TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah pusat menyatakan berdasarkan evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali per 18 Maret, status Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turun ke PPKM Level 3.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai sebenarnya tak ada perubahan terlalu signifikan jika wilayah yang itu dinyatakan telah mengalami penurunan level PPKM. "PPKM Level 4 atau level sebenarnya sama saja, hanya karena kondisi kasus sedang menurun," kata Sultan HB X, Senin, 21 Maret 2022.
Sultan menuturkan setelah dua tahun pandemi Covid-19 yang perlu dicermati pemerintah kabupaten/kota hingga provinsi adalah bagaimana menjaga tren kasus tidak sampai melonjak tinggi lagi. "Seperti bagaimana menjaga agar jumlah kesembuhan harian lebih besar dari penambahan kasus positif, pemerintah kabupaten/kota musti bisa fokus di situ," kata dia.
Tantangan setelah dua tahun pandemi ini, menurut Sultan, khususnya menjaga kesadaran masyarakat yang sudah lelah dan jenuh dengan pandemi agar tetap bersedia mentaati protokol kesehatan, seperti tertib menggunakan masker saat menjalankan semua aktivitasnya. "Masyarakat sudah lelah menghadapi situasi pandemi, bagaimana kabupaten/kota bisa menjaga kondisi kasus yang sudah turun ini bisa berlangsung semakin membaik," ujarnya.
Selain itu, Sultan mewanti-wanti, penurunan level PPKM ini tentu akan diikuti meningkatnya mobilitas dan aktivitas masyarakat di Yogyakarta. "Akan makin banyak orang datang ke Yogyakarta, karena naik pesawat saja tidak perlu tes PCR dan sebagainya lagi," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat virtual daring yang diikuti Pemda DIY pada Ahd petang, 20 Maret 2022 meminta supaya active case surveillance, testing, dan tracing di DIY lebih diperkuat. Luhut juga meminta upaya akselerasi vaksinasi lengkap dan booster, terutama warga lanjut usia atau lansia digencarkan.
"Diharapkan vaksinasi booster di daerah Jawa Bali mencapai 30 persen sebelum lebaran," kata Luhut.
Luhut mengatakan penelitian waste water surveillance di DIY oleh tim Universitas Gadjah Mada (UGM) akan diusulkan, di mana waste water surveillance oleh tim UGM ini dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi secara dini penyebaran kasus.
Sekretaris DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan angka kematian di Yogyakarta memang masih cukup tinggi. "Tingginya kasus kematian itu rata rata karena pasien terlambat dibawa ke rumah sakit," kata Aji.
Menurut Aji, masyarakat yang terpapar Covid-19 belakangan ini merasa cukup isolasi mandiri di rumah. "Masih ada warga yang tidak memahami bahwa mereka memiliki komorbid sehingga terlambat masuk ke rumah sakit,” kata dia.
Sebagian besar warga positif Covid-19 yang meninggal rata-rata karena komorbid hipertensi. "Kalau dari sisi usia yang terbesar itu di atas lima puluh tahun,” kata Aji yang mengatakan tak ada kematian kasus positif Covid-19 yang menimpa usia anak-anak.
Gugus Tugas Covid-19 DIY mengumumkan pada Senin, 21 Maret
penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY sudah di bawah 300 kasus sehari. "Penambahan kasus hari ini sebanyak 215 kasus, namun kasus aktif masih 26.927 kasus," kata Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 DIY Berty Murtiningsih.
Berty menambahan penambahan kasus meninggal akibat kasus Covid-19 DI Yogyakarta juga masih bertambah, yakni sebanyak delapan kasus. Angka kematian awal pekan ini lebih rendah dibanding pekan lalu yang rata rata berkisar 15-20 kasus kematian per hari.
Baca juga: Wisata ke Yogyakarta Jangan Abai Protokol Kesehatan meski Kasus Covid-19 Menurun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.