Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Destinasi Wisata Sejarah Peninggalan Portugis dan Belanda di Ambon

Reporter

image-gnews
Benteng Victoria di Ambon. Foto : Kemendikbud
Benteng Victoria di Ambon. Foto : Kemendikbud
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelajahi warisan sejarah Ambon akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Anda yang mencari wawasan dan kekayaan budaya Nusantara. Sebagai salah satu kota terbesar di Maluku, Ambon menyimpan sejumlah tempat wisata sejarah yang kaya dan unik. Di kota ini, Anda dapat menemukan berbagai situs bersejarah, museum, dan bangunan peninggalan kolonial yang tidak hanya menarik hati tetapi juga memancing rasa ingin tahu. 

Destinasi Wisata Sejarah di Ambon

1. Benteng Amsterdam

Dilansir dari ambon.go.id, bangunan utama Benteng Amsterdam pertama kali dibangun oleh Portugis di bawah kepemimpinan Fransisco Serrao pada tahun 1512, awalnya sebagai Loji perdagangan. Setelah Belanda menguasai pulau Ambon pada tahun 1605, mereka merebut bangunan Loji tersebut dan mengubahnya menjadi kubu pertahanan. 

Pada abad ke-17, VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) Belanda memperoleh kontrol penuh di Indonesia, terutama di Maluku. Loji awalnya diubah menjadi benteng pertahanan setelah pertempuran antara Belanda dan Kerajaan Hitu yang dipimpin oleh Kapitan Kakialy pada tahun 1633-1654.

Gubernur Jenderal Belanda, Jaan Ottens, pada tahun 1637, memperbesar benteng ini setelah sebelumnya diubah menjadi kubu pertahanan oleh Gubernur Jenderal Gerrad Demmer pada tahun 1642. Pembangunan berlanjut dengan Gubernur Jenderal Anthony Caan pada tahun 1649 dan akhirnya diselesaikan oleh Arnold De Vlaming Van Ouds Hoorn, tokoh kontroversial di mata orang Ambon dan Lease, pada tahun 1649-1656, dinamai Benteng Amsterdam.

Konstruksi benteng ini mirip dengan bangunan rumah, oleh Belanda disebut Blok Huis. Terdiri dari 3 lantai dengan lantai pertama berbahan merah bata, lantai dua dan tiga berlantai kayu besi. Pada ujung bangunan, terdapat sebuah menara pengintai. Fungsinya adalah lantai satu sebagai tempat tidur serdadu, lantai dua untuk pertemuan perwira, dan lantai tiga sebagai pos pemantau.

Bangsa Belanda meninggalkan Benteng Amsterdam pada awal abad ke-20 dalam kondisi rusak dan ditumbuhi pohon beringin besar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kantor Wilayah Propinsi Maluku melakukan restorasi dari Juli 1991 hingga Maret 1994, mengacu pada gambar dalam buku "Beschreiving van Amboinan" karya Francois Valantyn tahun 1772.

Seorang naturalis dan ahli sejarah Jerman, G.E. Rumphius (1627-1702), tinggal di benteng ini. Dia menulis buku tentang flora dan fauna di pulau Ambon, termasuk penemuan anggrek khas Ambon yang dinamakan dari nama istrinya, Floss Susana. Rumphius juga mencatat gempa dan tsunami di Maluku dalam bukunya "Waerachtigh Verhael Van de Schrickelijck Aerdbevinge".

Benteng Amsterdam terletak di Kecamatan Hila, 42 km dari pusat Kota Ambon, dapat diakses dengan mobil dalam waktu sekitar satu jam dari Ambon.

2. Benteng Victoria

Benteng Victoria, sebuah situs bersejarah yang terletak di pusat kota Ambon, memiliki asal-usul yang mencakup masa pemerintahan Portugis pada 1575, yang kemudian diambil alih oleh Belanda. Sebagai benteng tertua di Ambon, peranannya diubah oleh Belanda menjadi pusat administrasi kolonial, dengan fokus utama pada eksploitasi kekayaan alam Maluku, terutama rempah-rempah yang melimpah.

Pada masa pemerintahan Belanda, Benteng Victoria menjadi pusat administrasi kolonial yang strategis, memanfaatkan pelabuhan di depannya sebagai jalur perhubungan laut antarpulau. Melalui pelabuhan ini, Belanda mengirimkan hasil rempah-rempah ke berbagai negara di Eropa. Di sekitar benteng, terdapat pasar yang menjadi tempat berkumpulnya para pedagang pribumi. Selain itu, benteng ini berfungsi sebagai tempat pertahanan dari potensi serangan dan perlawanan masyarakat pribumi. Pada 6 Desember 1817, Pattimura, pahlawan nasional, dihukum mati tepat di depan benteng ini.

Benteng Victoria juga memiliki daya tarik khusus dengan sisa-sisa meriam raksasa di dalamnya, patung berukir kayu, peta perkembangan kota Ambon dari abad XVII hingga abad IX, dan koleksi lukisan para administratur Belanda di Maluku. Dengan mengamati artefak ini, pengunjung dapat menyelami sejarah kelahiran dan perkembangan kota Ambon.

Boulevard Victoria, jalan di depan benteng, menghubungkan langsung ke Pantai Honipopu. Dari benteng, pengunjung dapat menikmati pemandangan Teluk Ambon yang indah, terutama saat senja. Akses menuju Benteng Victoria dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 300 meter dari Terminal Mardika, pusat transportasi umum di pusat kota Ambon.

3. Museum Siwalima

Museum Siwalima, terletak di Taman Makmur, Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Provinsi Maluku, berdiri sejak 8 November 1973, dan diresmikan pada 26 Maret 1977. Meskipun menggambarkan peninggalan sejarah, bangunan museum ini menarik perhatian karena posisinya yang tinggi menghadap Teluk Ambon, memancarkan keeksotisan yang memukau.

Kata "Siwalima" berasal dari dua kata, diambil dari sejarah kerajaan di Maluku. "Siwa" yang berarti sembilan merujuk pada Ulisiwa, gabungan sembilan kerajaan di selatan Maluku. Sementara "Lima" yang berarti lima diambil dari Patalima, kumpulan lima kerajaan di utara Maluku.

Pintu masuk museum memiliki tulisan "Usu Mae Upu" yang berarti "Mari Silahkan Masuk". Museum awalnya menampung koleksi budaya dan adat istiadat Maluku, namun berkembang seiring waktu. Museum Siwalima kemudian dibagi menjadi dua bangunan:

1. Bangunan I: Museum Kelautan Siwalima

Tempat ini menyimpan sejarah kelautan masyarakat Ambon, termasuk benda-benda dan binatang laut seperti kerangka ikan paus dengan panjang 9 m, 17 m, dan 19 m, serta berbagai artefak kehidupan laut Maluku.

2. Bangunan II: Museum Budaya Siwalima

Tempat ini menampilkan segala hal terkait budaya Maluku, termasuk bangunan asli Maluku, pakaian adat, alat-alat pertanian, senjata, perlengkapan upacara adat, uang lama, dan berbagai guci dari masa penjajahan Jepang.

Semua benda di Museum Siwalima terawat dengan baik, dan petugas siap memberikan penjelasan rinci kepada pengunjung. Museum ini juga menawarkan pengalaman tambahan, seperti pertunjukan musik lokal, tarian, dan demonstrasi pembuatan kain tenun. Pengunjung yang suka fotografi juga dapat mengabadikan momen di dalam museum.

Akses ke Museum Siwalima sangat mudah, hanya berjarak sekitar 5 km dari pusat Kota Ambon, dapat diakses dengan kendaraan pribadi atau umum menuju Taman Makmur.

Pilihan Editor: 3 Destinasi Wisata Sejarah di Kota Bukittinggi

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


HGU 190 Tahun untuk Investor IKN, KPA Setahun Lalu: Lebih Kolonial dari Aturan Kolonial

13 hari lalu

Proyek pembangunan Bangunan Gedung dan Kawasan Kementerian Koordinator 3 di IKN. ANTARA/HO-PT Waskita Beton Precast/am.
HGU 190 Tahun untuk Investor IKN, KPA Setahun Lalu: Lebih Kolonial dari Aturan Kolonial

Pemberian HGU kepada investor IKN selama 190 tahun menuai kontroversi. Polemik sudah terjadi sejak aturan tersebut diselipkan dalam RUU IKN.


Mengenal Sister City: Kota-kota di Indonesia Punya Kota Kembar di Negara Lain, Ada Surabaya - Liverpool

15 hari lalu

Menelusuri jejak Pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya kini semakin mudah. Hanya dengan ikut tur bus Surabaya Heritage Track, wisatawan bisa menelusuri jejak Pertempuran Surabaya. Foto: @asliareksuroboyo
Mengenal Sister City: Kota-kota di Indonesia Punya Kota Kembar di Negara Lain, Ada Surabaya - Liverpool

Apa yang dimaksud dengan sister city? Padang, Surabaya, Denpasar, Ambon, dan Bandung memiliki kota kembar di negara lain.


Serba-Serbi Pemberian Gelar Haji di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui

18 hari lalu

Ilustrasi haji atau umrah. REUTERS
Serba-Serbi Pemberian Gelar Haji di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui

Gelar haji di Indonesia memiliki sejarah panjang dan multifaset yang mencakup dimensi agama, sosial, dan politik.


Jubir Pemkot Ambon Bantah Pakaian Dinas Pj Wali Kota Seharga Rp400 Juta

41 hari lalu

Plt. Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota
Ambon Ronald H Lekransy.
Jubir Pemkot Ambon Bantah Pakaian Dinas Pj Wali Kota Seharga Rp400 Juta

Plt. Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ambon sekaligus juru bicara Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, Ronald H Lekransy, membantah pemberitaan terkait jumlah anggaran pakaian Dinas Pj. Wali Kota Ambon di tahun 2023.


Polisi di Ambon Jadi Tersangka Pemerkosaan Anak

55 hari lalu

Ilustrasi pemerkosaan. shutterstock
Polisi di Ambon Jadi Tersangka Pemerkosaan Anak

Seorang polisi di Ambon ditetapkan sebagai tersangka pemerkosaan anak di bawah umur.


Pj Walkot Ambon Resmikan Gedung Perpustakaan Daerah

21 Mei 2024

Pj Walkot Ambon Resmikan Gedung Perpustakaan Daerah

Pj. Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena, resmikan gedung Perpustakaan Daerah Kota Ambon, di Kelurahan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, pada Selasa, 21 Mei 2024.


Rumah Dinas Wali Kota Bandung Dijadikan Objek Wisata Akhir Pekan

12 Mei 2024

Rumah Dinas Wali Kota Bandung atau Pendopo (bandung.go.id)
Rumah Dinas Wali Kota Bandung Dijadikan Objek Wisata Akhir Pekan

Masyarakat atau wisatawan bisa mengunjungi Pendopo untuk wisata sejarah Kota Bandung, dibatasi 100 orang per hari.


Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

27 April 2024

Foto udara Masjid Sultan Ternate di Kota Ternate, Maluku Utara, Rabu 20 Maret 2024. Masjid yang dibangun pada tahun 1606 di masa kekuasaan Sultan Saidi Barakati tersebut merupakan bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan Timur Nusantara dan menjadi salah satu tujuan wisata religi yang dikunjungi umat Islam saat bulan Ramadhan. ANTARA FOTO/Andri Saputra
Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

Hari ini, 27 April 1999, adalah berdirinya Kota Ternate berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.


Euforia Warga Ambon Sambut Kemenangan Timnas Usai Nobar Bareng Pemkot

26 April 2024

Euforia Warga Ambon Sambut Kemenangan Timnas Usai Nobar Bareng Pemkot

Pemkot Ambon memfasilitasi warga untuk nobar pada laga perempat Final Piala Asia 2024


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

20 April 2024

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?