benhard Vortmann. Sementara itu, Recklinghausen merupakan nama kota di Jerman yang menjadi lokasi produksi mesin jam pada tahun 1892.

Selama proses kemerdekaan Indonesia, Jam Gadang menjadi saksi bisu peristiwa penting seperti pengibaran bendera merah putih dan demonstrasi nasi bungkus pada 1950.

Bahkan, dalam pertempuran militer melawan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada 1958 di Sumatera Barat, Jam Gadang menjadi saksi tragis dengan catatan 187 orang tewas di bawahnya, termasuk 177 warga sipil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Renovasi

Pemerintah Kota Bukittinggi menjadikan Jam Gadang sebagai destinasi wisata unggulan. Renovasi dilakukan beberapa kali untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Setiap harinya, lebih dari 1.000 orang mengunjungi Jam Gadang, dan jumlah tersebut meningkat pada hari libur.

Kawasan sekitarnya juga menyimpan berbagai destinasi wisata menarik seperti Istana Bung Hatta, Lubang Jepang, Ngarai Sianok, Pasar Atas, Jembatan Limpapeh, dan Rumah Kelahiran Bung Hatta.

Tak Lagi Menerima Pengunjung

Meski begitu, sejak gempa melanda Kota Bukittinggi pada tahun 2006, Jam Gadang tidak lagi menerima pengunjung dalam jumlah besar. Yusrizal, Staf Arkeologi dan Purbakala yang bertugas di Jam Gadang, menjelaskan bahwa kondisi bangunan yang sudah tua membuatnya tidak lagi aman untuk menampung banyak pengunjung.

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala memberlakukan kebijakan agar Jam Gadang hanya dibuka secara terbatas, bahkan hanya untuk kepentingan liputan media atau tamu khusus, dengan kapasitas maksimal empat orang.

Menjelajahi Jam Gadang saat ini dapat memberikan pengalaman yang eksklusif, memungkinkan pengunjung untuk melihat mesin penggerak jam dan lonceng besar yang memiliki nilai sejarah.

Denah dasar seluas 13x4 meter mencakup lima tingkat, dan naik ke puncak menara setinggi 26 meter memberikan panorama indah Kota Bukittinggi. Meski tak lagi menerima pengunjung dalam jumlah besar, Jam Gadang tetap menjadi simbol bersejarah dan destinasi wisata yang menarik di Sumatra Barat.

PUTRI SAFIRA PITALOKA  | RIYAN NOFITRA | FACHRI HAMZAH

Pilihan Editor: Sejarah Monumen Jam Gadang di Bukittinggi yang Diresmikan pada 1927

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Destinasi Wisata Jawa Barat yang Punya Kerawanan Bencana Tingkat Tinggi

9 jam lalu

Sejumlah wisatawan wanita bermain pasir saat menikmati liburannya di pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, (30/3). Kawasan wisata Pelabuhan Ratu menjadi salah satu objek wisata pilihan warga ibu kota. Tempo/Fardi Bestari
Destinasi Wisata Jawa Barat yang Punya Kerawanan Bencana Tingkat Tinggi

Ada 108 destinasi wisata alam dan buatan di Jawa Barat, umumnya rawan bencana.


Dari Camilan Anak-anak, Keripik Sanjai dari Bukittinggi Kini Jadi Oleh-oleh Khas Sumatra Barat

3 hari lalu

Keripik sanjai/Foto: Dapur Kintamani
Dari Camilan Anak-anak, Keripik Sanjai dari Bukittinggi Kini Jadi Oleh-oleh Khas Sumatra Barat

Masyarakat Kampung Sanjai di Bukittinggi dulunya mayoritas berkebun singkong. Hasil kebun sering bersisa, lalu dibuatkan keripik cemilan anak-anak.


5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

3 hari lalu

Taman Nasional Haut Niger. nationalparks.africa
5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

Mungkin masih sedikit yang mengenal Guinea di bagian barat Afrika, dengan kota terbesarnya adalah Conakry. Ini 5 destinasi wisata unggulannya.


Bukan Bata, Ini Kisah Pilu Bung Hatta Gagal Dapatkan Sepatu Merek Ini hingga Meninggal

4 hari lalu

Bung Hatta atau Mohammad Hatta. Wikipedia
Bukan Bata, Ini Kisah Pilu Bung Hatta Gagal Dapatkan Sepatu Merek Ini hingga Meninggal

Bung Hatta sejak lama mengidamkan sepatu merek Bally. Namun, keinginannya tersebut tidak pernah terealisasi sampai ia meninggal.


5 Tips Merencakan Liburan Keluarga

6 hari lalu

Ilustrasi liburan keluarga (pixabay.com)
5 Tips Merencakan Liburan Keluarga

Pakar perjalanan membagikan beberapa tips liburan keluarga


7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

10 hari lalu

Kota bernuansa pink di Rajasthan, Jaipur, India. Unsplash.com/Dexter Fernandes
7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

Menariknya tidak hanya ibu kota India yang megah tapi juga beberapa daerah terpencil yang memikat hati wisatawan mancanegara


Patung Yesus Bukit Sibea-bea Danau Toba Jadi Tujuan Favorit Turis Lintas Agama, Tertinggi di Dunia

10 hari lalu

Patung Yesus tertinggi di dunia yang terletak di Bukit Sibea-bea, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Senin, 29 April 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Patung Yesus Bukit Sibea-bea Danau Toba Jadi Tujuan Favorit Turis Lintas Agama, Tertinggi di Dunia

Patung Yesus Bukit Sibea-bea menjadi salah satu tempat destinasi favorit di kawasan Danau Toba


6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

10 hari lalu

Ilustrasi anak liburan (pixabay.com)
6 Tips Liburan untuk Anak Penyandang Autisme

Berikut ini enam tips yang dapat dilakukan sebelum dan saat liburan bersama anak penyandang autisme


Rekomendasi 20 Destinasi Wisata Garut, Termasuk Candi Cangkuang dan Leuwi Jurig

12 hari lalu

Rakit bambu mengantar wisatawan menuju Candi Cangkuang, Garut, Jabar, 27 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Rekomendasi 20 Destinasi Wisata Garut, Termasuk Candi Cangkuang dan Leuwi Jurig

Garut alami gempa bumi belum lama ini. Daerah ini memiliki beragam destinasi wisata unggulan, antara lain Candi Cangkuang hingga Pantai Cijeruk.


NTB Berhasil Mengelola Sampah Hingga 64 persen

13 hari lalu

NTB Berhasil Mengelola Sampah Hingga 64 persen

Sebagai tujuan wisata nasional berkomitmen menjaga destinasi tetap bersih dan nyaman.