Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Uniknya Pasar Sanggrahan Magelang, Banyak Tukang Cukur Tradisional Hingga Penjual Rokok Kemenyan

image-gnews
Pedagang ternak di Pasar Sanggrahan. Tempo/Arimbihp
Pedagang ternak di Pasar Sanggrahan. Tempo/Arimbihp
Iklan

TEMPO.CO, Magelang - Pasar identik dengan aktivitas jual beli hingga keriuhan ibu-ibu yang sibuk menawar harga. Suasana itu juga yang terjadi di Pasar Sanggrahan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, yang ramai dipadati pembeli dan penjual.

Namun, ada yang unik dari tempat ini. Sebab, Pasar Sanggrahan hanya buka saat weton kalender Jawa jatuh pada 'Wage'.

Oleh karena itu, masyarakat setempat menyebutnya juga Pasar Wage karena di luar weton tersebut, tempat ini tutup. Saat menapaki lokasi tersebut, pengunjung juga akan melihat keunikan lainnya di Pasar Sanggrahan alias Pasar Wage, yakni banyaknya kios cukur tradisional.

Menurut pantauan Tempo, terlihat perbedaan kios cukur tradisional dengan barber shop atau tukang potong rambut Madura, yakni alat cukur yang digunakan. Barber shop menggunakan gunting dan pemangkas bertenaga listrik, sedangkan tukang cukur tradisional sama sekali tidak menggunakan alat mesin alias semua dikerjakan secara manual.

Tukang cukur tradisional di Pasar Sanggrahan. Tempo/Arimbihp

Tak hanya itu, pemotong rambut yang melayani pelanggannya juga rerata sudah berusia lebih dari 50 tahun. Salah satunya Darmono, 70 tahun, yang sudah menghabiskan separuh usianya untuk menjadi tukang cukur di Pasar Sanggrahan.

"Saya menjadi tukang cukur sejak usia 17 tahun, sebelumnya membantu ayah saya, tukang cukur juga" kata Darmono kepada Tempo, Sabtu, 17 Juni 2023.

Setiap mencukur, Darmono hanya mematok tarif Rp 3.000 untuk orang dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak. "Yang pasti modelnya jangan aneh-aneh, standar biasa saja seperti umumnya," kata dia.

Di usia senjanya, setiap Wage, Darmono berangkat dari rumah setelah salat subuh menggunakan sepeda ke Pasar Sanggrahan. Lapak miliknya selalu ramai, karena ia termasuk datang pagi dan melayani pelanggan dengan sigap.

Berbekal gunting biasa dan kaca, Darmono bisa mencukur 20 hingga 30 orang setiap Pasar Sanggrahan buka. Tak hanya Darmono, di Pasar Sanggrahan ada lebih dari 15 orang yang membuka jasa potong rambut.

Selain jasa potong rambut tradisional, di Pasar Sanggrahan terdapat banyak pande besi atau pengrajin senjata tajam dan alat serupa seperti pisau, sabit, cangkul dan lain-lain. Sebab, menurut cerita tutur masyarakat setempat, Pasar Sanggrahan adalah tempat tinggal para pemasok pengrajin senjata Pangeran Diponegoro.

Meski demikian, sesepuh desa Pakis, Slamet (70) mengatakan belum ada bukti sejarah yang menunjukkan desa tersebut memang merupakan pemasok senjata.

Jika tertarik berbelanja alat potong, pengunjung tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Sebab, barang yang dijual di Pasar Sanggrahan juga cukup variatif, mulai dari Rp 15.000 untuk pisau biasa hingga ratusan ribu untuk perkakas lainnya.

"Dalam sekali 'pasaran Wage' biasanya bisa menjual 15 sampai 30 alat, tidak tentu, tapi yang paling laris cangkul, sabit, pisau," kata salah seorang pedagang, Bekti (58).

Tak hanya menjual, Bekti memproduksi sendiri alat-alat berbahan besi tersebut. "Setiap hari buat di rumah, daerah Ndaleman, Pakis, tapi jualnya cuma saat Wage saja," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat berdagang, Bekti biasanya berangkat bersama kedua rekannya yang juga berprofesi sebagai pande besi. "Memang daerah sini (Sanggrahan) dan Ndaleman banyak yang kerjanya pande besi, sudah turun-temurun dari buyut, tidak tahu sejak kapannya yang pasti sudah lebih dari 40 tahun," jara dia.

Puas melihat-lihat aneka senjata dan alat-alat besi, pengunjung bisa melihat deretan pedagang tembakau kiloan yang menjajakan dagangannya. Tembakau yang dijual di Pasar Sanggrahan dijajar di atas plastik dalam bentuk gulungan dengan berbagai warna dan aroma.

Tembakau-tembakau itu didatangkan dari berbagai daerah seperti Magelang, Temanggung dan Madura. Biasanya, para pedagang menjual tembakau sepaket dengan papir (kertas untuk menggulung tembakau), cengkeh dan kemenyan.

Bagi sebagian orang, mungkin tradisi membubuhkan kemenyan pada rokok lintingan memang terlihat aneh dan berbau mistis. Namun hal itu justru menjadi kebiasaan dan ciri khas masyarakat Pakis, Magelang.

Bagi mereka, rokok lintingan tanpa kemenyan terasa kurang mantap. Tak heran, sepanjang jalan yang menjual tembakau, akan tercium aroma kemenyan dan rokok yang menyengat.

Melewati lapak tembakau, pengunjung akan memasuki area jual beli ternak yang tak kalah ramainya dengan lainnya. Setidaknya terdapat 34 pedagang kambing dan 15 pedagang sapi yang berada di Pasar Sanggrahan.

Masing-masing pedagang ternak membawa 5 hingga 6 ternak untuk dijual. "Kalau pas ramai bisa habis, kalau sepi ya paling sisa 1 atau 2," kata salah seorang pedagang ternak, Ngadimin (60)

Ngadimin mengatakan harga kambing dan sapi yang ia jual cukup variatif dan berani bersaing. "Mulai dari Rp 2.000.000 untuk kambing dan Rp 17.000.000 untuk sapi, tergantung jenis, bobot dan bentuknya," jata Karmin. 

Terlebih, satu pekan lagi, masyarakat akan merayakan Idul Adha sehingga kambing dan sapi menjadi buruan utama."M "Untuk Idul Adha sudah banyak yang booking harganya semakin dekat semakin mahal," kata Ngadimin.

Puas berkeliling, pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas Pasar Sanggrahan, yakni nasi jagung berlauk ikan asin dan sambal bawang. Satu porsi nasi jagung hanya dibanderol Rp 5.000, sudah termasuk lauk, sayur dan sambal.

"Sehari bisa laku sekitar 30 - 40 porsi, tidak tentu tapi pasti habis," kata seorang pedagang nasi jagung, Trinil (58).

Ibu dua orang anak yang sudah 20 tahun berjualan di pasar tersebut mengaku enggan menaikkan harga meski bahan pokok dan kebutuhan terus bertambah. "Biar segini saja, sudah cukup, hanya berjualan di sini, tidak buka cabang biar mampirnya ke sini," kata Trinil.

Pilihan Editor: Mencicip Sop Senerek Bu Atmo, Kuliner Khas Magelang yang Usianya Separuh Abad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Daerah Penghasil Bawang Merah Di Indonesia

6 hari lalu

Buruh tani memanen bawang merah di area persawahan Desa Paron, Kediri, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/tom.
5 Daerah Penghasil Bawang Merah Di Indonesia

Kenaikan harga bawang merah dipengaruhi penurunan produksi di sejumlah daerah penghasil.


Balon Udara Jatuh di Magelang, Rusak Lima Rumah dan Satu Mobil

16 hari lalu

Sebuah mobil rusak ringan akibat balon udara jatuh di Mungkid, Kabupaten Magelang. ANTARA/Heru Suyitno
Balon Udara Jatuh di Magelang, Rusak Lima Rumah dan Satu Mobil

Sebuah balon udara jatuh di Perumahan Pesona Kota Mungkid, Kabupaten Magelang. Kejadian ini merusak lima rumah warga dan satu unit mobil.


194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

32 hari lalu

Pangeran Diponegoro. ikpni.or.id
194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

Pangeran Diponegoro ketika itu bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya yang tersisa dibebaskan.


Ini Destinasi Wisata Menarik Searah Perjalanan Menuju Yogyakarta

34 hari lalu

Pantai Dewa Ruci Jatimalang Purworejo. Dok.  Pemkab Purworejo
Ini Destinasi Wisata Menarik Searah Perjalanan Menuju Yogyakarta

Libur lebaran di Yogyakarta, ada banyak destinasi wisata yang searah kota Pelajar itu


Hari Pertama Ramadan, Polsek Pulogadung Pantau Harga Bahan Pokok ke Pasar Tradisional

48 hari lalu

Pedagang mensortir barang dagangannya di Pasar Cengkareng, Jakarta, 28 Oktober 2023. TEMPO/Fajar Januarta
Hari Pertama Ramadan, Polsek Pulogadung Pantau Harga Bahan Pokok ke Pasar Tradisional

Pemantauan harga bahan pokok dilakukan untuk menghindari terjadinya permainan atau manipulasi harga oleh pedagang.


DKI Sebar Spunbox untuk Gerakan Gunakan Ulang Kantong Spunbond

53 hari lalu

Spunbox, tempat penyimpanan kantong spunbond guna ulang, di Pasar Koja, Jakarta Utara, Rabu 6 Maret 2024. DOK. DLH DKI
DKI Sebar Spunbox untuk Gerakan Gunakan Ulang Kantong Spunbond

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta meluncurkan Gerakan Gunakan Ulang Kantong Spunbond di Pasar Rakyat pada Rabu, 6 Maret 2024.


6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

58 hari lalu

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong. Foto: Canva
6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong.


Yogyakarta Garap Pasar Tradisional Jadi Tempat Nongkrong Seru Layaknya Kafe

15 Februari 2024

Pengunjung menikmati wisata kuliner di rooftop Pasar Prawirotaman Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Garap Pasar Tradisional Jadi Tempat Nongkrong Seru Layaknya Kafe

Pasar tradisional di Yogyakarta yang telah digarap antara lain Pasar Prawirotaman, Pasar Kranggan, dan Pasar Sentul. Kini jadi tempat nongkrong.


Zulkifli Hasan Resmikan Pasar Bunta di Banggai

14 Februari 2024

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan meresmikan Pasar Rakyat Bunta di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Selasa (13 Feb).
Zulkifli Hasan Resmikan Pasar Bunta di Banggai

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, meresmikan Pasar Bunta di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.


Puan Makan Bakso dengan Bambang Pacul di Magelang, Kenali 7 Kuliner Khas Magelang

2 Februari 2024

Ilustrasi kupat tahu Magelang. cookpad.com
Puan Makan Bakso dengan Bambang Pacul di Magelang, Kenali 7 Kuliner Khas Magelang

Puan Maharani membagikan momen makan bakso di Magelang, ini dia kuliner khas kota tersebut.