TEMPO.CO, Jakarta - Islandia termasuk destinasi wisata perjalanan favorit antara Eropa dan Amerika Utara. Namun kini akan membutuhkan dana yang sedikit lebih banyak jika akan mengunjungi negara Nordik itu.
Hal ini karena pemerintah setempat berencana meningkatkan pajak bagi wisawatan. Rencana tersebut bertujuan untuk mengurangi dampak iklim dan keberlanjutan.
Islandia mengalami peningkatan tajam dalam pariwisata setelah lockdown akibat pandemi COVID-19. Lebih dari 8,5 juta wisatawan mengunjungi negara tersebut pada tahun 2022.
Pernyataan pemerintah setempat
Perdana Menteri, Katrin Jakobsdottir, mengatakan Islandia beralih ke pajak untuk mengurangi dampak pertumbuhan eksponensial pariwisata terhadap hutan belantara yang masih asli.
“Pariwisata benar-benar tumbuh secara eksponensial di Islandia dalam satu dekade terakhir dan hal ini jelas tidak hanya berdampak pada iklim. Sebagian wisatawan mengunjungi daerah yang masih alami, hal itu menimbulkan tekanan,” kata Jakobsdottir kepada Bloomberg Television dari New York pada hari Rabu, 20 September 2023.
Menurut pemimpin pulau Atlantik utara berusia 47 tahun itu, salah satu cara untuk mengatasi dampak perubahan iklim akibat meningkatnya jumlah perjalanan adalah dengan menaikkan pajak bagi mereka yang tinggal di negara tersebut. Meskipun tarifnya tidak akan terlalu tinggi.
Pariwisata industri terbesar
Pariwisata adalah salah satu industri terbesar di negara Nordik. Pulau yang menamakan dirinya negeri api dan es ini menarik wisatawan yang datang untuk melihat aliran lahar, sumber air panas, geyser, dan air terjun. Selain itu, ini juga merupakan pasar perjalanan udara yang sibuk karena lokasinya yang strategis di Atlantik Utara antara Eropa dan Amerika Utara.
Industri yang menghasilkan sekitar 6 persen produk domestik bruto Islandia ini memiliki peran penting dalam memenuhi janji negara tersebut menjadi netral karbon pada tahun 2040.
Perdana menteri menambahkan banyak perusahaan yang bekerja di sektor pariwisata menemukan cara untuk benar-benar beralih ke ekonomi sirkular. Selain itu, mengambil tindakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, seperti mulai menggunakan mobil listrik.
Beberapa langkah yang sangat nyata yang telah dilakukan sebagai respons terhadap perubahan iklim sejak pemerintahannya mulai menjabat pada tahun 2017. Misalnya dengan memanfaatkan panas bumi untuk pemanasan dan listrik, mensubsidi transisi hijau, meningkatkan efisiensi energi, dan berupaya menangkap karbon.
Namun dia mengakui hal itu saja belum cukup. "Sangat jelas bahwa semua negara perlu mempercepat aksi iklim mereka," katanya.
HINDUSTAN TIMES | TRAVEL LEISURE
Pilihan editor: Negara Teraman untuk Tujuan Wisata, Islandia di Urutan Pertama selama 16 Tahun