Gunung Arjuna dan Gunung Welirang atau pegunungan Arjuna-Welirang difoto pada 7 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono.
Pemadaman Karhutla dengan Pengeboman
Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengatakan, penambahan helikopter bisa mempercepat pemadaman. BNPB membantu operasi pemadaman melalui udara. Sebelumnya, selama seminggu kebakaran, BNPB mengerahkan satu unit helikopter untuk melakuka water bombing.
“Hari ini (Jumat, 8 September 2023) kami tambah satu unit lagi dengan harapan dalam satu-dua hari ke depan kebakaran bisa kita atasi,” kata Suharyanto sehabis menghadiri rapat koordinasi di Posko Darurat Penanganan Karhutla Gunung Arjuna di Pendapa Kaliandra, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Sebetulnya, kata Suharyanto, pengeboman air merupakan upaya terakhir ketika kebakaran berada di tempat-tempat yang tidak bisa sepenuhnya diatasi lewat operasi darat. Selain itu, hal yang perlu diperkuat adalah penangangan darat dengan melibatkan personel yang tangguh, kuat, dan mempunyai peralatan lengkap.
Secara umum, kondisi karhutla di Gunung Arjuna (3.339 meter di atas permukaan laut) sudah mulai terkendali. Memang api belum pada sepenuhnya, hanya tinggal sisa-sisa bara api.
Penyebab Karhutla karena Ulah Manusia
Menurut dia, mayoritas penyebab karhutla di Indonesia akibat ulah manusia yang kurang disiplin, kurang tertib dan suka melanggar aturan. “Karena itu, di masa-masa El Nino seperti saat ini, kami mengimbau segenap masyarakat untuk waspada dengan kegiatan-kegiatan yang menggunakan api,” ujar Suharyanto.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono menambahkan, helikopter yang digunakan selama sepekan sejak 30 Agustus bertipe AS350B3-e dengan kapasitas seribu liter air. Helikopter ini sudah melakukan 105 kali sorti (penyiraman) atau setara dengan menyiramkan 105.000 liter air.
“Dengan 105 kali sorti, ternyata titik kebakaran tinggal beberapa saja atau boleh dibilang tinggal sedikit. Tapi bukan berarti yang berasap akan padam, makanya ditambah satu unit heli pemadam berkapasitas lebih besar dari heli pertama sehingga diharapkan kebakaran bisa efektif dipadamkan dengan pembahasan lewat udara,” kata Adhi.
Helikopter kedua yang dikerahkan adalah Super Puma tipe AS332C1/PK-DAN yang mampu mengangkut 4 ribu liter air. Helikopter ini didatangkan dari Bandung dan sudah berpengalaman memadamkan kebakaran hutan seperti di TPA Sarimukti, Bandung.
Kondisi Angin Sulitkan Pemadaman
Total, ada sekitar 1.200 personel dari pelbagai kalangan yang dikerahkan untuk memadamkan api. Kendala yang dihadapi saat melakukan pengeboman air adalah kondisi cuaca berkabut hingga kepulan asap yang menyulitkan pandangan pilot untuk menjatuhkan air. Kendala serupa dialami tim pemadaman lewat darat, terlebih-lebih saat melihat titik api tersebar jauh di lereng gunung sehingga sulit dan bahkan mustahil dijangkau.
“Kondisi angin juga berubah-ubah dan cenderung berembus ke atas sehingga loncatan bara bisa menimbulkan titik-titik api baru. Tempat pengambilan air juga cukup jauh dari Kaliandra,” ujar Adhy.
Selain menghanguskan vegetasi dan mengganggu satwa-satwa, kebakaran di gunung tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Gunung Semeru itu juga mengancam kelestarian sumber air bagi masyarakat. Menurut Adhy, sedikitnya ada 25 Himpunan Masyarakat Pemakai Air Minum atau Hipam yang bergantung pada suplai air dari sumber yang rusak akibat kebakaran.
“Kami mulai menghitung berapa banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan air akibat kebakaran untuk segera kami lakukan pengiriman, distribusi air, dan perbaikan pipa,” kata Adhy.
Pilihan Editor: Bermain dengan Kelinci di Kaki Gunung Arjuna