Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peringatan Maulid Nabi Muhammad, Saat Sultan Yogyakarta Kembali Sebar Udhik-Udhik

image-gnews
Momen Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X kembali hadir dalam prosesi Miyos Gongso dan menyebar udhik-udhik di Masjid Gedhe Kauman dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat petang, 7 Oktober 2022. Dok. Pemda DIY
Momen Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X kembali hadir dalam prosesi Miyos Gongso dan menyebar udhik-udhik di Masjid Gedhe Kauman dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat petang, 7 Oktober 2022. Dok. Pemda DIY
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kembali digelar secara terbuka oleh Keraton Yogyakarta tahun ini. Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pun turut kembali hadir, terutama saat prosesi Miyos Dalem yang dipusatkan di Masjid Gedhe Kauman, Jumat petang, 7 Oktober 2022.

Hadirnya Sultan dalam prosesi itu untuk menyebar udhik-udhik atau simbol sedekah raja kepada rakyat, yang terdiri dari beras, bunga dan uang logam. Udhik-udhik itu disebarkan kepada masyarakat dan pengrawit Gamelan Sekati di Masjid Gedhe.

"Pembagian udhik-udhik oleh Ngarsa Dalem (Sultan HB X) dilakukan di Pagongan Kidul, Pagongan Lor dan di dalam Masjid Gedhe," kata Utusan Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Widyacandra Ismayaningrat.

Hadirnya Sultan dalam prosesi Miyos Gongso untuk menyebar udhik-udhik ini menjadi momen pertama yang dilakukannya semenjak pandemi Covid-19 melanda DIY. Sebab, sejak Covid-19 menerjang Yogyakarta Maret 2020, segala prosesi tradisi Keraton tak digelar untuk umum dan hanya dilakukan simbolis terbatas di dalam Keraton demi mencegah penularan virus meluas.

Setelah menyebar udhik-udhik itu, Sultan mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW dengan mengenakan sumping bunga melati di telinga. Pengenaan sumping ini sebagai perlambang seorang raja atau pemimpin akan selalu mendengarkan keluh kesah rakyatnya. 

Dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Keraton Yogyakarta itu juga digelar berbagai prosesi, termasuk Paringan Dalem Ubarampe Pareden (pemberian hasil bumi gunungan) pada Sabtu, 8 Oktober pagi di Pendapa Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Ubarampe tersebut terdiri dari dua bokor (kendi) yang diterima secara simbolis Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji.

"Total jumlah pareden yang dibagikan Keraton ada 2.800 pareden, yang telah dibagikan kepada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta juga Pura Pakualaman," kata Aji.

Aji menuturkan pemberian pareden tersebut sebagai lambang tanda cinta raja kepada masyarakat. Pareden yang dibagikan tersebut sejatinya hanya sebagai simbolisasi, berbeda dengan pelaksanaan Garebeg pada umumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Karena masih dalam suasana Covid-19, pareden ini untuk simbolisasi sebagai wujud dari berkah, berbeda dengan wujud pareden (gunungan utuh) yang sesungguhnya, hanya maknanya tetap sama,” kata Aji. 

Selain itu, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini, masyarakat bisa kembali melihat prosesi khusyuk seperti tradisi Kondur Gangsa di Masjid Gedhe Kauman pada 7 Oktober 2022. Prosesi ini menjadi penanda berakhirnya Hajad Dalem Sekaten yang telah dimulai Keraton sejak Sabtu, 1 Oktober 2022. 

Dalam prosesi Kondur Gangsa ini abdi dalem Keraton memanggul Gamelan Sekati (Kanjeng Kiai Gunturmadi dan Kanjeng Kiai Nagawilaga) dari Masjid Gedhe Kauman untuk dikembalikan ke dalam keraton dan diletakkan kembali di Kagungan Dalem Bangsal Trajumas. Terdapat lima bregada prajurit yang mengiringi prosesi Kondur Gangsa ini yakni Wirabraja, Patangpuluh, Ketanggung, Mantrijero dan Nyutra. 

Wakil Penghageng Kawedanan Keprajuritan Keraton Yogyakarta KRT Wiraningrat mengatakan para bregada itu berfungsi untuk mengontrol kerumunan. “Selain mengiringi prosesi keluar masuknya gamelan, para bregada ini juga bertugas menjaga keamanan dan mengatur kerumunan masyarakat agar prosesi berjalan tertib dan lancar,” kata dia.

Wiraningrat mengatakan tahun ini ada beberapa perubahan tatanan, khususnya pada paraga dan pengageman atau pakaian adat prosesi. Sebelumnya, paraga untuk mengusung gangsa (gamelan) atau kanca gladag dan kanca bekaken yang membawa lilin biasanya dari masyarakat umum. Namun tahun ini, paraga-nya diganti menjadi prajurit bregada. Selain itu, untuk kapten atau wedana yang biasanya memakai busana peranakan dan iket/udeng, sekarang diubah menjadi memakai busana beskap hitam dan kuluk. 

Baca juga: Pawai Bunga Rampai Meriahkan Maulid Nabi Muhammad SAW di Natuna

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

1 hari lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Syawalan bersama abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta Selasa (7/5). Dok. Istimewa
Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.


Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

3 hari lalu

Perayaan adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman pada 1-3 Mei 2024. Dok. istimewa
Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.


Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

4 hari lalu

Acara halal bihalal syawalan Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek dilaksanakan di Diklat Kejaksaan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: Istimewa
Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.


Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

5 hari lalu

Pengunjung bersantai di salah satu pantai di Nusa Dua, Bali, pada libur Lebaran 2024 (Dok. ITDC)
Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.


Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

6 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X . Tempo/Pribadi Wicaksono
Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).


Sultan HB X Nobar Timnas U-23, Ini Katanya Saat Garuda Muda Gagal ke Final

8 hari lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turut nonton bareng atau Nobar Piala Asia U-23 2024 di Bangsal Kepatihan Yogyakarta Senin petang 29 April 2024. Dok.istimewa.
Sultan HB X Nobar Timnas U-23, Ini Katanya Saat Garuda Muda Gagal ke Final

Sultan HB X lesehan bersama warga dijamu bakmi godog saat nobar pertandingan semifinal Indonesia vs Uzbekistan di PIala Asia U-23.


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

17 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

20 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

20 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

20 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan