Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Cang Incang Pedamaran, Sastra Tutur OKI yang Masuk Warisan Budaya Takbenda

image-gnews
Cang Incang dan Jidur Pedamaran Warisan Budaya Tak Benda OKI (Instagram/@kominfo.oki)
Cang Incang dan Jidur Pedamaran Warisan Budaya Tak Benda OKI (Instagram/@kominfo.oki)
Iklan

TEMPO.CO, Palembang - Cang Incang dikenal sebagai kearifan lokal masyarakat Pedamaran, Ogan Komering Ilir atau OKI sejak lama. Tradisi ini telah terdaftar sebagai warisan budaya takbenda atau WBTB dan saat ini terus dikenalkan pada generasi muda agar tak punah tergerus di antara keberagaman budaya lokal maupun mancanegara. 

Cang Incang merupakan tradisi lisan masyarakat Pedamaran yang dilakukan dengan menuturkan puisi dengan irama yang khas. 

Tirta Rahmawan, Kepala Desa Pedamaran I, Kecamatan Pedamaran, menuturkan, Cang Incang kini semakin sering dimunculkan utamanya di acara hari besar kenegaraan semacam peringatan HUT kemerdekaan maupun HUT Kabupaten Ogan Komering Ilir serta di acara persedekahan atau pesta pernikahan.

“Cang Incang ini bisa disebut sebagai budaya kearifan lokal masyarakat Pedamaran sejak dulu,” kata Tirta, Kamis, 16 Nopember 2023.

Biasanya, kata Kades Tirta, Cang Incang  dinyanyikan sewaktu Agustusan atau dituturkan saat para pengrajin menganyam tikar purun (berambak nganyam tikar purun).

“Cang Incang ini biasanya dinyanyikan ataupun dituturkan oleh seseorang sementara yang lainnya hanya menyimak pesan yang disampaikan,” ujar Tirta. “Bisa juga ditampilkan secara bersahut-sahutan atau berdua,” Tirta menambahkan. 

Sebagian warga Pedamaran I sering juga menyebut tradisi ini sebagai Incang- Incangan. Shanti Turisia, merupakan sosok muda yang berikhtiar untuk melestarikan Incang-incangan ini. Dia bisa menuturkan Incang-incangan dengan bahasa Pedamaran yang fasih.

Berikut ini bahasa tutur Incang-incangan yang mengandung makna mengajak anak muda untuk memakmur masjid.

“Besak kepala toman/Nak pindang masam pedas/payo incang-incangan/wak cerito ladas/pindang masam pedas/cabenyo ngeruntangan/wak cerito ladas/nyampaikan angan-angan/cabenya ngeruntangan jangan lupo kemangi/nyampaikan angan-angan cito-cito dihati//

Jaman kemajuan/ujinyo reformasi awas-awas ngan jantan/jaman bak iko ari//alangkalemak pendengaran tak kaop dilakoni//dunio sudah edan/jamanla latuo keni/alangkelamak penengaran/takkaop dilakoni/jantan jantan keluar malam/meramekan toko kopi//

Menoi tokoh kopi/tak naro nek dijinjit/sedangla gawe tadi/baek makmurkan mesjid//kito makmurkan kan mesjid/ ramekan tiap hari/ taknaro dikito jinjit untuk bawoan mati//”

Warisan Budaya Takbenda

Cang Incang dan Jidur Pedamaran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Cang Incang merupakan sastra tutur masyarakat marga danau Pedamaran sementara Jidur merupakan alat musik yang dimainkan secara berkelompok dengan ditiup maupun dipukul. Oleh masyarakat Pedamaran, alat musik ini kerap digunakan dalam acara pernikahan, khitanan, dan pawai. 

Dua kearifan lokal masyarakat Kabupaten OKI ini menyusul enam kearifan lokal lainnya yang telah diakui sebagai WBTB Indonesia oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek RI). Keenamnya adalah lain Adat Perkawinan Mabang Handak, Jejuluk, Gulo Puan, Tari Penguton, Midang dan Tikar Purun Pedamaran. 

Duplikat sertifikat WBTB Indonesia diserahkan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumsel, Aufa Syahrizal pada malam Anugerah Batang Hari Sembilan di Palembang, beberapa hari yang lalu. 

Penetapan kearifan lokal menjadi warisan budaya tak benda ini, menurut Aufa, dilakukan melalui proses yang panjang dan telah melalui tahapan sidang oleh para ahli dan budayawan. 

PARLIZA 

Pilihan Editor: Pulau Maspari Jadi Tujuan Wisata di Palembang, TNI AL Punya Andil

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

7 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

9 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

9 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

9 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan


Mengintip Kemeriahan Festival Songkran di Thailand, Pertama Kali Sejak Diakui UNESCO

13 hari lalu

Penduduk lokal dan wisatawan saling menembakan pistol air saat merayakan hari raya Songkran yang menandai Tahun Baru Thailand di Bangkok, Thailand, 13 April 2024. REUTERS/Chalinee Thirasupa
Mengintip Kemeriahan Festival Songkran di Thailand, Pertama Kali Sejak Diakui UNESCO

Untuk pertama kalinya pada tahun ini, Festival Songkran dirayakan di Thailand setelah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan


Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

15 hari lalu

Lebaran Topat di Lombok Barat 2023 (dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024


Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

18 hari lalu

Warga Saudi menyambut penetapan Hari Raya Idul Fitri pada hari Selasa dengan antusias.[Saudi Gazette]
Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.


Mayjen Izak Pangemanan Minta Maaf Anggotanya Siksa Warga Papua, Ini Profil Pangdam Cenderawasih

28 hari lalu

Izak Pangemanan. Dok. Puspen TNI
Mayjen Izak Pangemanan Minta Maaf Anggotanya Siksa Warga Papua, Ini Profil Pangdam Cenderawasih

Pangdam Cenderawasih Izak Pangemanan meminta maaf atas tindakan sejumlah anggota TNI yang menyiksa warga di Papua. Berikut profil Izak Pangemanan.


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

30 hari lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

30 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.