Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Tradisi Slup-Slupan, Prosesi Pindah Rumah Masyarakat Jawa

Reporter

image-gnews
Relief bangunan rumah yang terdapat pada Candi Minak Jinggo di Dusun Unggah-unggahan, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, 29 November 2015. Bentuk bangunan rumahnya menyerupai pendopo, terbuka dengan tiang kayu penyangga berjumlah 4 sampai 8 buah. Lantai terbuat dari batu sungai yang ditutup dengan bata merah. Atap rumah berbentuk limas segitiga memanjang dari bahan kayu. ANTARA/Syaiful Arif
Relief bangunan rumah yang terdapat pada Candi Minak Jinggo di Dusun Unggah-unggahan, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, 29 November 2015. Bentuk bangunan rumahnya menyerupai pendopo, terbuka dengan tiang kayu penyangga berjumlah 4 sampai 8 buah. Lantai terbuat dari batu sungai yang ditutup dengan bata merah. Atap rumah berbentuk limas segitiga memanjang dari bahan kayu. ANTARA/Syaiful Arif
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Proses pindah rumah atau menempati rumah baru  bagi sebagian orang dianggap sebagai momentum sakral. Tak terkecuali masyarakat Jawa yang menggelar acara selamatan bernama tradisi slup-slupan ketika mendiami rumah yang baru selesai dibangun atau dibelinya. 

Tradisi slup-slupan merupakan sebuah upacara selamatan masyarakat Jawa ketika akan menempati rumah baru. Tradisi slup-slupan dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas yang sudah diperoleh. Pemilik rumah baru atau seseorang yang pindah rumah akan mengundang para keluarga, kerabat, dan orang-orang disekitarnya. Bahkan, tamu undangan bisa merupakan warga satu desa atau dusun.

Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, para tamu undangan yang hadir di tradisi slup-slupan akan makan bersama dengan menu berupa nasi gurih dengan pelengkapnya. Dalam prosesi ini juga disiapkan uba rampe dan bendera. Selain itu juga terdapat acara doa bersama. 

Tradisi slup-slupan diawali dengan satu orang yang memegang sapu lidi untuk menyapu. Sementara itu, satu orang lagi memegang lampu minyak dan tempat air. Setelah itu, keduanya berdoa di depan rumah. Acara dilanjutkan dengan mengelilingi rumah sembari menyapu dan menyiram rumah dengan air. Rangkaian acara tersebut memiliki makna filosofis mendalam bagi masyarakat Jawa.

Prosesi tersebut memiliki makna adem (nyaman) dan tenteram. Kegiatan menyapu dengan sapu lidi merupakan penggambaran untuk mengusir segala kotoran, baik kotoran fisik maupun kotoran non-fisik. Lampu yang digunakan untuk mengitari bertujuan agar senantiasa memeroleh pencerahan dalam hidup. Dalam tradisi slup-slupan juga terdapat pemasangan seperti padi, tebu, dan kelapa di posisi tengah atap rumah.

Pemasangan ubarampe tersebut supaya pemilik rumah mendapat kehidupan yang baik dan terjamin. Pada bagian ini juga tidak ketinggalan pemasangan bendera merah putih di posisi tengah-atas rumah. Pemasangan bendera merah putih sebagaimana dijelaskan dalam nu.or.id, berkaitan dengan sejarah. Pada zaman penjajahan, pelarangan pengibaran bendera merah putih ditempat umum sangat ketat diberlakukan.

Akhirnya, para orang tua zaman dahulu memasang bendera merah putih bersama dengan tebu, padi, dan kelapa supaya tidak dicurigai oleh penjajah. Pelaksanaan tradisi slup-slupan pindah rumah juga didasarkan pada penanggalan Jawa untuk menghitung hari baik. Dengan demikian. Tradisi slup-slupan tidak hanya mengajarkan rasa syukur atas nikmat berupa tempat tinggal dan keluarga, memeroleh selamat dan dijauhkan dari segala celaka, juga terdapat nilai implisit berupa nasionalisme agar selalu dijaga.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Ingin Pindah Rumah? Intip 4 Hal yang Perlu Anda Lakukan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

11 hari lalu

Perayaan adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman pada 1-3 Mei 2024. Dok. istimewa
Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.


Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

14 hari lalu

Pengunjung bersantai di salah satu pantai di Nusa Dua, Bali, pada libur Lebaran 2024 (Dok. ITDC)
Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.


BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumatera, Jawa dan Bali

22 hari lalu

Gelombang tinggi menghantam pemecah ombak di Pulau Untung Jawa, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa, 12 Maret 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi dengan ketinggian mencapai 2,5 meter - 4 meter pada Selasa (12/3) dan Rabu (13/3) di wilayah perairan Indonesia serta menghimbau masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di pesisir agar selalu waspada. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumatera, Jawa dan Bali

BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di perairan seperti Sumatera, Jawa dan Bali pada 25-26 April 2024.


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

26 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

28 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

29 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

29 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan


Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

34 hari lalu

Lebaran Topat di Lombok Barat 2023 (dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024


Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

37 hari lalu

Warga berebut gunungan kupat (ketupat) berisi uang saat tradisi Grebeg Kupat di Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 26 April 2023. Tradisi Grebeg Kupat rutin digelar warga setempat sebagai ungkapan sukacita dan ajang silaturahmi dalam merayakan Lebaran. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

Ketupat memiliki sejarah yang panjang selain identik dengan hari raya Idul Fitri atau Lebaran.


Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

37 hari lalu

Warga Saudi menyambut penetapan Hari Raya Idul Fitri pada hari Selasa dengan antusias.[Saudi Gazette]
Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.