Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Sejarah Pohon Natal yang Muncul dari Jerman

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Ilustrasi dekorasi dan pohon Natal. Unsplash.com/Eugenivy Reserv
Ilustrasi dekorasi dan pohon Natal. Unsplash.com/Eugenivy Reserv
Iklan

TEMPO.CO, Berlin -Jauh sebelum datangnya agama Kristen, tumbuhan dan pepohonan yang tetap hijau sepanjang tahun memiliki arti khusus bagi manusia di musim dingin, yang kemudian melompati berabad-abad yakni dengan eksistensi pohon Natal. Sama seperti orang saat ini mendekorasi rumah mereka selama musim perayaan dengan pohon pinus, dan cemara, orang kuno menggantungkan dahan hijau di pintu dan jendela mereka.

Di banyak negara diyakini bahwa pepohonan akan menjauhkan penyihir, hantu, roh jahat, dan penyakit.

Dikutip dari www.history.com sejarah pohon Natal kembali ke penggunaan simbolis pohon cemara di Mesir kuno dan Roma dan berlanjut dengan tradisi pohon Natal Jerman yang diterangi cahaya lilin yang pertama kali dibawa ke Amerika pada tahun 1800-an.

Baca : Asal-usul Kebiasaan Menggantung Kaus Kaki Saat Perayaan Natal

Di belahan bumi utara, siang terpendek dan malam terpanjang dalam setahun jatuh pada tanggal 21 Desember atau 22 Desember dan disebut titik balik matahari musim dingin. Banyak orang kuno percaya bahwa matahari adalah dewa dan musim dingin datang setiap tahun karena dewa matahari menjadi sakit dan lemah.

Mereka merayakan titik balik matahari karena itu berarti dewa matahari akhirnya akan sembuh. Ranting cemara mengingatkan mereka pada semua tanaman hijau yang akan tumbuh lagi saat dewa matahari kuat dan musim panas akan kembali.

Pohon Natal dari Jerman

Jerman dianggap memulai tradisi pohon Natal seperti yang kita kenal sekarang pada abad ke-16 ketika orang Kristen yang taat membawa pohon hias ke rumah mereka. Beberapa membangun piramida Natal dari kayu dan menghiasinya dengan pohon cemara dan lilin jika kayu langka.

Ada kepercayaan yang dipegang secara luas bahwa Martin Luther, pembaru Protestan abad ke-16, pertama kali menambahkan lilin yang menyala ke pohon. Berjalan menuju rumahnya pada suatu malam musim dingin, menulis khotbah, dia terpesona oleh kecemerlangan bintang yang berkelap-kelip di tengah pepohonan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk mengabadikan kembali pemandangan tersebut bagi keluarganya, dia mendirikan sebatang pohon di ruang utama dan menyambungkan ranting-rantingnya dengan lilin yang menyala.

Merujuk Britannica kebiasaan itu tersebar luas di kalangan Lutheran Jerman pada abad ke-18, tetapi baru pada abad berikutnya pohon Natal menjadi tradisi Jerman yang mengakar.

Diperkenalkan ke Inggris pada awal abad ke-19, pohon Natal dipopulerkan pada pertengahan abad ke-19 oleh kelahiran Jerman Pangeran Albert, yaitu suami Ratu Victoria. Pohon Ratu Victoria dihiasi dengan mainan dan hadiah kecil, lilin, permen, tali popcorn, dan kue mewah yang digantung di cabang dengan pita dan rantai kertas. 

Dibawa ke Amerika Utara oleh pemukim Jerman pada awal abad ke-17, pohon Natal menjadi mode paling populer pada abad ke-19. Mereka juga populer di Austria, Swiss, Polandia, dan Belanda. Di Cina dan Jepang, pohon Natal yang diperkenalkan oleh misionaris Barat pada abad ke-19 dan ke-20, dihias dengan desain kertas.

YOLANDA AGNE

Baca juga : 9 Tempat Menarik di Dunia untuk Merayakan Natal

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

1 hari lalu

Marienplatz, Munich, Jerman. Unsplash.com/@Rtita Choi
Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

Tidak hanya di Jerman, Munich juga kota yang paling nyaman berjalan kaki di Eropa


Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

3 hari lalu

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel saat mengunjungi di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin, 13 Mei 2024. Kunjungan tersebut untuk bersilaturahmi serta wawancara khusus tentang Undang-undang Imigrasi Terampil/ Skilled Immigration Act (FEG).  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

Dubes Jerman untuk Indonesia menjelaskan tentang UU terbaru yang diterapkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.


Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

3 hari lalu

Lindsey Graham. REUTERS/Pool
Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 14 Mei 2024 diawali oleh alasan 9 negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB.


Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

4 hari lalu

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel saat mengunjungi di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin, 13 Mei 2024. Kunjungan tersebut untuk bersilaturahmi serta wawancara khusus tentang Undang-undang Imigrasi Terampil/ Skilled Immigration Act (FEG).  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.


Jerman Berminat Investasi dan Penasaran dengan IKN

4 hari lalu

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel saat mengunjungi di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin, 13 Mei 2024.   TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jerman Berminat Investasi dan Penasaran dengan IKN

Dubes Jerman Ina Lepel mengatakan ada minat dari negaranya untuk berinvestasi di IKN.


Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

4 hari lalu

Lindsey Graham. REUTERS/Pool
Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza


Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

7 hari lalu

Pekerja memperlihatkan bijih nikel. (ANTARA/HO-Antam)
Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

Pemerintah Jerman masih menginginkan produk nikel mentah Indonesia. Namun pemerintah Indonesia tetap akan jalankan penghiliran industri nikel.


Maxton Hall - The World Between Us Serial Romantis Beda Status Sosial Tayang 9 Mei

10 hari lalu

Maxton Hall - The World Between Us. Dok. Prime Video
Maxton Hall - The World Between Us Serial Romantis Beda Status Sosial Tayang 9 Mei

Maxton Hall - The World Between Us diadaptasi dari novel terlaris pemenang penghargaan, Save Me, karya Mona Kasten.


Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

10 hari lalu

Kanselir Jerman Olaf Scholz bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, Tiongkok 4 November 2022. Kay Nietfeld/Pool via REUTER
Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.


Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

10 hari lalu

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga, ketika ditemui dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

Jerry Sambuaga mengatakan baik Jerman maupun Indonesia memegang posisi penting di regional masing-masing.