Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perobekan Bendera Belanda di Hotel Majapahit Surabaya, Saksi Bisu Aksi Heroik Kusno dan Hariyono

image-gnews
Foto kolase aksi teatrikal perobekan bendera Belanda, di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 19 September 2018. Pelajar dan warga Surabaya menggelar aksi teatrikal untuk memperingati peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, sekarang Hotel Majapahit, di Jalan Tunjungan, Surabaya. ANTARA
Foto kolase aksi teatrikal perobekan bendera Belanda, di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 19 September 2018. Pelajar dan warga Surabaya menggelar aksi teatrikal untuk memperingati peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, sekarang Hotel Majapahit, di Jalan Tunjungan, Surabaya. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, Surabaya memiliki sejarah panjang, yak bisa dipisahkan dari peristiwa heroik perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo pada 1945. 

Berawal dari nama Hotel Oranje menjadi Hotel Yamato

Hotel ini dibangun oleh pengusaha Armenia Lucas Martin Sarkies dan saudara-saudaranya pada 1910 dan menamai hotel tersebut sebagai Hotel Oranje. Lalu, tahun 1936, hotel ini direnovasi dengan desain art deco oleh Schoemaker, saat itulah menara kembar hotel dihilangkan dan ditambahkan bangunan art deco minimalis di depan hotel. Menara dibangun kembali di sisi kiri dan kanan, dan peristiwa bendera terjadi di sisi kiri. 

Tahun 1942, Jepang mengambil alih hotel tersebut dan menamakannya Yamato Hoteru atau Hotel Yamato. Namun, pada 1945, Belanda mengambil alih hotel tersebut kembali dan keluarga Sarkies kembali ke hotel pada 1946. 

Hotel oranye dicat oranye sesuai dengan namanya. Hotel ini mempunyai nilai sejarah yang masih terjaga hingga saat ini. Terdapat Ruang Merdeka no 33 dan Ruang Sarkies no 44. Ruang Merdeka dihuni oleh Residen Belanda pada saat peristiwa bendera terjadi. Kamar tersebut memiliki pintu rahasia ketika pemuda Surabaya memasuki hotel untuk merobek bendera. Kamar Sarkies merupakan ruang keluarga Sarkies, sang pendiri hotel, yang menginap saat mereka berkunjung ke Surabaya. 

Awalnya, Hotel Oranje didirikan pada tahun 1910 dengan arsitektur art nouveau kolonial. Arsiteknya yakni J Afprey, seorang arsitek Belanda. Hotel lain yang dimiliki Sarkies di Asia adalah Raffles Hotel di Singapura, The Strand Hotel di Myanmar, The Eastern dan Oriental Hotel di Penang. Pada masa Perang Dunia II tahun 1942, Hotel Oranje digunakan oleh Jepang sebagai markas miliray dan kamp tahanan khusus perempuan dan anak-anak yang diangkut ke Jawa Tengah. 

Pada 19 September 1945, Belanda mengibarkan bendera Belanda yang memicu kemarahan Arek Surabaya. Ratusan Arek Surabaya berbondong-bondong mendatangi hotel tersebut. Ada anak-anak muda yang mengenakan pakaian Jibakutai. Menurut pengakuan salah satu pemuda dalam Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan (1994), massa terus berbondong-bondong menuju hotel, dan tentara Jepang tetap tenang di halaman belakang hotel di pos mereka.

Soedirman datang dengan mobil hitamnya dan massa memberi jalan pada mobil tersebut. Ia masuk hotel bersama Sidik dan Hariyono dan bertemu dengan Ploegman dengan mengatakan bahwa ia adalah wakil Sekutu. Residen Soedirman meminta Ploegman menurunkan bendera Belanda. Ploegman menjawab Sekutu yang memenangkan perang dan Belanda salah satu anggotanya, sehingga kini Belanda berhak menguasai Hindia Timur. Ia menambahkan “Republik Indonesia? Kami tidak mengenalinya. ”

Ploegman masuk ke dalam dan muncul dengan pistol di tangannya. Ia mengancam Soedirman dan memarahinya. Sidik dan Hariyono menendang pistol dari tangan Ploegman dan ditembakkan ke arah atas. Hariyono membawa Residen Soedirman dan Sidik berkelahi dengan Ploegman dan membekapnya hingga tewas. Sidik tewas ketika seorang Belanda datang dan membunuhnya dengan golok. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendengar suara tembakan, Arek Suroboyo yang berada di luar hotel memanjat tembok hotel. Seorang pemuda bernama Kusno Wibowo meletakkan bendera Belanda dan meminta bendera merah putih kepada rekan-rekannya, tetapi tidak ada yang bisa memberinya bendera merah putih. Kusno dan Hariyono kemudian merobek bagian biru bendera Belanda menjadi merah putih dan mengibarkan bendera tersebut ke atas tiang. Pertempuran Surabaya pun berkobar pada 10 November 1945.

Sempat dikenal dengan nama Hotel Merdeka

Pada November 1945, seorang komandan Inggris dibunuh pada bulan Oktober dan invasi besar-besaran dilancarkan pada bulan berikutnya, dimulai pada tanggal 10 November.

Selama beberapa bulan berikutnya, ketika revolusi berlangsung di Surabaya, hotel tersebut dikenal dengan nama Hotel Merdeka atau Hotel Liberty. Pada tahun 1946 hotel ini kembali dikelola oleh keluarga Sarkies dan mengalami perubahan nama lagi menjadi Hotel LMS (setelah pendirinya Lucas Martin Sarkies). 

Berganti Menjadi Hotel Majapahit

Dilansir dari laman Java is Beautiful, tahun 1969 sekelompok lokal membeli hotel tersebut dan nama hotel diubah menjadi Hotel Majapahit, diambil dari sebuah kerajaan kuat yang berkuasa hampir di seluruh Indonesia. Pada 1986, dalam waktu 2 tahun, hotel ini dipugar dan dibuka sebagai Hotel Mandarin Oriental Majapahit. 

Hotel Majapahit masih berdiri dengan arsitektur asli Belanda hingga saat ini, dan banyak wisatawan serta penduduk lokal mengunjungi lokasi tersebut untuk mempelajari kekayaan sejarah nasional Indonesia.

Pilihan Editor: Kisah Orang Armenia Bangun Hotel Yamato Saksi Bisu Perjuangan Arek Surabaya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


AFC Nobatkan Rafael Struick Bintang Masa Depan Usai Piala Asia U-23 2024, Ini Profil Striker Timnas Indonesia

5 hari lalu

Pemain Timnas Indonesia Rafael William Struick (kedua kanan) berusaha melewati pemain Vietnam Bui Tien Dung (kiri) pada pertandingan lanjutan Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
AFC Nobatkan Rafael Struick Bintang Masa Depan Usai Piala Asia U-23 2024, Ini Profil Striker Timnas Indonesia

Strikter Timnas Indonesia U-23, Rafael Struick raih penghargaan Bintang Masa Depan usai Piala Asia U-23. Kalahkan Ali Jasim dari Irak.


Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, PHRI Sebut Okupansi Hotel Naik 10 Persen

5 hari lalu

Ilustrasi perempuan sedang berada di kamar hotel. Unsplash.com/Eunice Stahl
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, PHRI Sebut Okupansi Hotel Naik 10 Persen

Tingkat keterisian atau okupansi hotel di sejumlah daerah Tanah Air mengalami peningkatan selama masa libur panjang periode 9 sampai 12 Mei 2024.


5 Barang di Hotel yang Boleh dan Tidak Boleh Dibawa Pulang

7 hari lalu

Ilustrasi kamar hotel. Freepik.com/Jannoon028
5 Barang di Hotel yang Boleh dan Tidak Boleh Dibawa Pulang

Hampir setiap hotel menyediakan fasilitas seperti perlengkapan mandi, jubah mandi dan lainnya. Namun tidak semua barang bisa dibawa pulang


Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

7 hari lalu

Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri Belanda Michiel Sweers (kedua kiri) bersama sejumlah rombongan dari Kedutaan Belanda di Indonesia mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jumat, 26 April 2024. Foto: ANTARA/HO-Kedutaan Besar Belanda di Indonesia
Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

AMAN Kaltim meminta pemerintah Belanda memastikan komitmen pemerintah Indonesia melindungi masyarakat adat sebelum berinvestasi di proyek IKN Nusantara.


Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

8 hari lalu

Aksi pemain Lazio, Dusan Basta dan pemain Vitesse, Navarone Foor saat berebut bola dalam pertandingan Grup K Liga Europa di Rome Olympic, 23 November 2017. AP Photo/Gregorio Borgia
Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

Pada 2017, Navarone Foor pernah masuk dalam deretan nama incaran untuk naturalisasi


Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

9 hari lalu

Pemkot Surabaya Rayakan HJKS ke-731

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731 pada 31 Mei 2024, dengan tema 'Satukan Tekad Surabaya Hebat'.


Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

9 hari lalu

Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri Belanda Michiel Sweers (kedua kiri) bersama sejumlah rombongan dari Kedutaan Belanda di Indonesia mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jumat, 26 April 2024. Foto: ANTARA/HO-Kedutaan Besar Belanda di Indonesia
Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

Pemerintah Belanda mengumpulkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meminta pandangan mereka tentang proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).


RI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa

9 hari lalu

Ilustrasi kapal pengangkut peti kemas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
RI Minta Dukungan Belanda soal Perjanjian Bilateral Dagang dengan Uni Eropa

Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat membahas kelanjutan rencana perjanjian bilateral dagang RI-Uni Eropa (IEU-CEPA).


Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

10 hari lalu

Suasana proyek pembangunan Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Senin malam, 6 Mei 2024. TEMPO/Riri Rahayu.
Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.


Damainya Desa Giethoorn di Belanda yang Dijuluki Venesia dari Utara, Tak Ada Mobil dan Jalan Raya

11 hari lalu

Desa Giethoorn, Belanda, yang dijuluki Venice of the North. Desa ini dikenal karena karena saluran airnya yang mempesona, rumah-rumah beratap jerami, dan suasana damai. (Pixabay)
Damainya Desa Giethoorn di Belanda yang Dijuluki Venesia dari Utara, Tak Ada Mobil dan Jalan Raya

Wisatawan bisa menjelajahi desa dengan perahu, mencicipi masakan Belanda, atau sekadar menikmati suasana damai yang tak terlupakan.