TEMPO.CO, Bandar Lampung - Traveling, berjalan-jalan dengan keluarga dan kolega makin asik bila disertai dengan tujuan mengenal keanekaragaman hayati suatu daerah. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan atau TNBBS yang masuk dalam beberapa kabupaten di Lampung bisa menjadi tujuan dalam menambah khasana ilmiah sekaligus healing di alam bebas.
Pengelolaan TNBBS dibagi dalam beberapa ruang atau yang dikenal dengan nama zona pengelolaan meliputi zona inti, rimba, rehabilitasi, pemanfaatan, zona khusus, dan zona tradisional. Berdasarkan peraturan yang ada masing-masing zona memiliki aturan tersendiri dalam intervensi kegiatan.
Plt. Kepala Balai Besar TNBBS Ismanto menjelaskan, kegiatan penelitian dapat dilakukan pada seluruh zona sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sementara zona pemanfaatan selain dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan juga dapat dilakukan kegiatan wisata.
Kegiatan penelitian dapat dilakukan oleh seluruh pihak baik perorangan, kelompok, lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pos pantau atau rumah pohon di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk melihat pergerakan harimau Sumatra. Saat ini TNBBS menjadi objek penelitian oleh berbagai pihak dan juga destinasi wisata. TEMPO/Parliza Hendrawan
Anggrek hingga Gajah
Pada waktu-waktu tertentu, bunga Rafflesia Arnoldi dapat tumbuh dan mekar sempurna di TNBBS. Selain itu, di dalamnya merupakan habitat bagi 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah. Jenis dominannya dari famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Fagaceae, Annonaceae dan Meliaceae.
Terdapat juga sedikitnya 15 jenis bambu dari 5 marga (Bambussa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa dan Schizatochyum); 26 jenis rotan; serta 126 jenis anggrek dari 59 genus yang beberapa di antaranya telah dibudidayakan. Genus anggrek itu antara lain anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), anggrek kalung (Coelogyne dayana), dan anggrek merpati (Dendrobium crumenatum).
“Kekayaan hayati lain yang menjadikan TNBBS ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh badan dunia UNESCO adalah keragaman jenis faunanya,” kata Ismanto, Rabu, 10 Januarai 2024.