Kisah pusat kegiatan seni dan budaya
Lokasi tempat diadakannya pasar tiban ternyata punya kisah sendiri. "Dulu lokasi ini hanya lahan kosong untuk pembuangan sampah liar, tapi setahun terakhir ini pelan-pelan ditata bersama warga dan jadi destinasi kuliner," kata tokoh warga setempat Nurcholis Suharman dalam peluncuran resmi Pasar Kali Ledek itu, Ahad.
Nurcholis menuturkan, Kali Ledek yang berada di Kabupaten Sleman sisi tengah itu, memiliki kisah tersendiri dan sempat menjadi pusat kegiatan seni dan budaya di masa silam.
"Dari cerita turun temurun, tempat ini ditemukan karena ada penduduk desa saat itu berusaha mencari tempat sakral yang bisa memberikan inspirasi kepada semua seniman di desa itu untuk berkesenian," kata Nurcholis yang juga anggota DPRD DIY itu.
Usaha pencarian tempat suci itu pun membuahkan hasil. Di area itu ditemukan sendang alias sumber mata air, yang airnya tak pernah surut meski musim kemarau. Air di sumber itu alirannya mengalir dengan lembut dan memancarkan aura ketenangan. Para seniman kerap bermeditasi di dekat sumber air itu sebelum pentas.
"Tempat ini konon dianggap menjadi tempat menggembleng diri para seniman, agar seni yang mereka tampilkan bisa lebih indah dan penuh penjiwaan," ujar Nurcholis.
Namun sekitar beberapa tahun lalu, kawasan itu seperti kurang terawat. Hingga memasuki tahun 2022, sejumlah pengurus desa mulai berinisiatif menatanya kembali dengan konsep pasar wisata transit dengan sasaran para pesepeda atau pelancong yang menyukai jajanan tradisional.
"Selain dari pemerintah daerah kami juga melibatkan swasta untuk menata kawasan ini, seperti dari Pertamina Foundation," kata Nurcholis.
Akhirnya setahun ini, sekitar 61 warga dari padukuhan sekitar Kali Ledek aktif berjualan di pasar yang hanya buka setiap Sabtu dan Ahad itu. Aktivitas pasar sengaja dibatasi operasionalnya sesuai kalender Jawa untuk tetap merawat kawasan destinasi itu agar tetap asri.
"Sekali berjualan warga bisa membawa pulang Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu, ini sangat membantu," kata Nurcholis.