Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Abdi Dalem 2 Keraton Mataram Ikut Tradisi Jenang Suran di Makam Raja Kotagede

image-gnews
Tradisi Jenang Suran segera digelar pada 18 Juli 2023 di Komplek Makam Raja Raja Kotagede Yogyakarta. Dok.istimewa
Tradisi Jenang Suran segera digelar pada 18 Juli 2023 di Komplek Makam Raja Raja Kotagede Yogyakarta. Dok.istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisatawan yang berencana berlibur ke Yogyakarta pada Juli ini, jangan lewatkan satu perayaan tradisi unik ini. Tradisi Jenang Suran akan kembali digelar tahun ini pada Selasa, 18 Juli 2023. 

Tradisi menyambut 1 Muharram Tahun Baru Islam yang digelar para abdi dalem juru kunci di Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta itu dipusatkan di kompleks Makam Raja-raja Mataram Kotagede, Bantul Yogyakarta. “Tradisi Jenang Suran ini kami perkirakan akan dipadati banyak peziarah juga masyarakat berbagai daerah yang punya minat khusus nguri-uri (pelestarian) budaya,” kata Kepala Seksi Promosi dan Informasi Wisata Dinas Pariwisata Bantul Markus Purnomo Adi Selasa, 11 Juli 2023.

Tradisi Jenang Suran Sudah Ada Sejak Sultan Agung Berkuasa

Tradisi Jenang Suran merupakan tradisi yang sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja ke-3 Kesultanan Mataram. Tradisi ini akan diawali dengan pembacaan selawat nabi diiringi kesenian hadroh lalu berlanjut doa dan zikir di depan gapura Makam Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa.

Dalam tradisi itu, juru kunci Makam Raja-raja Mataram Kotagede akan menyiapkan makanan berupa jenang atau bubur bernama Jenang Panggul untuk dibagikan kepada peziarah yang datang. Jenang panggul dibuat dari olahan beras yang dilengkapi lauk berupa tahu, tempe, sayuran, dan dele ireng atau kedelai hitam. 

Jenang Panggul agar Masyarakat Sabar Memanggul Beban Hidup

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bubur beras itu menurut budaya Jawa sudah secara turun temurun menjadi lambang rasa syukur serta pengharapan atas keselamatan dan kemudahan hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia. “Jenang Panggul dari kata memanggul, makna makanan itu mengajak masyarakat senantiasa kuat dan sabar memanggul beban hidupnya,” ujarnya.

Sedangkan dele ireng atau kedelai hitam berasal dari dua kata yakni del (Bahasa Jawa) yang berarti putus dan ireng yang jadi simbil sesuatu yang tidak baik. “Jadi dele ireng atau kedelai hitam dalam jenang panggul itu maknanya memutus segala hal yang tidak baik,” kata dia.

Pilihan Editor: 5 Kuliner Otentik Yogyakarta, dari Keraton Sultan sampai Warung Jalanan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

11 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

46 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Misteri Makam Putra Sultan Agung atau Amangkurat I, Mengapa Berada di Tegal?

22 Februari 2024

Lukisan profil Amangkurat I. Istimewa
Misteri Makam Putra Sultan Agung atau Amangkurat I, Mengapa Berada di Tegal?

Makam putra Sultan Agung atau Amangkurat I berada di Tegal Arum, Tegal, Jawa Tengah. Mengapa makam Raja Kasunanan Surakarta itu justru di Tegal?


Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.


Peringatan Kenaikan Tahta ke-20 Raja Keraton Surakarta, Digelar Sederhana Tapi Tetap Khidmat

6 Februari 2024

Raja Keraton Surakarta Paku Buwono (PB) XIII (duduk di kursi roda) menghadiri rangkaian acara Tingalandalem Jumenengan ke-20 atau peringatan kenaikan tahta Raja Keraton Surakarta, Selasa, 6 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Peringatan Kenaikan Tahta ke-20 Raja Keraton Surakarta, Digelar Sederhana Tapi Tetap Khidmat

Acara kenaikan tahta Raja Keraton Surakarta dihadiri 300 undangan termasuk pimpinan trah Mataram Islam


Kebakaran di Gunung Penanggungan, Gunung Suci di Mojokerto dalam Prasasti Cunggrang dan Kisah Bujangga Manik

3 November 2023

Gunung Penanggungan. TEMPO/Abdi Purmono
Kebakaran di Gunung Penanggungan, Gunung Suci di Mojokerto dalam Prasasti Cunggrang dan Kisah Bujangga Manik

Gunung Penanggungan kebakaran pada Kamis, 2 November 2023. Bagaimanakah profil dan sejarah gunung suci yang disebut dalam prasasti dan kisah kuno?


Sejarah dan Proses Grebeg Maulud, Makna Gunungan dan Kirab Prajurit Keraton

28 September 2023

Abdi dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan dari Kompleks Keraton Yogyakarta menuju Pakualaman saat acara Grebeg Maulud di Yogyakarta, Rabu, 21 November 2018. Dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW, Keraton Yogyakarta mengeluarkan tujuh gunungan. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Sejarah dan Proses Grebeg Maulud, Makna Gunungan dan Kirab Prajurit Keraton

Grebeg Maulud adalah prosesi yang rutin digelar saat perayaan kelahiran Nabi Muhammad oleh Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.


Profil Ulama Besar Asal Ponorogo KH Hasan Besari, Kakek HOS Tjokroaminoto Guru Ronggowarsito

23 September 2023

KH Hasan Besari ulama besar Ponorogo. istimewa
Profil Ulama Besar Asal Ponorogo KH Hasan Besari, Kakek HOS Tjokroaminoto Guru Ronggowarsito

KH Hasan Besari dikenal sebagai ulama besar asal Ponorogo pada abad ke-19 yang juga pengasuh Pondok Pesantren Gebang Tinatar.


Berwisata Kudapan Jadul Era Sultan HB VII di Pasar Lawas Mataram Kotagede

18 September 2023

Suasana Pasar Lawas Mataram yang digelar di halaman Masjid Kotagede, Yogyakarta, pada Jumat, hingga Ahad, 15-17 September 2023. (Dok. Istimewa)
Berwisata Kudapan Jadul Era Sultan HB VII di Pasar Lawas Mataram Kotagede

Pasar Lawas Mataram membawa pengunjung berwisata ke masa lalu lewat dolanan dan jajanan lawas yang sudah jarang ditemui.


Yogyakarta Bentuk Tiga Tim Khusus Pengelola Kawasan Cagar Budaya Poros Mataram

15 September 2023

Kawasan cagar budaya Kampung Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok.istimewa.
Yogyakarta Bentuk Tiga Tim Khusus Pengelola Kawasan Cagar Budaya Poros Mataram

Tim khusus ini memiliki tanggung jawab menjaga dan mengelola kawasan cagar budaya di setiap area yang menjadi cikal bakal Keraton Yogyakarta